Menuju konten utama

Krisis Suez: Perebutan Terusan Suez antara Mesir-Inggris-Prancis

Apa itu Krisis Suez, di mana terjadi perebutan wilayah yang dilakukan oleh Perancis, Inggris, dan Mesir. 

Krisis Suez: Perebutan Terusan Suez antara Mesir-Inggris-Prancis
Tentara Mesir merayakan keberhasilan mereka menyebrang Terusan Suez ketika perang Yom Kippur, 1973. FOTO/istimewa

tirto.id - Terusan Suez atau dalam bahasa Arab (Qana al-Suways) berada di sebelah barat Semenanjung Sinai yang terletak di negara Mesir.

Terusan Suez ini menghubungkan Pelabuhan Said di Laut Tengah dan Suez di Laut Merah. Salah satu keuntungan dari wilayah ini adalah memungkinkan transportasi air dari Eropa ke Asia tanpa harus mengelilingi Afrika.

Mesir merupakan salah satu negara yang mencetuskan untuk membangun kanal guna mempermudah perdagangan dan transportasi air. Seperti yang pernah dicatat di Tomb of Weni the Elder yang pernah hidup dalam dinasti ke-6 Old Kingdom (2407-2260 BC).

Dilansir dari laman resmi Suez Canal Authority, Terusan Suez pada periode tersebut digunakan untuk keperluan politik seperti perang dan perdagangan.

Salah satu usaha yang pertama kali dilakukan untuk membangun Terusan Suez menjadi lebih modern sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Perancis.

Usaha ini dilakukan di masa ekspedisi Mesir yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte dengan harapan usahanya tersebut mampu menyelesaikan masalah perdagangan yang dialami antara Perancis dan Inggris pada masa itu. Usaha ini dimulai pada tahun 1799 oleh Charles Le Pere, namun usaha tersebut gagal dilakukan.

Hingga pada akhirnya di tahun 1869 Perancis dan Inggris bekerja sama untuk membangun kanal tersebut.

Peristiwa Krisis Suez

Terusan Suez ini dibangun dan diresmikan pada tahun 1869, namun hak kepemilikannya diklaim oleh British-French. Salah satu alasan klaim tersebut adalah karena Terusan Suez mempermudah transportasi air antara Eropa dan Asia.

Sebelumnya transportasi air dilakukan dengan cara mengosongkan kapal dan membawa barang-barangnya lewat darat antara Laut Tengah dan Laut Merah.

Selain itu, Menurut Taufik Susilo dalam buku Ensiklopedi Pengetahuan Dunia Abad 20 (2010:62) posisi Terusan Suez ini juga menghubungkan antara Laut Mediterania dan Laut Merah sehingga dapat disimpulkan posisi ini sangatlah strategis, khususnya di zaman Perang Dunia 1. Terusan ini dijadikan objek perebutan antara pasukan Sekutu dan Blok Poros.

Melansir dari laman resmi Office of The Historian pada tanggal 26 Juli 1956, presiden Gamal Abdel Nasser menetapkan bahwa Terusan Suez akan dinasionalisasi.

Hal ini mengakibatkan pada pencabutan hak kepemilikan yang sebelumnya dipegang oleh British-French di tahun 1869. Pencabutan hak kepemilikan ini tentu menimbulkan tensi politik antara Mesir, Inggris, dan Perancis pada masa itu.

Para pemimpin Mesir melihatnya sebagai usaha Eropa untuk tetap mempertahankan posisi kolonial mereka di wilayah tersebut.

Pada tanggal 29 Oktober 1956 terjadi serangan gabungan dari Israel, pasukan Inggris dan Perancis di Mesir untuk merebut kembali Terusan Suez tersebut.

Namun melalui intervensi PBB, Amerika Serikat dan Uni Soviet berhasil menghentikan pertempuran yang sedang terjadi, sehingga pada tanggal 22 Desember 1956 dapat kembali dievakuasi.

Peristiwa ini dikenal sebagai Krisis Suez di mana terjadi perebutan wilayah yang dilakukan oleh Perancis, Inggris, dan Mesir. Hingga pada akhirnya Terusan Suez dan Semenanjung Sinai berhasil dimiliki kembali oleh Mesir, mesikpun sempat mengalami kekalahan perang melawan Israel dalam perebutan Semenanjung Sinai.

Baca juga artikel terkait TERUSAN SUEZ atau tulisan lainnya dari Abraham William

tirto.id - Humaniora
Kontributor: Abraham William
Penulis: Abraham William
Editor: Yulaika Ramadhani