tirto.id - Jemaah haji kloter pertama embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG-01) yang berjumlah 388 orang diberangkatkan dini hari tadi. Mereka mendapatkan fasilitas fast track (fasilitas preclearance atau pemeriksaan dokumen jemaah haji oleh Keimigrasian Pemerintah Arab Saudi di Indonesia).
Kurang dari dua menit proses pemeriksaan dokumen jemaah selesai, sehingga antrean jemaah yang hendak diberangkatkan ke Tanah Suci tidak lagi panjang. Selain di Soekarno Hatta, penerapan fast track juga akan diberlakukan di dua bandara lain, yakni Juanda Surabaya (SBU) dan Solo (SOC).
"Kita tadi melihat bagaimana proses fast track yang diberlakukan di Bandara Jakarta ini. Waktunya tidak lebih dari dua menit," kata Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, Minggu (12/05/2024).
"Jadi sangat cepat sekali, sangat membantu proses keimigrasian jamaah kita. Nanti begitu sampai ke Saudi tidak lagi melalui proses imigrasi tapi bisa langsung melaksanakan ibadah di Tanah Suci," katanya.
Yaqut menambahkan, fast track ini merupakan bagian dari wujud nyata kerja sama antara dua kenegaraan, Saudi Arabia dan Indonesia. Sebelumnya, fasilitas fast track hanya ada satu, yakni di Bandara Soekarno Hatta.
"Kami sampaikan, dalam beberapa tahun yang lalu fast track seperti ini kita hanya punya satu di Jakarta. Tapi hari ini kita diberikan keleluasaan oleh Pemerintah Saudi dengan menambah dua fast track lagi, yaitu di Solo dan Surabaya," ujarnya.
Jemaah haji kloter pertama terbang dari Bandara Soekarno Hatta, dan siang ini dijadwalkan sampai di Bandara Amir Muhammad Abdul Aziz (AMAA) Madinah. Keberangkatan kloter pertama ini dilepas langsung oleh Menteri Agama.
Saat melepas keberangkatan kloter pertama, ia menyempatkan menyapa jemaah lanjut usia (lansia) yang mendapat prioritas dengan duduk di kursi bisnis. Tahun ini, Kementerian Agama masih mengusung tagline Haji Ramah Lansia.
Ada sekitar 45.678 jemaah dengan usia 65 tahun ke atas (21,41 persen). Kemenag berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik bagi seluruh jemaah, termasuk para lanjut usia.
Selama mengikuti bimbingan teknis, para petugas dilatih dan diingatkan agar lebih ramah dan peduli kepada jemaah, khususnya lansia.
Seluruh jemaah haji juga diajak untuk bersama memberikan kepedulian kepada para lansia yang ada dalam rombongannya.
Kemenag juga menginisiasi sejumlah Program Ramah Lansia sejak dalam negeri, misalnya: bimbingan manasik dengan mengedapkan rukhshah (keringanan), pengkloteran dengan memprioritaskan lansia menempati kursi bisnis, seremoni yang singkat (maksimal 30 mnt dan 2 sambutan), layanan prioritas di asrama haji dalam bentuk makan dengan menu khusus, dan penempatan kamar di lantai bawah.
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Irfan Teguh Pribadi