Menuju konten utama

Kisah dari Agrowisata Kelengkeng All You Can Eat di Sukoharjo

Bibit kelengkeng di agrowisata ini awalnya hanya 85 buah, hadiah ulang tahun suami kepada istrinya yang gemar bercocok tanam. 

Kisah dari Agrowisata Kelengkeng All You Can Eat di Sukoharjo
Agrowisata Kelengkeng All You Can Eat Hadiah Ulang Tahun Untuk Ibu.(tirto.id/Febri Nugroho)

tirto.id - Seorang pemuda asal Solo, Jawa Tengah, berhasil mengubah tanah kosong milik keluarganya menjadi agrowisata buah kelengkeng.

Mengusung konsep all you can eat, Muhammad Nurwicaksana atau yang akrab disapa Ahmed, kini mempu menyulap tanah seluas 5.000 meter persegi di daerah Triyagan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, menjadi salah satu destinasi wisata baru.

Menurut Ahmed, ide awal mucul ketika ayahnya memberikan hadiah ulang tahun kepada ibunya berupa 85 bibit kelengkeng karena sang ibu gemar bercocok tanam.

Ternyata bibit kelengkeng itu merupakan bibit khusus berasal dari Kabupaten Klaten yang memiliki ciri mampu berbuah setiap tiga bulan sekali.

Setelah dirawat dengan tekun selama hampir empat tahun, puluhan bibit kelengkeng itu tumbuh menjadi 280 pohon.

Ada beberapa jenis pohon kelengkeng yang dibudidayakan oleh Ahmed dan ibunya. Mulai dari bibit Itoh Super, Kelengkeng Merah, hingga Kelengkeng Beqiew.

Menurut Ahmed, mulanya tanah seluas 5.000 meter persegi yang jadi tempat agrowisata itu akan dijadikan sebagai perumahan rakyat sejak awal dibeli pada tahun 2013.

Namun, perubahan kondisi ekonomi membuat keluarga Ahmed mengurungkan niatnya. Akhirnya sang ibu menggunakan lahan kosong itu untuk menanam bibit kelengkeng

Setelah pohon kelengkeng semakin banyak, ide membuat Agrowisata kemudian muncul di benak Ahmed.

Ide tersebut disambut baik oleh keluarganya. Dalam mengelola bisnisnya, Ahmed menawarkan konsep all you can eat.

Tak hanya bisa dimakan di tempat, pengunjung yang kurang puas lantaran hanya diberi waktu selama 15 menit di dalam perkebunan, bisa membawa pulang buah kelengkeng dengan banderol harga bervariasi tiap kilogramnya.

"Selama soft opening kita buka harga 35 ribu, setelah itu 45 ribu," kata Ahmaed.

"Pengunjung bisa memetik kelengkeng sebanyak-banyaknya dan dimakan di tempat. Kalau misal mau dibawa pulang harus dibeli dengan harga variatif, mulai [dari] 35 ribu sampai 55 ribu. Ada juga kelengkeng best quality, harga mulai 75 ribu, ramah untuk orang diabetes karena rendah gula," tambahnya.

Calon pengunjung tidak bisa langsung datang ke lokasi agrowisata, melainkan harus reservasi terlebih dahulu.

"Kelengkeng ini kita sediakan 20 pohon untuk pengunjung, supaya kita bisa memasukkan orang setiap bulannya," ujar Ahmed.

Sejak dibuka pada 15 Mei lalu, agrowisata petik kelengkeng milik Ahmed langsung diserbu pengunjung. Tak sedikit pasangan muda yang membawa anak-anaknya ke sebagai sarana edukasi seperti yang diungkap oleh Nova Endra.

Ia mengatakan tertarik lantaran ingin mengajarkan kepada anak-anaknya tentang buah-buahan.

"Ya, jalan jalan sekalian edukasi. Alhamdulillah senang metik sendiri, buahnya besar manis," ujar Nova.

Ada pula Aulia Sahanatu Fial yang senang berkunjung karena selain bisa memetik buah kelengkeng dengan pohon yang tidak terlalu tinggi, juga bisa sejenak melepas penat dari kesibukan sehari-hari.

Alasan lain menurut Aulia karena lokasi agrowisata ini mudah dijangkau dan tak jauh dari kota asalnya, Solo.

"Karena konsepnya all you can eat, jadi ada euforianya. Asyik, bisa ambil sepuasnya,” ungkapnya.

Baca juga artikel terkait BUAH KELENGKENG atau tulisan lainnya dari Febri Nugroho

tirto.id - Flash news
Kontributor: Febri Nugroho
Penulis: Febri Nugroho
Editor: Irfan Teguh Pribadi