Menuju konten utama

Massa Pro Kemerdekaan Catalunya Blokir Jalanan Serukan Mogok Umum

Pemogokan itu pada awalnya menuntut peningkatan upah minimum. Namun aksi itu dengan cepat diadopsi kelompok pro-kemerdekaan untuk memprotes pengenaan peraturan langsung Spanyol.

Massa Pro Kemerdekaan Catalunya Blokir Jalanan Serukan Mogok Umum
Pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan St James, Barcelona. REUTERS/Albert Gea

tirto.id - Pemogokan umum oleh massa pro-kemerdekaan di Catalunya pada Rabu (8/11/2017) waktu setempat membawa kekacauan karena para pemrotes memblokir lalu lintas dengan menduduki jalan.

Sejak pukul enam dini hari, demonstran menguasai lebih dari 60 jalan di Catalunya, menyebabkan kemacetan lalu lintas. Sejumlah besar demonstrasi berpusat pada jalur akses utama masuk dan keluar dari Barcelona.

Otoritas transportasi Catalunya menanggapi serentetan jalan yang tersumbat dengan mengeluarkan peringatan umum bagi wisatawan agar tidak bepergian dengan mobil.

Sementara itu, seperti dilansir The Independent, beberapa demonstrasi jalanan berlalu dengan damai dengan sejumlah demonstran bermain catur dan kartu di meja lipat di tengah jalan raya.

Namun, terjadi pula bentrokan di suatu aksi saat polisi setempat, Mossos D'Esquadra, secara fisik menyingkirkan para pemrotes untuk mengizinkan melalui lalu lintas.

Pemogokan itu pada awalnya menuntut peningkatan tingkat upah minimum di wilayah tersebut. Namun aksi itu dengan cepat diadopsi oleh asosiasi pro-kemerdekaan untuk memprotes pengenaan peraturan langsung dan penahanan beberapa mantan menteri nasionalis terkemuka.

Sumber serikat pekerja mengatakan bahwa sektor pendidikan juga sangat terpengaruh oleh pemogokan tersebut, mengingat sebagian besar universitas di Catalunya dekat dengan non-operasional, serta sejumlah besar sekolah.

Meskipun terjadi kekacauan lalu lintas, seruan untuk pemogokan umum ini mendapat dukungan lebih rendah daripada sebelumnya, pada 3 Oktober lalu, atau dua hari setelah referendum Catalunya yang penuh gejolak.

Sebagian besar bisnis, toko dan pabrik kembali beroperasi dengan normal, seperti juga sebagian besar kereta api dan bandara di wilayah ini.

Sementara itu, dalam kereta api berkecepatan tinggi, ratusan pemrotes di Kota Girona yang merupakan benteng nasionalis Catalan masih memblokir jalur kereta api cepat antara Barcelona dan Perancis sambil meneriakkan: "Kebebasan, Kebebasan."

Adapun di salah satu stasiun terbesar di Barcelona, Sants, kereta berhenti beraktivitas saat para pemrotes menduduki delapan platform yang berbeda sampai malam.

Pemerintah pusat meremehkan pemogokan tersebut. Menteri Pekerjaan Umum Spanyol, Inigo Serna, mengatakan bahwa pihaknya memiliki "dukungan minimal" untuk aksi pemogokan namun akan bertindak terhadap aksi vandalisme.

Demonstrasi pro-kemerdekaan untuk memprotes "kebijakan otoriter Madrid" juga terjadi di seluruh wilayah. Salah satu yang paling penting terjadi sekitar tengah hari di depan balai kota Barcelona. Ribuan pemrotes menuntut kebebasan bagi para menteri dan pemimpin pro-kemerdekaan yang dipenjara.

Sementara itu, seperti yang telah diperkirakan secara luas, Mahkamah Konstitusi Spanyol pada Rabu mengkonfirmasi bahwa mereka telah membatalkan deklarasi kemerdekaan sepihak parlemen Catalan pada tanggal 27 Oktober.

Dalam sebuah pidato di parlemen, menurut laporan BBC, Perdana Menteri Mariano Rajoy menyerukan pemilihan yang cepat pada 21 Desember agar Spanyol bisa mengatasi krisis.

Pihak prokemerdekaan pada Selasa (7/11/2017) gagal untuk mencapai kesepakatan membentuk front persatuan untuk pemungutan suara.

Presiden Catalunya Carles Puigdemont yang dipecat dan empat mantan penasihat melarikan diri ke Belgia. Seorang hakim investigasi belum memutuskan apakah akan melaksanakan surat perintah penangkapan Uni Eropa yang dikeluarkan hakim Spanyol pekan lalu.

Namun, Puigdemont telah dibebaskan dengan jaminan dan dijadwalkan untuk tampil di pengadilan pada 17 November.

Baca juga artikel terkait REFERENDUM CATALUNYA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari