tirto.id - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak, semua pihak yang terlibat dalam eskalasi kekerasan di Israel dan kantong Palestina yang diduduki di Gaza untuk menghentikan pertempuran.
"Eskalasi militer yang sedang berlangsung telah menyebabkan penderitaan dan kehancuran yang hebat. Ini telah merenggut banyak nyawa sipil, termasuk, tragisnya, banyak anak," kata Guterres, Jumat (14/5/2021).
Dia meminta semua pihak untuk menempuh jalur mediasi guna menghentikan pertempuran. Menurut Guterres, hanya solusi politik yang berkelanjutan yang akan menghasilkan perdamaian abadi.
"Pertempuran tersebut berpotensi untuk menjadi krisis keamanan dan kemanusiaan yang tak tertahankan dan memupuk ekstremisme, tidak hanya di wilayah pendudukan Palestina dan Israel, tetapi juga di wilayah secara keseluruhan," ujarnya.
Selain itu yang penting menurut Guterres, menghentikan pertempuran akan memaksimalkan aliran bantuan untuk menyelamatkan nyawa di Gaza. PBB juga mendukung agar Palestina dan Israel menyelesaikan konflik berdasarkan resolusi PBB yang relevan, hukum internasional, dan perjanjian bilateral.
Berdasarkan catatan PBB, Jumat malam, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan, 119 warga Palestina telah meninggal dunia dan 869 terluka. Sedangkan berdasarkan data resmi dan laporan media, korban meninggal dunia di Israel, telah meningkat menjadi sembilan, dengan ratusan lainnya terluka.
Lynn Hastings, Koordinator Kemanusiaan PBB di Palestina mengatakan, sekitar 10.000 warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka di Gaza untuk mengungsi. Akses mereka ke air, makanan, kebersihan, dan layanan kesehatan terbatas. Rumah sakit dan akses ke layanan air dan sanitasi bergantung pada listrik, bahan bakar yang akan habis pada hari Minggu.
"Otoritas Israel dan kelompok bersenjata Palestina harus segera mengizinkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mitra kemanusiaan kami untuk membawa bahan bakar, makanan, dan persediaan medis dan untuk mengerahkan personel kemanusiaan. Semua pihak harus selalu mematuhi hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional," kata Hastings.
Juru Bicara Kantor koordinasi urusan kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan, otoritas Israel telah menutup penyeberangan Erez di utara Jalur Gaza pada 10 Mei, termasuk untuk pekerja kemanusiaan, serta penyeberangan Kerem Shalom di selatan, saluran penting untuk barang dan bahan bakar.
"Tanpa penyediaan lebih lanjut, bahan bakar akan habis dalam beberapa hari mendatang. Hal ini akan menyebabkan penurunan pasokan listrik yang signifikan, yang sekali lagi berdampak pada ketersediaan layanan kesehatan, air, dan sanitasi," ujar Jens Laerke.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Dieqy Hasbi Widhana