tirto.id - Pada masa pandemi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) punya peran signifikan. Saat mobilitas manusia dibatasi dan pusat perbelanjaan ditutup, UMKM masih eksis bahkan punya andil menopang kebutuhan sehari-hari.
Tak hanya eksis, setelah kebanyakan sektor ekonomi lumpuh dihajar pandemi, UMKM justru bertumbuh. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenkopUKM), per Maret 2021 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta.
Dengan jumlah UMKM sebesar itu, tak heran jika sektor ini turut berkontribusi sebesar 61,07 persen atau senilai Rp8.573,89 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, UMKM mampu menyerap 97 persen total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,42 persen dari total investasi di Indonesia.
Sebagai tulang punggung ekonomi nasional, munculnya UMKM-UMKM baru adalah hal yang menggembirakan. Namun demikian, tidak semua UMKM mengalami pertumbuhan. Setidaknya, ada lima kategori UMKM yang paling banyak muncul pada saat pandemi.
Pertama, UMKM makanan dan minuman (F&B) jelas menjadi kategori terpopuler. Ini tidak mengagetkan mengingat pangan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Menurut Tokopedia dan Gojek, pembelian makanan siap saji, dessert box, rice bowl, keripik, makanan rumahan, dan produk minuman menjadi usaha yang paling banyak muncul dan bertahan lama.
Kedua, pelaku UMKM di kategori kecantikan dan perawatan tubuh, yang mencatat peningkatan transaksi hingga 13 kali lipat dan menjangkau pelanggan hingga ke Papua.
UMKM kategori ketiga yang banyak muncul adalah tanaman dan alat berkebun. Ini juga tak mengherankan karena berkebun menjadi salah satu hobi yang banyak digemari masyarakat selama pandemi. Tokopedia mencatat bahwa transaksi kategori ini meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.
Selanjutnya, hobi yang juga meningkat saat pandemi adalah olahraga. Mulai dari lari, fitness, memancing, mendaki, sepak bola, dan bersepeda. Ini membuat UMKM produk olahraga juga banyak mengalami pertumbuhan jumlah.
Terakhir, kategori UMKM yang mengalami pertumbuhan tinggi adalah alat lukis. Sejalan dengan berkebun dan olahraga, melukis juga menjadi hobi yang digemari masyarakat di saat pandemi. Tren ini menanjak dengan adanya paint by numbers yang unik dan ramai di media sosial sehingga produk perlengkapan melukis meningkat dua kali lipat.
Dibantu KUR
Meski tren transaksi pembelian dan pertumbuhan UMKM meningkat, fakta di balik layar tidak melulu menggembirakan. "Hasil survei Asian Development Bank menyebutkan 75% UMKM Indonesia mengalami hambatan di sektor keuangan, terutama akses modal pada saat membuka dan menjalankan usahanya, serta dalam cicilan pembayaran," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha Magfiruha Rachbininya dalam Webinar 'Evaluasi Ekonomi Indonesia 2021', Rabu (8/12/2021).
Pelan tapi pasti, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak kinerja UMKM, salah satunya dengan menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 48/2020 (revisi dari POJK Nomor 11/2020) tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019. Ikhtiar itu dilakukan sebagai stimulus untuk mendorong optimalisasi pertumbuhan ekonomi dengan memberikan dukungan bagi UMKM dari sisi permodalan melalui program restrukturisasi kredit.
KUR menjadi salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam memudahkan kredit bagi UMKM. Pemerintah menyalurkan KUR melalui sejumlah lembaga keuangan, termasuk Bank Rakyat Indonesia (BRI). KUR yang disalurkan oleh BRI ini dapat menjangkau seluruh area di Indonesia, termasuk di daerah luar dan terasing.
“Tercatat sepanjang Januari 2021 hingga Desember 2021, BRI berhasil menyalurkan KUR mencapai Rp194,9 triliun kepada 6,5 juta debitur,” kata Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto. Ia menambahkan, realisasi itu naik 40,7% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan penyaluran KUR BRI pada tahun 2020, yakni Rp138,5 triliun.
Salah seorang penerima manfaat KUR BRI adalah Sahroji, pemilik warung kelontong di terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Pada awal pandemi, ketika jumlah pengunjung harian terminal itu anjlok dari 2.000-2.500 orang menjadi kurang dari 1.000 orang, usaha Sahroji mati angin. Pria asal Pemalang ini bahkan sempat kembali menjadi tukang asong menjajakan kacamata dari kampung ke kampung, mulai dari Kampung Rambutan hingga ke Kalisari, Cijantung.
Peruntungan sosok 46 tahun ini membaik setelah teman-temannya sesama Agen BRILink urunan membantu keuangan Sahroji dan Sahroji sendiri mengajukan KUR BRI. Kini, ia bahkan sudah punya warung kelontong baru dan mempekerjakan karyawan baru.
“Alhamdulillah sekarang saya punya empat pegawai. Dua di warung terminal sini dan dua orang lainnya di lokasi baru di bilangan Tanah Merdeka, Ciracas (Jakarta Timur).”
Mayoritas KUR BRI disalurkan ke sektor produksi, seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan, kelautan dan perikanan serta industri pengolahan. Di samping itu, BRI juga dianggap mampu menjaga kualitas KUR yang disalurkan.
Saat ini, KUR BRI menetapkan plafon kredit tanpa jaminan atau agunan untuk KUR Mikro dengan pinjaman sampai Rp 100 juta. Pinjaman ini memiliki jangka waktu maksimal 3 tahun untuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan maksimal 5 tahun untuk Kredit Investasi (KI).
Sementara untuk KUR Kecil, jumlah pinjaman yang diberikan ada di kisaran lebih dari Rp 100 juta hingga Rp 500 juta dengan jangka waktu maksimal 4 tahun untuk KMK dan 5 tahun untuk KI. Tidak seperti KUR Mikro, KUR Kecil memiliki agunan berupa tanah, bangunan, kendaraan, mesin, serta tabungan/deposito.
Syarat pengajuan KUR BRI terbilang cukup mudah. Fasilitas KUR BRI ini bebas biaya administrasi dan provisi. Selain itu, suku bunga yang diterapkan KUR BRI cukup ringan, yaitu 6 persen per tahun.
Bagi peminjam individu (perorangan), syaratnya adalah memiliki usaha yang telah berjalan minimal enam bulan, menjalankan usahanya baik berupa toko fisik maupun online di salah satu platform e-commerce (Shopee atau Tokopedia) dan/atau penyedia ride hailing (Gojek atau Grab), tidak sedang menerima kredit dari perbankan kecuali kredit konsumtif seperti KPR, KKB, dan Kartu Kredit.
Sementara itu, persyaratan administrasi yang diperlukan adalah identitas berupa KTP, Kartu Keluarga (KK), dan surat izin usaha (bagi yang usahanya dijalankan secara online, dapat berupa surat keterangan yang diterbitkan oleh e-commerce atau ride hailing). Kemudian untuk KUR Kecil, penambahan syaratnya adalah dokumen agunan dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Informasi lebih lengkap mengenai KUR BRI bisa dilihat di sini.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis