Menuju konten utama
Film Perjuangan

Sinopsis Film Perjuangan "Kereta Api Terakhir" Karya Mochtar S

Sinopsis film Perjuangan “Kereta Api Terakhir” berlatar belakang kisah gagalnya 'Perjanjian Linggarjati' tahun 1946.

Sinopsis Film Perjuangan
Ilustrasi Kereta Api (KA) di Stasiun Tugu Yogyakarta, DI Yogyakarta, Selasa (21/6). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

tirto.id - Kereta Api Terakhir merupakan salah satu film perjuangan bangsa Indonesia yang diproduksi pada tahun 1981.

Film karya sutradara Mochtar Soemodimedjo ini diadaptasi dari novel "Kereta Api Terakhir ke Jogjakarta: Roman Revolusi '45" karya Pandir Kelana.

Sebuah film dengan latar belakang gagalnya 'Perjanjian Linggarjati' yang mengisahkan tentang perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Siliwangi yang terjadi akibat pelanggaran 'Perjanjian Linggarjati' oleh Belanda pada tahun 1946.

Dikutip laman Perpusnas Indonesia, film berdurasi 170 menit ini diproduseri oleh G. Dwipayana yang dikemas dengan unsur drama komedi romantis.

Beberapa pemain yang terlibat dalam film ini adalah sebagai berikut:

  • Gito Rollies sebagai Sersan Tobing
  • Pupung Harris sebagai Letnan Firman
  • Deddy Sutomo sebagai Kondektur Bronto
  • Rizawan Gayo sebagai Letnan Sudadi
  • Sundjoto Adibroto sebagai Kolonel Gatot Subroto
  • WD Mochtar
  • Sofia WD
  • Him Damsyik
  • Marlia Hardi

Sinopsis Film Perjuangan Kereta Api Terakhir (1981)

Film ini mengisahkan markas besar TNI di Yogyakarta yang memutuskan untuk menarik semua kereta api menuju Yogyakarta.

Para anggota TNI kemudian ditugaskan untuk mengamankan kereta api terakhir yang akan diberangkatkan dari Stasiun Purwokerto menuju Yogyakarta.

Mereka terdiri dari tiga anggota TNI, yakni Letnan Sudadi, Letnan Firman, dan Sersan Tobing yang bekerja sama dengan Kol. Gatot Subroto.

Sudadi mengawal kereta yang pertama, Firman dan Tobing mengawal kereta terakhir yang penuh hambatan.

Perjalanan kereta api terakhir tersebut mengangkut pengungsi dan dokumen bersejarah republik Indonesia.

Dalam perjalanan penuh hambatan itu digambarkan dengan pengungsi yang memadati gerbong kereta, kemudian ada serangan udara tentara sekutu yang dibonceng oleh Belanda, serta berbagai hambatan lainnya.

Kisah perjuangan ini dikemas dengan cerita romantis serta dibumbui komedi.

Dalam film ini juga diceritakan tentang kepahlawanan para pegawai kereta api, terutama kondektur Bronto.

Serta terselip kisah cinta antara Firman dan dua Retno yang ternyata merupakan gadis kembar.

Film Kereta Api Terakhir (1981) termasuk salah satu film yang direstorasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm).

Dalam situs Kemendikbud disebutkan, film produksi Perusahaan Produksi Film Negara (PPFN) tahun 1981 ini menjadi film keempat yang berhasil direstorasi oleh Kemendikbud.

Kepala Pusbangfilm Maman Wijaya mengatakan, Pusbangfilm sudah memetakan film-film yang akan direstorasi oleh Pemerintah, dengan memprioritaskan film-film yang masuk kategori sudah mengalami kerusakan parah, dan film tersebut dipandang memiliki nilai budaya tinggi.

Pemilihan restorasi untuk film Kereta Api Terakhir karena mengisahkan perjuangan revolusi kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1947 dan juga menjadi salah satu film kolosal produksi dalam negeri yang melibatkan hingga 15.000 pemain.

Baca juga artikel terkait KERETA API TERAKHIR atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Film
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Yantina Debora