tirto.id - Lirik lagu Pancasila Rumah Kita ditulis oleh Franky Sahilatua. Makna lirik Pancasila Rumah Kita mengangkat tema nasionalisme.
Lagu Franky Sahilatua Pancasila Rumah Kita membahas tentang ideologi negara Pancasila, sebagai bentuk renungan untuk merefleksikan kembali kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Lantas, apa makna lirik lagu Pancasila Rumah Kita? Arti beserta teks lagu Pancasila Rumah Kita lengkap akan dijelaskan dalam artikel ini.
Lirik Lagu Pancasila Rumah Kita
Lagu Pancasila Rumah Kita dirilis pada 2011 dan termuat dalam album musik dengan judul yang sama. Lagu Pancasila Rumah Kita adalah salah satu dari sejumlah lagu bertema nasionalisme yang digubah Franky Sahilatua.
Berikut ini lirik lagu Franky Sahilatua Pancasila Rumah Kita lengkap:
Pancasila rumah kita
Rumah untuk kita semua
Nilai dasar Indonesia
Rumah kita selamanya
Untuk semua puji namanya
Untuk semua cinta sesama
Untuk semua warna menyatu
Untuk semua bersambung rasa
Untuk semua saling membagi
Pada setiap insan
Sama dapat
Sama rasa
Ohhh... Indonesiaku...
Ohhh... Indonesia...
Pancasila rumah kita
Rumah untuk kita semua
Nilai dasar Indonesia
Rumah kita selamanya
Untuk semua puji namanya
Untuk semua cinta sesama
Untuk semua warna menyatu
Untuk semua bersambung rasa
Untuk semua saling membagi
Pada setiap insan
Sama dapat
Sama rasa
Ohhh... Indonesiaku...
Ohhh... Indonesia…
Makna Lagu Pancasila Rumah Kita
Selain sebagai hiburan, lagu Pancasila Rumah Kita juga kerap dijadikan media pembelajaran, sebagai cara untuk menanamkan nasionalisme bagi generasi Indonesia.
Oleh karena itu, tentunya lirik lagu Pancasila Rumah Kita memiliki makna yang dalam.
Dewi Tri Utami dalam Pemaknaan Nilai Pancasila dalam Lagu “Pancasila Rumah Kita” (Makalah UGM, 2012) menyatakan bahwa pendengar melalui lagu ini dapat mengetahui kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Selain itu, Pancasila Rumah Kita juga menekankan keberadaan negara Indonesia yang bertujuan untuk mencapai keadilan sosial dengan penerapan asas sama dapat dan sama rasa.
Franky Sahilatua mengajak pendengar merefleksikan kembali nilai dan kedudukan Pancasila. Jangan sampai pemahaman kita melenceng dengan mengutamakan kelompok tertentu, padahal masyarakat Indonesia beragam yang terangkum dalam moto Bhinneka Tunggal Ika.
Itulah makna lagu Rumah Kita ciptaan Franky Sahilatua.
Profil Franky Sahilatua, Pencipta Lagu Pancasila Rumah Kita
Franky Sahilatua (1952-2011) banyak menulis lagu, tidak hanya lirik Pancasila Rumah Kita. Franky lahir pada 16 Agustus 1952 di Surabaya, dari keluarga musisi.
Pada tahun 1970-an, Franky berduet bersama adiknya, Jane Sahilatua, dengan nama grup Franky & Jane. Duet ini sempat menghasilkan lima belas album yang semuanya di bawah naungan Jackson Record.
Kendati demikian, duet Sahilatua bersaudara itu tidak menghasilkan popularitas yang diharapkan. Kesuksesan Franky dimulai ketika penulis novel Teguh Esha meminang Franky & Jane untuk mengisi musik di cerita film yang ia buat, yakni Ali Topan Anak Jalanan (1977).
“Saya merasa banyak ditolong Mas Teguh,” kata Franky, seperti dikutip Musikku (2007:227) dari Aktuil edisi 247 Juni 1978. Diiringi J. Company, mereka merekam lagu di Duba Record.
Sejak rilis film Ali Topan Anak Jalanan, pamor Franky mulai terangkat. Masa depannya sudah terlihat cerah. Lagu-lagu Sahilatua bersaudara kemudian cukup dikenal dan sering diputar di radio.
Setelah vakum beberapa lama dan Jane sibuk dengan keluarganya, Franky memilih jalan sebagai musisi solo.
Beberapa waktu setelahnya, ia juga bersinggungan dengan dunia aktivisme, serta aksi-aksi panggung bertema sosial dan nasionalisme. Ia juga aktif terlibat dalam periode peralihan politik Orde Baru ke Reformasi.
Melalui musik, Franky menyuarakan kesejahteraan rakyat Indonesia. Karena itu juga, pada 2006, Franky diangkat menjadi duta buruh migran Indonesia bersama Nini Carlina oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI).
Pada usia 55 tahun, Franky didiagnosis menderita kanker tulang belakang yang merenggut nyawanya dua tahun kemudian pada 20 April 2011 di Jakarta.
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Ibnu Azis