tirto.id - Korea Utara telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya berhasil meluncurkan rudal balistik jarak menengah lainnya pada Minggu (21/5/2017) waktu setempat.
Kantor berita KCNA yang dikelola pemerintah mengatakan senjata tersebut sekarang siap digunakan untuk tindakan militer.
Sementara itu, pihak Gedung Putih mengatakan rudal tersebut memiliki jarak yang lebih pendek daripada yang digunakan dalam tiga tes terakhir Korea Utara.
Tembakan itu muncul seminggu setelah Korea Utara menguji apa yang dikatakannya sebagai jenis roket baru yang mampu membawa hulu ledak nuklir besar.
Sebelumnya, Senin (15/5/2017) lalu, Dewan Keamanan PBB kembali menuntut agar Pyongyang tidak melakukan pengujian lebih lanjut.
Tuntutan PBB itu menekankan pentingnya Korea Utara "segera menunjukkan komitmen tulus untuk melakukan denuklirisasi melalui tindakan nyata".
Dewan Kemanan saat ini tengah menjadwalkan pertemuan tertutup pada Selasa (23/5/2017) mendatang, sebuah pertemuan yang diinisiasi oleh AS, Korea Selatan, dan Jepang.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang ikut mengawasi peluncuran rudal Pukguksong-2 pada Minggu lalu, menambahkan bahwa dia telah "menyetujui pengerahan sistem senjata ini untuk tindakan," demikian KCNA melaporkan.
Dikutip dari BBC, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan sebelumnya mengatakan bahwa peluncuran tersebut "sembrono dan tidak bertanggung jawab". Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menggambarkannya sebagai langkah yang "mengecewakan dan mengganggu".
“Rudal terbaru tersebut terbang sekitar 560km (350 mil) menuju Laut Jepang,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan. Untuk diketahui, tembakan rudal minggu lalu menempuh perjalanan sekitar 700km.
Kantor berita Jepang mengatakan rudal tersebut mungkin jatuh ke laut di luar perairan Jepang.
Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa sebuah demonstrasi telah ditujukan ke Korea Utara.
Korea Utara diketahui sedang mengembangkan senjata nuklir lewat lima uji coba nuklir, dan rudal yang mampu mengirimkan senjata tersebut ke sasaran mereka. Kedua aksi tersebut menentang sanksi PBB.
Korea Selatan mengatakan tes terakhir dilakukan di Pukchang, di bagian barat negara tersebut. Sebuah rudal segera meledak setelah take-off dari Pukchang bulan lalu.
Sebelumnya pada Minggu, media negara bagian Korea Utara mengatakan akan terus meluncurkan lebih banyak senjata yang mampu menyerang AS.
Pada awal Mei, AS mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal yang dipasangnya di Korea Selatan sekarang beroperasi.
Sistem Thaad dapat mencegat rudal Korea Utara, meski kemampuan operasional penuh masih dalam beberapa bulan lagi. Korea Utara dan sekutu Cina telah mengutuk pemasangan sistem tersebut.
Namun, tidak ada tanda bahwa Thaad digunakan untuk melawan rudal yang diuji pada Minggu lalu.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in yang baru terpilih dan sedang mencari pertalian lebih dalam dengan Korea Utara, telah mengadakan sebuah pertemuan mendesak dewan keamanan nasionalnya sebagai tanggapan atas peluncuran rudal ini.
Untuk diketahui, langkah ini akan menjadi peluncuran rudal ke-10 yang terdeteksi oleh Korea Utara tahun ini. Pakar dari luar [un sepakat bahwa Korea Utara membuat kemajuan dalam tujuannya untuk memiliki kemampuan menyerang daratan AS dengan senjata nuklir.
Meskipun belum ada, tes terbaru dari Korea Utara adalah rudal yang mampu mencapai basis Amerika di Pasifik Barat, biarpun masih ditemui beberapa kegagalan.
Ada tekanan kuat pada Kim Jong-un dari AS, yang kini tengah mencari bantuan Cina. Pengulangan rudal yang berulang kali dan lebih sering, meski dilarang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengindikasikan bahwa pemimpin Korea Utara itu merasa dapat melawan tekanan AS.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari