Menuju konten utama

Kronologi Penularan Cacar Monyet di Dunia hingga Menginfeksi Anjing

Lebih dari 90 negara melaporkan kasus cacar monyet per 18 Agustus 2022. Total kasus cacar monyet di dunia lebih dari 38.800 pasien.

Kronologi Penularan Cacar Monyet di Dunia hingga Menginfeksi Anjing
Ilustrasi Monkeypox. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Penyakit cacar monyet atau monkeypox kembali mewabah pada 2022. Virus ini pertama kali ditemukan pada monyet 1958 silam. Kasus pertama cacar monyet pada manusia ditemukan pada 1970 di Kongo, Afrika.

Pada 7 Mei 2022, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (The UK Health Security Agency/UKHSA) melaporkan seorang warga terinfeksi cacar monyet. Dia merupakan pelaku perjalanan dari Nigeria, Afrika Barat.

Tak lama setelah itu, sejumlah kasus cacar monyet dilaporkan sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat. Berdasarkan laporan Reuters pada 19 Mei 2022, terdapat 9 kasus cacar monyet strain Afrika Barat di Inggris. Kemudian, Portugal melaporkan 5 kasus cacar monyet dan Spanyol menguji 23 kasus potensial cacar monyet. Sedangkan AS melaporkan satu kasus monkeypox.

Pada 25 Mei 2022, hampir 20 negara non-endemis telah melaporkan kasus cacar monyet dengan lebih dari 100 kasus yang terkonfirmasi. Sebagian besar kasus tersebut berada di Eropa.

Sementara di Indonesia pada 17 Juni 2022, Dinas Kesehatan dan KB Singkawang, Kalimantan Barat, menemukan satu kasus warga yang diduga terinfeksi cacar monyet. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memastikan hasil pemeriksaan pasien tersebut negatif cacar monyet.

"Itu cacar air," kata Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril, Senin (20/6/2022).

Kemudian pada 20 Juli 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus cacar monyet mencapai 14 ribu kasus di dunia. Selain itu, ada lima kematian akibat penyakit tersebut di Afrika.

Menyikapi itu, WHO menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (public health emergency of international concern/PHEIC). Hal itu diputuskan oleh WHO dalam pertemuan komite darurat International Health Regulations (IHR) untuk meninjau wabah multinegara pekan lalu, Jumat (22/7/2022).

WHO mendukung negara-negara berisiko dengan memberikan panduan kesehatan masyarakat serta memfasilitasi pengujian cacar monyet.

Sebaran cacar monyet di dunia kembali membubung pada awal Agustus 2022. Lebih dari 26.500 kasus cacar monyet atau monkeypox saat ini tersebar di 80 negara. Sejumlah negara non-endemik juga melaporkan kasus pertama kematian akibat cacar monyet.

Selain menyerang manusia, virus cacar monyet juga dilaporkan menginfeksi seekor anjing peliharaan di Prancis. Menukil Jurnal The Lancet yang diterbitkan pada 10 Agustus 2022, seekor anjing greyhound jantan yang awalnya sehat mulai menunjukkan ruam dan luka di sekitar perut dan anus pada hari ke-12 setelah pemiliknya memiliki gejala cacar monyet.

Hasil tes menunjukkan anjing berusia 4 tahun tersebut terinfeksi jenis cacar monyet yang sama dengan pemiliknya.

Sementara pada 13 Agustus 2022, WHO mengadakan forum terbuka untuk mengganti nama penyakit cacar monyet. Hal itu lantaran nama tersebut terkesan menghina atau memiliki konotasi rasis.

WHO juga mengganti nama dua keluarga atau clades dari virus cacar monyet, yaitu dengan menggunakan angka Romawi untuk menghindari stigmatisasi pada wilayah geografis tertentu. Versi penyakit yang sebelumnya dikenal sebagai Cekungan Kongo, sekarang akan dikenal sebagai Clade I dan clade Afrika Barat akan dikenal sebagai Clade II.

Hingga Kamis, 18 Agustus 2022, lebih dari 90 negara non endemik melaporkan kasus cacar monyet. Jumlah pasien yeng terkonfirmasi cacar monyet di dunia lebih dari 38.800 kasus.

Pada tanggal yang sama, Kemenkes RI melaporkan 20 kasus suspek cacar monyet di Indonesia. Sebanyak 19 pasien dipastikan negatif cacar monyet dan satu pasien masih menunggu hasil tes laboratorium. Kemenkes memastikan 19 pasien tersebut mengidap cacar air.

Baca juga artikel terkait PENULARAN CACAR MONYET atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan