tirto.id -
Stigma mengenai kuliah di luar negeri yang masih dianggap sebagai hal yang mewah dan mahal oleh masyarakat ternyata menjadi salah satu faktor penyebab jumlah pelajar Indonesia di luar negeri yang semakin menurun.
Direktur utama lembaga pendidikan Euro Management, Bimo Sasongko, di Jakarta, Minggu, (27/3/2016), mengatakan, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang seharusnya bisa lebih banyak lagi mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara maju.
Indonesia, lanjutnya, masih membutuhkan dan harus menyerap ilmu dari negara-negara maju untuk digunakan di Indonesia. Hal yang tidak didapatkan jika berkuliah di dalam negeri.
"Kondisi yang terjadi pada saat ini terbalik, ketika negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja mengirim ribuan pelajar kuliah ke luar negeri, pelajar dari Indonesia justru berkurang," kata Sasongko.
Di Amerika, pada rentang periode tahun 1990 hingga 2000, ada sekitar 15.000 mahasiswa Indonesia. Namun demikian, saat ini justru turun menjadi 6.000 mahasiswa. Kemudian, pada 1980 hingga 1990 jumlah mahasiswa Indonesia di Jerman mencapai 7.000 orang namun sekarang hanya tersisa 2.500 orang.
"Hal ini tentu saja sangat menyedihkan, padahal saat ini persaingan semakin ketat dibanding 20 tahun yang lalu," cetus dia.
Sasongko menyebut terdapat perbedaan antara pemerintah rezim saat ini dan sebelumnya. Pada saat BJ Habibie menjadi menteri riset dan teknologo, ribuan pelajar dikirim ke luar negeri, sementara saat ini justru kuota untuk pengiriman belajar dikurangi.
"Presiden Soekarno melakukan hal itu dengan mengirimkan pelajar-pelajar Indonesia ke luar negeri. Jadi yang pertama kali harus dibangun itu dalam suatu bangsa adalah sumber daya manusianya," kata dia.
Lebih lanjut, Sasongko mengatakan bahwa stigma yang mengatakan bahwa pendidikan di luar negeri yang mewah dan mahal tersebut tidak sepenuhnya benar.
"Kuliah di luar negeri tak mahal, karena ada beberapa negara di Eropa seperti Jerman dan Perancis yang memberikan pendidikan gratis asalkan kuliah dalam bahasa Perancis dan Jerman," ujar dia.
Sasongko menambahkan, banyak manfaat yang didapatkan jika kuliah di luar negeri seperti mental yang teruji, percaya diri, mandiri, serta berani. Sehingga lulusan luar negeri bisa bersaing di tingkat global. "Jadi bukan hanya mendapat ilmu pengetahuan saja," tambah dia. (ANT)