Menuju konten utama

Maskapai Lokal Perlu Didorong Penuhi Penerbangan Haji

Pengamat penerbangan menilai penerbangan haji sebaiknya didorong untuk seluruhnya menggunakan maskapai dalam negeri.

Maskapai Lokal Perlu Didorong Penuhi Penerbangan Haji
Jamaah haji kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Palembang menuruni tangga pesawat setibanya di Bandara Sultan Mahmud Baddarudin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (23/6/2024). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nym.

tirto.id - Pemerintah memberi karpet merah bagi Lion Air Group untuk terlibat dalam penyelenggaraan penerbangan ibadah haji tahun ini. Keputusan itu diambil untuk memastikan kelancaran dan efisiensi proses penerbangan jemaah haji tahun ini yang diperkirakan bakal mengangkut sebanyak 221.000 jemaah.

Ketua Panitia Kerja (Panja) Biaya Haji Komisi VIII DPR RI, Abdul Wachid, mengungkapkan bahwa kesempatan bagi maskapai Lion Air itu diberikan usai pihaknya melakukan evaluasi penyelenggaraan ibadah haji 2024.

Panja Biaya Haji mendapati157 dari total 553 kloter penerbangan haji, baik keberangkatan maupun kepulangan, mengalami keterlambatan.

Setidaknya, ada 157 kloter penerbangan haji yang mengalami keterlambatan atau delay. Ini cukup memecahkan rekor,” ujar Abdul dalam rapat dengar pendapat dengan Dirut PT Garuda, Lion Air, Citilink, dan Saudi Airlines di DPR RI, Jakarta, dikutip Jumat (3/1/2025).

Selama ini, pemerintah hanya memercayai Garuda Indonesia untuk melayani penerbangan haji. Hal itu merupakan bentuk keberpihakan terhadap BUMN. Namun, pelaksanaan penerbangan haji tahun lalu rupanya jauh dari harapan pemerintah.

Hasil evaluasi satu pekan penerbangan haji 2024 menunjukkan angka keterlambatan penerbangan yang dilayani Garuda Indonesia cukup tinggi.

Dari 80 penerbangan di seluruh embarkasi, 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Keterlambatan bahkan tercatat sampai 3 jam 50 menit. Terkait hal ini, Kementerian Agama sempat memberi teguran tertulis ke pihak Garuda Indonesia.

Abdul membeberkan beberapa faktor penyebab keterlambatan tersebut.Salah satunya adalah permasalahan teknis pesawat udara, seperti mesin terbakar, kebocoran avtur, penggantian roda pesawat, termasuk masalah air conditioner atau AC. Keterlambatan satu penerbangan pada akhirnya berefek domino pada jadwal penerbanan lainnya.

Kami mohon ke depan jangan diulangi lagi. Kami minta serius kepada maskapai penerbangan untuk tidak ulangi terjadinya keterlambatan pada saat keberangkatan dan kepulangan di penyelenggaran haji 2025,” tegas Abdul.

Pemanfaatan Potensi Dalam Negeri

Menurut pengamat penerbangan Alvin Lie, keputusan pemerintah membuka layanan penerbangan haji kepada maskapai lain tidak lepas dari pertimbangan bahwa Garuda selama ini juga masih menyewa pesawat dari lessor untuk pelayanan haji.

Di sisi lain, Lion Group juga sudah beberapa tahun bertindak sebagai lessor melayani pengangkutan haji di negara-negara lain.

Ini kan ironis ya. Untuk angkutan haji dalam negeri kita kekurangan, tapi Lion Group mempunyai skadron yang cukup untuk bisa disewa guna melayani haji negara lain,” jelas Alvin kepada Tirto, Jumat (3/1/2024).

Alvin mengatakan bahwapada tahun lalu, Garuda Indonesia juga agak kesulitan karena pesawat-pesawat yang disewanya banyak mengalami masalah. Sementara itu, pesawat-pesawat Lion Group yang melayani negara lain secara umum baik-baik saja.

Jadi, ini saya melihatnya bukan kemudian merupakan persaingan antarmaskapai penerbangan, tapi justru pemerintah dalam hal ini mencoba memanfaatkan potensi kekuatan dalam negeri. Kalau perlu saja nanti menyewa dari luar negeri,” jelas dia.

Alvin sendiri tidak meragukan kesiapan Lion Group untuk melayani penerbangan haji. Pasalnya, Lion Group memang sudah berpengalaman beberapa tahun dan bahkan pernah melayani angkutan haji negara-negara lain.

Satu hal yang perlu diatur oleh pemerintah, kata Alvin, adalah soal harga.

Sebetulnya di sini tidak ada persaingannya karena yang menentukan harga itu pemerintah. Tinggal airline-nya mau atau tidak,” imbuh dia.

Menurut Alvin, potensi-potensi maskapai dalam negeri memang perlu didorong agar Indonesia tidak perlu lagi menyewa pesawat dari lessor negara lain.

Analis bisnis penerbangan nasional Gatot Rahardjo menambahkan bahwa keputusan pemerintah membuka opsi buat maskapai lain melayani penerbangan haji adalah langkah yang cukup baik. Bahkan, menurutnya, semua penerbangan haji bila perlu harus pakai maskapai Indonesia.

Sekarang kan separuh pakai maskapai Saudia,” ujar dia kepada Tirto, Jumat (3/1/2024).

Kendati begitu, kata Gatot, maskapai-maskapai yang dipilih untuk melayani haji juga harus benar-benar siap, baik dari sisi operasional (pengadaan pesawat, perizinan, SDM), komitmen keselamatan dan keamanan penerbangan, juga layanan buat jemaahnya.

Di sisi lain, pemerintah juga harus membuat aturan yang lebih baik dan pengawasan yang lebih ketat untuk meminimalisasi pelanggaran.

Penanganan penerbangan haji itu tidak mudah. Meliputi dua negara, penumpang yang banyak dalam waktu yang sempit, lalu lintas yang padat, jamaah yang beragam, bahkan kadang belum pernah naik pesawat. Layanan penerbangan haji juga harus full service, tidak bisa dilakukan layaknya medium atau no service,” ujar Gatot.

Kesiapan Lion Air dan Garuda Indonesia

Sementara itu, Direktur Lion Air Group, Daniel Putut Adi, menyatakan kesiapannya untuk melayani penerbangan haji 2025. Dia juga beterima kasih kepada pemerintah atas kepercayaan yang diberikan kepada Lion Group.

Kami siap 100 persen,” ujar Daniel dalam RDP dengan Komisi VIII DPR RI.

Daniel menyampaikan bahwa Lion Air sebenarnya sudah melayani perjalanan umroh sejak 2009 dengan dua pesawat. Selanjutnya, pada 2011, Lion Air juga mendapatkan kepercayaan dari salah satu maskapai dari Arab Saudi untuk disewa pesawatnya demi membantu penerbangan jemaah haji dari negara-negara Afrika, Eropa, dan Asia Tengah.

Sehingga, hampir 13 tahun kami sudah melayani penerbangan jemaah umroh. 2025 menjadi tahun baik. Bersyukur bagi kami semua mendapatkan kesempatan untuk diundang melayani jemaah haji 2025,” ujar Daniel.

Sebagai bentuk komitmen, Daniel mengatakan bahwa maskapainya akan menyiapkan 10 pesawat untuk melayani penerbangan haji 2025. Selain itu, tiga pesawat juga disiapkan untuk mem-backup apabila terjadi hal-hal tidak diinginkan.

Lion Group juga menyiapkan 116 pilot, 531 pramugari/pramugara, serta 64 teknisi mesin yang sudah punya kualifikasi.

Pesawat yang kami sediakan adalah pesawat kami sendiri. Kami menyiapkan 10 pesawat dan paling tua usia pesawatnya [diproduksi pada] 2014 atau 10 tahun. Yang lainnya bahkan ada yang usianya dua tahun. Kami semua tidak sewa dan kami miliki sendiri,” jelas dia.

Sementara itu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan menyiapkan 14 pesawat untuk melayani penerbangan haji tahun ini. Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan, mengatakan bahwa 14 pesawat itu terdiri dari delapan pesawat milik Garuda dan sisanya enam akan disewa.

Untuk jumlah kloter, kami siapkan sebanyak 282 kloter dengan jumlah pesawat total sebanyak 14. Di sini, kami sampaikan Garuda menggunakan delapan pesawat, sudah termasuk dua dari Citilink, kemudian sewa enam tambahan pesawat,” jelas Wamildan.

Wamildan memastikan sistem penyewaan enam pesawat itu sudah diselesaikan menyusul adanya keputusan dari pemerintah. Dia juga menjamin penerbangan haji tahun ini dipastikan tak ada kendala.

Kami juga siapkan pesawat backup untuk antisipasi. Dengan adanya satu pesawat standby bisa meng-cover kejadian yang tidak terduga,” ujar dia.

Baca juga artikel terkait HAJI 2025 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - News
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi