Menuju konten utama

Media Talks Yogyakarta: Menakar Etika dan Peluang AI bagi Pers

Dari Yogyakarta, jurnalis muda hingga senior mencari jawaban masa depan jurnalisme di tengah arus kecerdasan buatan yang berkembang cepat.

Media Talks Yogyakarta: Menakar Etika dan Peluang AI bagi Pers
Media Talk Masa Depan Jurnalisme di Era AI yang diselenggarakan oleh Komdigi dan Dewan Pers berhasil digelar di Yogyakarta, Senin (6/10/2025). tirto.id/Fuad

tirto.id - Seorang jurnalis muda baru saja tiba di Ballroom bersama rekannya pagi itu, ia langsung duduk di kursi yang tersedia. Selang beberapa detik, keduanya langsung membuka laptop. Bentuk kebiasaan jurnalis sehari-hari.

Dalam kesempatan apapun, jurnalis tak bisa melupakan gawai atau laptop yang menjadi alat tempurnya sehari-hari. Deru mesin laptop tua menyala, rentetan keyboard yang berjajar rapi, seolah siap akan dihujam jari sepanjang hari.

Saat ditanya alasan meluangkan waktu mengikuti acara media talks bertajuk “Masa Depan Jurnalisme di Era Artificial Intelligence”, salah satu dari keduanya menjawab untuk memperdalam bagaimana AI bisa digunakan dalam dunia jurnalistik.

“Sebagai jurnalis muda, saya ingin lebih memahami secara praktis bagaimana AI bisa digunakan untuk memperkuat liputan, tanpa menghilangkan sesi etis dalam prosesnya,” jawab Darma, jurnalis media lokal Pandangan Jogja sembari membuka chatbot berbasis AI.

Darma tak menampik, selama ini masih banyak pertanyaan soal AI dibenaknya. Pemuda asal Sumatera itu berharap bisa menemukan jawaban lewat acara ini.

Kursi-kursi yang semula kosong, perlahan dipenuhi peserta yang berdatangan. Pembawa acara tampil sebagai penanda. Sambutan Plt Direktur Ekosistem Media Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media Komdigi, Farida Dewi Maharani atau biasa akrab disapa Dewi, menjadi awal pembuka.

Dewi bilang, perkembangan AI sangat masif dalam 10 tahun terakhir. Kecerdasan buatan dinilai mampu memberikan peluang cukup besar.

“Namun di sisi lain, AI memiliki tantangan yang sangat luar biasa,” dalam sambutannya di hadapan seraturan peserta yang berasal dari media lokal, media baru/komunitas, dan pers mahasiswa itu.

Menariknya, risiko etika digadang menjadi salah satu tantangan terbesar dari penggunaan kecerdasan buatan tersebut. Sebab itu, Dewi mengajak jurnalis agar terus menjunjung tinggi independensi dan integritas dalam melaksanakan kerja jurnalistik.

Media Talk Jurnalisme di Era AI

Media Talk Masa Depan Jurnalisme di Era AI yang diselenggarakan oleh Komdigi dan Dewan Pers berhasil digelar di Yogyakarta, Senin (6/10/2025). tirto.id/Fuad

Media Talks berlanjut, sehabis pihak Komdigi memberikan sambutan, sesi diskusi pun dimulai. Salah satu narasumber, Rosarita Niken Widiastuti selaku Ketua Komisi Kemitraan, Hubungan Antar Lembaga, dan Infrastruktur Dewan Pers memberikan pandangan tentang AI.

Mewakili Dewan Pers, Niken menyebut bahwa media saat ini memasuki era mediamorfosis. Laju perkembangan teknologi menjadikan transformasi media melaju pesat.

Adanya AI membuat inovasi tak berhenti, tantangannya adalah bagaimana media mampu beradaptasi. “Tapi kita bisa memilih dan memilah, karena adanya AI itu seperti pisau bermata dua,” sebut Niken.

Niken tampak yakin jika AI hanyalah tools atau alat yang tak akan menggantikan peran jurnalis termasuk Darma dan puluhan jurnalis lainnya yang hadir di ruangan, maupun ribuan pekerja media di luar sana.

Jika Artificial Intelligence disimbolkan seperti pisau bermata dua, lalu muncul pertanyaan baru, bagaimana menakar peluang dan tantangannya dalam dunia jurnalisme? Agaknya pertanyaan ini mewakili jurnalis yang mengikuti rangkaian acara di Hotel Harper, Kota Yogyakarta pada Senin, (6/10/2025).

Dari perspektif industri, Agung DH yang menjadi salah satu narasumber menjelaskan bagaimana AI mempengaruhi sebuah media. Wakil Pemimpin Redaksi tirto.id itu hadir memakai batik berwarna gelap bergaris hitam menceritakan pengalamannya dalam menggunakan AI.

Agung menyampaikan, jika AI berpengaruh pada tiga hal, yakni dari sisi bisnis, algoritma, dan mempengaruhi bagaimana pembaca mempersepsikan media. Agung yakin sepenuhnya jika AI bukanlah teknologi yang perlu ditakuti, melainkan sebagai sebuah peluang.

“AI bukan sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan harus dipahami agar para jurnalis dapat menentukan peran dan posisi mereka di era digital,” bebernya meyakinkan jurnalis.

Media Talk Jurnalisme di Era AI

Media Talk Masa Depan Jurnalisme di Era AI yang diselenggarakan oleh Komdigi dan Dewan Pers berhasil digelar di Yogyakarta, Senin (6/10/2025). tirto.id/Fuad

Sorotan layar proyektor menampilkan grafik yang memperlihatkan survei penggunaan AI di South East Asia. Data itu menunjukan bahwa 95 persen jurnalis Indonesia sudah paham akan penggunaan AI.

Rincian data itu dipaparkan secara gamblang oleh Olivia Lewi Pramesti, sosok akademisi yang berasal dari Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta. “Ironisnya, itu tidak semua menggunakan AI dalam ruang redaksi,” imbuhnya.

Namun, Olivia menekankan bahwa yang penting sebelum menggunakan AI di ruang redaksi adalah human mindset centered. Manusia sebagai pusat kontrol dalam penggunaan AI itu sendiri. Olivia menyebut kondisi saat ini sebagai AI-Hype, ketika orang berlomba menggunakan aplikasi AI namun terkadang luput memahami bagaimana peran manusia tetap jadi yang utama dan bagaimana etika penggunaan alat tersebut.

Pernyataan ini ditekankan pula oleh Niken, bahwa kontrol manusia menjadi penting. Sebab AI belajar dari data atau informasi yang diinput oleh manusia sebagai penggunanya. Menurutnya, AI dapat membantu namun tidak menghilangkan peran jurnalis sebagai verifikator fakta di lapangan.

AI adalah tools, sehingga bagus atau tidaknya produk yang dihasilkan oleh akal imitasi ini kembali kepada siapa usernya.

"Konsen untuk peningkatan kapasitas SDM ini menjadi penting, tidak hanya bagaimana memanfaatkan teknologi yang lebih efektif, tapi bagaimana memastikan pemanfaatan tersebut secara bijak," ucap Dewi. Pernyataan yang kemudian dikutip Darma sebagai jawaban atas pertanyaan Darma sebelumnya.

Penggunaan AI oleh jurnalis telah diatur dalam Peraturan Dewan Pers No. 1 Tahun 2025 tentang Pedoman Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Karya Jurnalistik. Tujuannya tidak lain adalah menjaga martabat pers dan menjadikan etika serta profesionalisme sebagai panduan ditengah disrupsi AI.

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence dalam Pasal 1, diartikan sebagai teknologi informatika yang memungkinkan perangkat digital untuk membaca, menulis, memuat gambar, membuat suara, membuat gambar bergerak, serta melakukan analisis sehingga memudahkan manusia untuk menjalankan kegiatan.

Darma menyimak dengan khidmat. Sesekali matanya seperti bola kok yang dipukul dalam permainan bulu tangkis. Tangannya aktif tak berhenti mengetik beberapa materi dan penyampaian.

Media Talk Jurnalisme di Era AI

Media Talk Masa Depan Jurnalisme di Era AI yang diselenggarakan oleh Komdigi dan Dewan Pers berhasil digelar di Yogyakarta, Senin (6/10/2025). tirto.id/Fuad

Jurnalis lain bernama Sutriyati, yang sudah lebih dulu malang melintang di industri media memiliki pandangan berbeda dengan Darma. Sutriyati, atau yang biasa disapa mbak Tria, telah rutin menggunakan AI untuk mempercepat proses penulisan berita di medianya bernama Kabar Kota.

Contohnya, AI dia pakai sebagai alat untuk mentranskrip wawancara narasumber. “Aku sendiri selama ini cukup terbantu dengan adanya AI,” ungkapnya.

Mbak Tria merasa senang dengan adanya acara ini, karena menjadi ajang pembelajaran baginya untuk mendalami penggunaan AI.

Seusai acara media talks, para jurnalis selanjutnya mengikuti sharing session mengenai bagaimana pemanfaatan AI di ruang redaksi.

Workshop itu diisi oleh Rina Nurjannah selaku Redaktur Utama dan Nanda Saputri selaku SEO Manager dari tirto.id. Dalam sesi kedua ini, sejumlah AI tools yang mungkin bermanfaat bagi jurnalis diperkenalkan.

Jurnalis Disway Jogja, Khairul Anam, mengaku bahagia dengan adanya acara ini, wajahnya saat keluar dari Ballroom tampak bersahaja. Bagaimana tidak, menurutnya melalui media talks dan workshop ini menambah pengetahuan baru mengenai AI.

Anam, sapaan akrabnya, sepakat jika jurnalis dan AI adalah kolaborasi yang sempurna. Namun ia menegaskan jika AI hanya sebatas membantu bukan sebagai acuan mencari data utama.

Media Talk Jurnalisme di Era AI

Media Talk Masa Depan Jurnalisme di Era AI yang diselenggarakan oleh Komdigi dan Dewan Pers berhasil digelar di Yogyakarta, Senin (6/10/2025). tirto.id/Fuad

Usai acara, para jurnalis tampak lanjut berdiskusi dan mengejar jawaban atas pertanyaan yang belum sempat terjawab di dalam acara. Mereka juga berharap ada kelanjutan dari program ini sebab peningkatan skill di era digital ini dinilai penting.

Melalui acara ini, Dewan Pers dan Komdigi sukses menjadi lembaga yang terus bersinergi dan mendukung kapasitas para jurnalis tersebut sebagai fundamental dalam sebuah ekosistem media.

Baca juga artikel terkait KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA atau tulisan lainnya dari Abdul Haris

tirto.id - News Plus
Reporter: Abdul Haris
Penulis: Abdul Haris
Editor: Rina Nurjanah