tirto.id - Menonton film-film bertema perjuangan menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dapat memberikan pengetahuan tentang sejarah.
Selain itu, film-film perjuangan ini juga bisa memberikan pesan moral, serta untuk mengenang jasa para pahlawan. Salah satunya adalah film Guru Bangsa: Tjokroaminoto.
Guru Bangsa: Tjokroaminoto merupakan salah satu film bertema perjuangan dengan genre drama biografi.
Film ini pertama kali tayang pada 2015 dan disutradarai oleh Garin Nugroho, yang mengusung kisah perjalanan hidup dari salah satu pahlawan pergerakan nasional Indonesia yaitu Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau lebih dikenal dengan H.O.S Tjokroaminoto.
Tokoh Tjokroaminoto pada film ini diperankan oleh Reza Rahardian, aktor ternama yang sudah tidak diragukan lagi kiprahnya dalam dunia perfilman Indonesia.
Tidak hanya Reza Rahardian, film ini juga menggaet aktor dan aktris senior seperti Didi Petet, Christina Hakim, Egi Fedly, Alex Komang, dan para pemain lainnya yang turut membuat menarik film ini.
H.O.S Tjokroaminoto sendiri merupakan salah satu pemimpin organisasi massa pertama di Indonesia bernama Sarekat Islam (SI).
Sinopsis Film Guru Bangsa: Tjokroaminoto
Diceritakan, Tjokroaminoto merupakan putra dari keluarga bangsawan Jawa di Ponorogo dan memiliki latar belakang keislaman yang kuat. Sejak kecil ia sudah merasakan keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat pribumi pada masa itu.
Terutama bagi kaum-kaum buruh dan rakyat pribumi lainnya yang merasa tersiksa karena perlakuan kolonial Belanda yang selalu merendahkan dan semena-mena.
Ternyata keprihatinannya tersebut membuat hati kecilnya selalu merasa resah bahkan hingga ia telah dewasa. Hal ini lah yang membuat ia memutuskan untuk hijrah mengikuti kata hatinya dan meninggalkan segala bentuk kebangsawanannya.
Setelah beberapa bulan berada di Semarang, ia memutuskan untuk pindah ke Surabaya bersama istri dan anaknya untuk lebih melihat bagaimana realita sosial rakyat kecil pada masa itu.
Ia sering menyuarakan aspirasi melawan kolonial Belanda dan melindungi rakyat pribumi yang tertindas melalui tulisannya di surat kabar serta menggelar orasi massa.
Ini membuat Tjokroaminoto menjadi orang yang disegani dan selalu diandalkan untuk berbagai permasalahan sosial oleh masyarakat di sana maupun perkumpulan organisasi.
Karena jiwa kepimpinan Tjokroaminoto yang telah diakui banyak orang membuat Haji Samanhoedi dari Sarekat Dagang Islam (SDI) di Surakarta mengirim utusannya pada Tjokroaminoto untuk memintanya memimpin organisasi tersebut yang sedang dibekukan oleh Belanda.
Dari situlah perjuangannya untuk melawan rezim kolonial Hindia Belanda dimulai. Pada 1912 ia mendirikan Sarekat Islam (SI) yang sebelumnya merupakan Sarekat Dagang Islam (SDI).
Seiring Berjalannya waktu, Tjokroaminoto berhasil membuat Sarekat Islam menjadi organisasi resmi bumiputera pertama yang terbesar di Indonesia dengan 2 juta anggota.
Tujuan dari organisasi ini adalah berusaha untuk menyamakan hak dan martabat masyarakat bumiputera yang terjajah di kala itu.
Dengan kesuksesan tersebut tentunya itu tidak menjamin kelancaran dari sebuah organisasi. Sarekat Islam juga sering mengalami perdebatan hingga perpecahan antar anggotanya.
Link Nonton Film Guru Bangsa: Tjokroaminoto
Film Guru Bangsa: Tjokroaminoto bisa disaksikan secara streaming melalui situs Vidio, berikut ini linknya.
Link Nonton Film Guru Bangsa: Tjokroaminoto di Vidio
Sejarah dan Kisah Hidup H.O.S Tjokroaminoto
Tjokroaminoto adalah pahlawan nasional sekaligus pemimpin abadi Sarekat Islam (SI). Memiliki nama lengkap Hadji Oemar Said (H.O.S.) Tjokroaminoto, dia memimpin SI sejak 1914 hingga wafat pada 17 Desember 1934.
Di bawah kendalinya, SI sempat menjadi salah satu organisasi massa terbesar dalam sejarah pergerakan nasional.
Ia lahir di Bakur, Madiun, Jawa Timur, tanggal 16 Agustus 1882. Ayahnya, R.M. Tjokroamiseno, adalah seorang wedana atau asisten bupati. Sedangkan sang kakek, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah menjadi Bupati Ponorogo.
Tjokroaminoto juga merupakan guru bagi tokoh-tokoh yang kelak sangat berpengaruh, seperti Sukarno, Semaoen, Musso, hingga Maridjan Kartosoewirjo. Maka, tidak berlebihan jika Tjokroaminoto boleh disebut sebagai bapaknya bapak bangsa Indonesia.
Tjokroaminoto memimpin SI sejak 1913 setelah mengambilalih tampuk kuasa dari kubu Hadji Samanhoedi di Solo. Disebutkan Pramoedya Ananta Toer dalam Sang Pemula (2003), SI sudah dibentuk pada 1909 di Bogor dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI) oleh Tirto Adhi Soerjo (hlm. 152).
Setelah berhasil mengambilalih kepemimpinan pusat SI atau Centraal Sarekat Islam (CSI) dari Samanhoedi, Tjokroaminoto memindahkan kantor pusatnya ke Surabaya.
Kemudian ia pindahkan lagi ke Yogyakarta dan berafiliasi dengan Muhammadiyah pimpinan K.H. Ahmad Dahlan. Pada perkembangannya, Tjokroaminoto menjadi sosok paling berpengaruh di kancah pergerakan nasional.
Ia menjadi pemimpin besar SI hingga akhir hayatnya pada 1934. Di tahun 1929, SI berubah jadi partai politik bernama Partai Sarekat Islam Indonesia. Tjokroaminoto masuk sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat Hindia) yang diresmikan pemerintah kolonial sejak 1916.
Meskipun menjadi anggota parlemen bentukan kolonial, namun Tjokroaminoto kerap bersuara keras demi memperjuangkan kepentingan rakyat bumiputera.
Di bawah naungan Tjokroaminoto, SI menghimpun tokoh-tokoh penting pergerakan nasional. Ada Agus Salim, Abdoel Moeis, Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara), Soerjopranoto, hingga Semaoen dan Alimin. Tjokroaminoto juga menjadi bapak sekaligus mentor bagi tokoh-tokoh yang kelak amat berpengaruh dalam riwayat berdirinya RI.
Sukarno adalah salah satu murid kesayangan Tjokroaminoto dan pernah tinggal di kediamannya semasa muda. Begitu pula dengan Maridjan Kartosoewirdjo, Muso, dan lain-lain.
Dalam kongres yang digelar pada Januari 1929, diputuskan bahwa PSI berganti nama lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Tjokroaminoto kembali terpilih sebagai ketua umum untuk kesekian kalinya.
Tanggal 17 Desember 1934, Tjokroaminoto meninggal dunia. Setelah itu, PSII terpecah-belah dengan hengkangnya beberapa tokoh penting, termasuk Haji Agus Salim setelah berselisih dengan adik Tjokroaminoto, Abikoesno Tjokrosoejoso.
Tjokroaminoto memang tidak sempat menikmati alam kemerdekaan. Namun, pengaruh dan sumbangsihnya bagi gagasan bangsa Indonesia untuk berdiri di atas kaki sendiri sangat besar.
Presiden Sukarno atas nama pemerintah RI menetapkan H.O.S. Tjokroaminoto sebagai pahlawan nasional pada 1961.
Trailer Film Guru Bangsa: Tjokroaminoto
Editor: Yantina Debora