tirto.id - Gerakan 3A adalah salah satu cara Jepang melancarkan propaganda saat menduduki Indonesia di tengah Perang Dunia II. Apa latar belakang gerakan 3A yang dibentuk oleh Jepang?
Setelah Belanda menyatakan menyerah dari Jepang melalui perjanjian Kalijati pada 8 Maret 1942, bala tentara Nippion secara resmi menduduki Indonesia. Saat itu, Jepang langsung bergerak cepat untuk melakukan Japanisasi (gerakan menjadikan Indonesia seperti Jepang).
Jepang lalu membentuk pemerintahan militer dan pemerintahan sipil di Indonesia. Tujuan utama pemerintahan bentukan Jepang itu adalah mengeruk sumber daya alam dan mengerahkan tenaga manusia di Indonesia untuk mendukung kepentingan Nippon di Perang Dunia II.
Oleh karena itu, pemerintah Jepang melakukan propaganda agar mereka mendapat bantuan dan simpati dari rakyat Indonesia. Berbagai strategi propaganda dilancarkan oleh pemerintah Jepang, salah satunya melalui gerakan 3A.
Gerakan 3A masyhur dengan slogan "Nippon Cahaya Asia," "Nippon Pelindung Asia," serta "Nippon Pemimpin Asia." Gerakan 3A disponsori Jawatan Propaganda Sendenbu yang dipimpin oleh Shimizu Hitoshi.
Latar Belakang Gerakan 3A Jepang dan Tujuannya
Pada tahun 1900-an, Jepang menjadi negara Asia yang mampu bersaing dengan negara-negara besar Eropa maupun Amerika. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam mengalahkan Rusia dalam perang tahun 1905, seperti dikutip dari Nyoman Dekker dalam Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia (1993: 11-12).
Setelah itu, Jepang dipandang sebagai negara Asia yang tidak dapat dianggap remeh dan menjadi salah satu kekuatan baru di dunia. Negara-negara Asia lainnya menganggap kemenangan Jepang atas Rusia sebagai titik awal dari kebangkitan Asia dan menimbulkan semangat anti-kolonialisme barat.
Pada akhir tahun 1930-an, Jepang semakin menunjukkan hegemoninya dan tampil sebagai salah satu penantang sekutu di Perang Dunia II. Aksi militer Jepang di awal Perang Dunia II secara cepat melumpuhkan dominasi negara-negara sekutu di laut pasifik dan sebagian Asia.
Indonesia yang kalai masih menjadi koloni Belanda masuk dalam incaran militer Jepang. Maka dari itu, dalam tempo singkat, pasukan Nippon merangsek masuk wilayah Hindia Belanda dan dengan tanpa kesulitan berarti membuat pemerintahan kolonial di Indonesia takluk.
Saat menduduki Indonesia, militer Jepang berupaya menjadikan tanah jajahan barunya ini sebagai salah satu penopang kepentingannya di Perang Dunia II. Tidak heran, Jepang melengkapi startegi militernya dengan propaganda yang gencar untuk menarik simpati Bangsa Indonesia.
Anik Sulistiyowati dalam modul Sejarah Indonesia terbitan Kemdikbud (2020:10), menulis upaya Jepang mendapat dukungan rakyat Indonesia untuk memenangkan Perang Dunia II itu dibarengi dengan propaganda bahwa Nippon adalah saudara tua Indonesia.
Kemudian, dibentuklah gerakan 3A pada 29 April 1942 yang dipimpin oleh Mr. Syamsudin. Gerakan 3A ini memiliki 3 semboyan: Nippon pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia.
Mengutip dari penjelasan Abdulsalam dalam bukunya yang berjudul Menudju Kemerdekaan (1964), tujuan utama pembentukan gerakan 3A adalah menyukseskam agenda Jepang untuk mengalahkan Sekutu di Perang Dunia II.
Tujuan tersebut membuat Mr. Syamsudin yang ditunjuk memimpin gerakan 3A berusaha menarik simpati rakyat Indonesia kepada Jepang. Hal pertama yang dilakukan ialah dengan menghapuskan penggunaan Bahasa Belanda dan mengizinkan pemakaian bahasa Indonesia secara resmi.
Atas perintah Jepang pula, gerakan 3A menghapuskan sistem pendidikan yang diterapkan di masa Belanda. Saat itu, tidak ada lagi pemisahan pendidikan akibat sistem sosial yang berbeda. Sekolah dibuka bagi semua rakyat, tetapi dengan kurkulum bikinan Jepang.
Penyebab Gerakan 3A Gagal
Pada akhirnya, gerakan 3A tidak mendapatkan simpati dari banyak rakyat Indonesia. Penderitaan rakyat Indonesia di masa penjajahan Jepang membikin strategi propaganda itu tak berjalan sesuai keinginan Nippon. Apalagi, gerakan 3A hanya menonjolkan Jepang dan kepentingannya.
Selain itu, bagi kaum intelektual di Indonesia saat itu, gerakan 3A kurang menarik dan sama sekali tidak bermanfaat bagi rakyat. Mereka menilai gerakan ini dibuat hanya untuk memobilisasi massa demi kepentingan Jepang. Mereka juga menilai gerakan 3A sama sekali tidak mendukung cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Addi M Idhom