tirto.id - Para ahli kesehatan mengkritisi rencana konser penyanyi Ari Lasso dan Via Vallen bertajuk ‘Era Normal Baru’ di area wisata Ngopibareng Pintu Langit di Desa Ledug, Kabupaten Pasuruan, milik mantan Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) 12 September nanti. Kritik juga datang dari pemerintah dan satuan tugas penanganan pandemi.
Beberapa media menyebut konser ini digelar oleh Pemerintah Provinsi Jatim. Narasi serupa juga muncul di media sosial. Namun Gubernur Khofifah Indar Parawansa menegaskan “itu bukan program pemprov.”
Salah satu media menyebut ini adalah kerja sama antara Ari Lasso dengan Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Sementara Gus Ipul mengatakan ia bertemu dengan Khofifah berdiskusi soal pengembangan wisata di era the new normal alias kelaziman baru. Dalam hal ini, “kebetulan Ari Lasso punya program yang cocok dengan era normal baru sehingga orang bisa mendengarkan sajian musik tapi tetap kesehatan terjaga,” katanya, mengutip Antara.
Menurut Khofifah, apa yang pemprov lakukan hanya memastikan konser tersebut berjalan dengan protokol kesehatan yang ketat, misalnya pembatasan kapasitas penonton. Ia mengatakan penonton hanya “1.200-1.300 orang dari kapasitas normal mencapai 13 ribu.” Pembelian tiket dilakukan online. Khofifah sendiri telah bertemu Ari Lasso untuk mematangkan rencana ini.
Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan kepada reporter Tirto, Jumat (28/8/2020), meski menerapkan protokol kesehatan, konser ini “tidak berempati kepada tenaga kesehatan yang meninggal.”
Berdasarkan catatan IDI, per Jumat 28 Agustus sudah ada 95 dokter yang meninggal dunia selama bertugas menangani COVID-19. Pandemic Talks melakukan analisis dari data kematian tenaga kesehatan per 22 Agustus 2020–-saat itu total 86 dokter meninggal--dan menemukan kematian paling banyak terjadi di Jatim, yakni 26.
Zubairi menuturkan tingkat okupansi rumah sakit di Jatim terus bertambah. Ruang ICU isolasi sampai instalasi gawat darurat sudah memasuki ambang batas.
Mengingat positive rate Jatim dan kapasitas tes yang belum memadai, maka meskipun dilakukan protokol kesehatan ketat sebagaimana diklaim pemprov, kemungkinan munculnya klaster baru tetap terbuka.
“Intinya pemerintah harus tahu, kalau banyak yang terinfeksi, penuh, risiko [tenaga] perawatan tertular makin tinggi. Sekarang saja sudah 90an yang jadi korban. Memang mau berapa lagi? Pemerintah harus pikirkan,” kata Zubairi.
Selain dokter, perawat pun terkena imbas. Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengatakan sepanjang Juli hingga pertengahan Agustus lalu saja tercatat ada 724 orang perawat di Jatim yang sudah terinfeksi COVID-19. 22 perawat meninggal. Jumlah ini cukup besar jika dibandingkan angka kematian perawat nasional yang mencapai 68 orang.
Atas dasar itu pula Harif menolak konser ini. “Saya kira [rencana konser] enggak sesuai dengan imbauan. Kan imbauannya masyarakat menjaga protokol kesehatan 3M, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan,” kata Harif kepada reporter Tirto.
Kendati diklaim akan menerapkan protokol kesehatan ketat, Harif ragu pelaksanaanya akan lancar mengingat kedisiplinan warga yang masih rendah dan pengawasan yang lemah dari pemerintah.
Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga Surabaya Laura Navika Yamani pun mengkritisi rencana ini. Dalam fase ini seharusnya pemerintah melaksanakan program yang urgen, alih-alih sekadar konser.
“Tidak perlu dilakukan aktivitas yang tidak urgen,” kata Laura kepada reporter Tirto.
Laura bilang biasanya orang mendatangi konser itu bersama temannya. Ini sudah jadi potensi pelanggaran kewajiban menjaga jarak. Belum lagi potensi kerumunan saat keluar masuk lokasi. Selain itu, ketika menyanyi bersama, ada kemungkinan droplet menyebar--meski konser di luar ruangan. Ada pula kemungkinan orang tanpa gejala datang ke lokasi. Hampir bisa dipastikan klaster baru akan terbentuk.
Jika itu terjadi, maka pemerintah harus melakukan penjejakan kontak terhadap orang-orang yang berasal dari luar kota, termasuk tim pendukung artis.
Berdasarkan data infocovid19.jatimprov.go.id, total pasien terkonfirmasi COVID-19 mencapai 32.113 orang per 28 Agustus. 4.583 masih dalam perawatan dan 25.228 sudah dinyatakan pulih. Di samping itu, terdapat 2.302 pasien yang meninggal dunia--fatality rate mencapai 7,17 persen, tertinggi di Indonesia.
Kritik juga datang dari Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito. Menurutnya kegiatan yang menyebabkan kerumunan tetap harus dicegah karena masyarakat masih belum disiplin dalam melaksanakan protokol kesehatan.
“Ini yang harus kita hindari bersama. Mari kita berusaha untuk menjaga penularannya betul-betul ditekan rendah agar aktivitas sosial ekonomi yang esensial untuk kepentingan masyarakat dapat dijalankan dengan baik,” kata Wiku dalam keterangan pers, kemarin lusa.
Sementara Kementerian Dalam Negeri mengatakan telah mengimbau Pemprov Jatim mempertimbangkan ulang pemberian izin konser.
Bukan tidak mungkin Pemprov Jatim akan diberikan sanksi jika ternyata konser ini memicu kerumunan.
Penulis: Riyan Setiawan & Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino