tirto.id - Korea Utara telah melepaskan tiga misil balistik yang melesat dalam jarak antara 500 hingga 600 kilometer ke laut lepas di pantai timur mereka pada Selasa (18/7/2016) dinihari.
Militer Korea Selatan mengindikasikan bahwa tindakan itu menjadi aksi provokatif terbaru dari negara yang terasingkan itu.
Pihak militer Amerika berhasil melacak peluncuran atas benda yang diduga sebagai dua unit misil Scud dan satu unit misil Rodong, sebuah misil buatan lokal yang didasarkan pada teknologi Scud era-Soviet.
Dalam beberapa tahun terakhir Korea Utara dilaporkan telah meluncurkan kedua jenis misil itu berulang kali. Aksi pada Selasa dinihari tersebut dilihat bukan hanya sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan misilnya, melainkan dimaksudkan sebagai unjuk kekuatan.
"Ini lebih berbau politik daripada teknis bagi saya," ujar Melissa Hanham, seorang peneliti senior dari Institut Kajian Internasional di Middlebury, Monterey, California.
"Saya rasa jumlah dan jangkauan misil itu membuat Korea Selatan mengingat tentang siapa lawan yang mereka hadapi," tambahnya.
Peluncuran itu dilaksanakan beberapa hari setelah Korea Selatan dan Amerika Serikat mengumumkan keputusan akhir terkait penempatan sistem pertahanan misil mutakhir THAAD di Korea Selatan untuk menangkal ancaman dari Korea Utara,
Hal itu diduga memicu Pyongyang memberikan "tanggapan fisik" berupa peluncuran misil.
"Penyelidikan kami adalah bahwa itu dilaksanakan sebagai unjuk kekuatan," seorang pejabat dari kantor Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pengarahan.
Misil itu diluncurkan dari sebuah wilayah di Hwangju, Korea Utara antara pukul 02.45 WIB dan 3.40 WIB. Militer Korea Selatan mengatakan, hal itu merupakan sebuah indikasi bahwa Korea Utara yakin misil itu tidak akan mengenai wilayahnya sendiri.
"Tiga unit misil balistik meluncur sejauh antara 500 hingga 600 kilometer, itu merupakan jarak yang cukup jauh untuk mengenai seluruh wilayah Korea Selatan, termasuk Busan," pihak militer Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Busan adalah sebuah kota pelabuhan bagian selatan Korea Selatan.
Korea Utara telah melaksanakan uji coba serangkaian misil balistik dalam beberapa bulan terakhir, yang menentang resolusi Dewan Keamanan PBB, termasuk melaksanakan peluncuran misil jarak menengah pada Juni dan sebuah misil dari kapal selam pada bulan ini.
"Sebagai tambahan, tujuan utamanya yang untuk meningkatkan kesiapan tempur misil mereka, itu mungkin juga menjadi cara untuk mengingatkan negara tetangga mereka di selatan bahwa lokasi yang ditunjuk untuk ditempati unit THAAD di Korea Selatan berada dalam jangkauan misilnya," Joshua Pollack, editor dari Nonproliferation Review Amerika Serikat mengatakan terkait peluncuran terbaru ini.
Korea Selatan mengumumkan pada Minggu lalu bahwa sistem THAAD akan ditempatkan di wilayah tenggaranya, Seongju.
"Ancaman terhadap keamanan nasional kami tumbuh dengan cepat dalam waktu yang singkat," Perdana Menteri Korea Selatan Hwang Kyo Ahn mengatakan dalam parlemen pada Selasa.
Menyusul uji coba nuklir terbaru dan peluncuran roket luar angkasa mereka pada Februari yang dipandang sebagai uji coba misil yang disamarkan, Dewan Keamanan PBB memberlakukan sejumlah resolusi baru yang lebih mengasingkan Korea Utara.
Sementara itu, Cina mendukung sanksi yang lebih berat terhadap negara tetangga dan sekutu mereka Korea Utara. Mereka pun mengkritik keputusan penempatan unit THAAD di Korea Selatan sebab langkah itu akan menyebabkan ketidakstabilan dalam keseimbangan keamanan di wilayah itu.
Namun, Kementerian Luar Negeri Cina tidak memberikan komentar terkait peluncuran misil Selasa ini, sedangkan Jepang mengutuk langkah peluncuran ini.
"Peluncuran terbaru merupakan sebuah pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB dan sangat berbahaya terhadap kapal dan pesawat dan kami memprotesnya dengan keras," pemerintah Jepang mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari