tirto.id - Harta karun kerap menjadi istilah dari penemuan benda-benda berharga seperti emas, berlian, atau apa pun yang bernilai tinggi. Di zaman lampau, ada orang yang memiliki kekayaan mewah seperti itu pada zaman Nabi Musa. Sosok kaya raya nan terpandang itu bernama Qarun.
Qarun sebenarnya masih kerabat Nabi Musa dan bagian dari kaum Bani Israil yang saleh. Dia adalah anak dari paman Nabi Musa dengan nama lengkap Qarun bin Yashhar bin Qahits bin Lawi bin Ya‘qub.
Alih-alih mendukung dakwah Nabi Musa, Qarun justru memilih menjadi pembangkang dengan mendukung kekuasaan Fir'aun. Qarun sengaja masuk ke pusat kekuasaan yang akan membuatnya memperoleh fasilitas mewah dan kaya raya dengan cepat.
Semenjak Qarun menjadi kaya, dia menjadi pribadi yang kikir dan sombong. Allah SWT telah melimpahkan kekayaan padanya sebagai istidraj sehingga Qarun justru makin tenggelam dengan mengingkari Allah.
Kekayaannya disimpan pada gudang, yang tumpukan kuncinya bahkan sulit diangkat oleh orang-orang kuat.
Dalam hal ini, istidraj bagi Qarun adalah suatu jebakan berupa kelapangan rezeki, padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah SWT.
Hal itu tergambar dalam hadis riwayat Uqbah bin Amir bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari [perkara] dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka [ketahuilah] bahwa hal itu adalah istidraj [jebakan berupa nikmat yang disegerakan] dari Allah,” (H.R. Ahmad).
Kisah Qarun yang melampaui batas ini diabadikan dalam Al-Quran pada surah Al Qasas ayat 76:
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya: 'Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri,” (QS. Al-Qasas [28]: 76).
Selain kikir dan sombong, Qarun juga dikenal gemar pamer. Dalam laman NU, disebutkan bahwa Qarun kerap menemui kaumnya dengan penampilan penuh kemegahan.
Dia selalu berbusana mewah, lalu diiringi dengan 300 gadis-gadis pembantunya yang berbaju merah mencolok. Belum lagi, ada sekitar 4 ribu kendaraan yang menyertai di belakangnya.
Banyak orang yang melihatnya menjadi iri dengan kekayaan Qarun. Al-Quran mengabadikan bahwa orang-orang ini berujar: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar,” (QS. Al-Qasas [28]: 79).
Sikap Qarun makin lepas kendali. Nabi Musa dan kaumnya yang tetap konsisten berdakwah pada Qarun tetap tidak digubrisnya. Bahkan, saat Nabi Musa meminta Qarun mengeluarkan zakat dan sedekah, Qarun dengan kekikirannya mengatakan jika amalan tersebut hanya akan mengurangi kekayaannya saja.
Qarun juga makin membenci Nabi Musa dan sempat melakukan fitnah dengan membayar wanita agar mengaku telah berzina dengan Nabi Musa.
Kabar fitnah ini menyebar kepada pengikutnya. Sebagai konsekuensinya, Nabi Musa mulai ditinggalkan dan dakwahnya dianggap omong kosong.
Atas pertolongan Allah, wanita itu lantas mengakui kebohongannya dan mengatakan bahwa ia melakukan fitnah pada Nabi Musa karena tergiur uang pemberian Qarun.
Nabi Musa tidak ingin membiarkan Qarun lebih melampaui batas. Dalam buku Akidah Akhlak (2020) disebutkan, Nabi Musa lantas berdoa agar Qarun dan pengikutnya diberi peringatan. Allah mengabulkan permohonan itu dan Qarun pun dihempaskan ke dalam tanah dengan semua kekayaan yang dimilikinya.
“Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah Swt, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri,” (QS. Al-Qasas [28]: 81).
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Abdul Hadi