Menuju konten utama

Kesehatan Reproduksi Anak - Remaja dan Pentingnya Peran Keluarga

Orang tua dinilai merupakan faktor kunci keberhasilan pendidikan kespro bagi anak dan remaja.

Kesehatan Reproduksi Anak - Remaja dan Pentingnya Peran Keluarga
BKKBN bekerjasama dengan Jhons Hopkins melakukan peluncuran terbatas buku, jurnal, dan kartu permainan untuk orangtua soal edukasi kesehatan reproduksi bagi remaja di ICIFPRH, Yogyakarta, Senin, (1/1/2019). tirto.id/Aditya Widya Putri.

tirto.id - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Jhons Hopkins mengeluarkan program “1001 Cara Bicara” untuk membantu orang tua berkomunikasi soal kesehatan reproduksi (kespro) bersama remaja. Program tersebut lahir sebagai solusi bagi orang tua yang bingung ketika harus berdiskusi soal kespro bersama anaknya.

Kampanye “1001 Cara Bicara” diperkenalkan secara terbatas dalam acara Konferensi Internasional Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (ICIFPRH) di Indonesia, Selasa (1/10/2019) lalu.

Peluncuran program ini secara luas baru akan dilakukan Rabu, 24 Oktober 2019 nanti, di Jakarta.

“Program ini berbentuk perilisan buku, jurnal harian, dan kartu bermain,” jelas Dinar Pandan Sari, Demand Generation Officer di Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP).

Ketiga produk itu memberi panduan bagi orang tua saat menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar seks dan kespro yang sering ditanyakan remaja. Selain itu program “1001 Cara Bicara” juga membahas soal pertemanan, kesehatan mental, perencanaan masa depan, dan hubungan kesetaraan dalam keluarga.

“Selama ini program soal kespro kebanyakan diluncurkan untuk anak, tapi jarang yang membidik orang tua,” lanjut Dinar.

Padahal, kata Dinar, orang tua merupakan faktor kunci keberhasilan pendidikan kespro bagi anak. Jika mereka tak mampu memberikan edukasi kespro secara benar, maka anak akan mencari sumber informasi lain yang berpotensi bahaya dan salah. Misal, lewat video porno, teman sebaya, atau akses internet.

Fakta ini terbukti dalam data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) BKKBN. Para remaja paling banyak berdiskusi masalah seks dan kespro justru dengan teman sebaya (62 persen). Sementara mereka yang nyaman membahas masalah tersebut dengan orang tua, terutama ibu hanya 52 persen. Kepada ayah, jumlahnya jauh lebih kecil lagi.

“Orang tua masih menganggap kespro tabu, mereka tidak nyaman membicarakan hal tersebut. Jadi anak berpikir orang tua tidak selalu bisa menjawab pertanyaan mereka," ujarnya.

Dinar berharap, program ini bisa membangun kedekatan dan komunikasi baik antara orang tua dan remaja. Program “1001 Cara Bicara” nantinya akan disebarluaskan dan bisa diunduh gratis di situs parenting buatan JHCCP, yakni skata.info.

Selain itu BKKBN juga mendorong pemerintah daerah mengalokasikan dana khusus percetakan agar produk bisa didistribusikan hingga ke pelosok daerah. Upaya ini dimaksudkan agar produk edukasi kespro ini tetap bisa diakses oleh orang tua di wilayah pelosok.

Sementara itu, aktivis perempuan dan Sekretaris PKBI DIY Gama Triono merespons baik program tersebut. Sebab, menurutnya saat ini masih banyak keluarga yang terkontruksi bahwa kespro akan dipelajari sendiri seiring berjalannya waktu.

“Banyak keluarga masih terkonstruksi bahwa kespro akan dipelajari sendiri ketika sudah menikah. Itu yang problem,” kata Gama.

Gama menambahkan riset Pusat Studi Kespro 2016 mengungkapkan bahwa anak/remaja usia 15-19 tahun lebih percaya pada teman sebaya daripada orang tua.

“Kalau orang tua masih menjadi pilihan utama bagi anak dalam sharing tentang kespro dan seksual di usia 15-19, maka relasi keluarganya sangat bagus,” ujar Gama.

Namun, menurut Gama pendidikan kespro seharusnya tidak sekadar memberikan pengetahuan, tetapi memastikan anak-anak mampu mengambil sikap untuk melindung diri, pasangan dan teman-temannya.

“Jadi biar anak-anak ini juga paham dan bisa melindungi diri sendiri misal dari risiko infeksi menular seksual (IMS), HIV dan kehamilan tidak direncanakan (KTD),” pungkas Gama.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN REPRODUKSI atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Nur Hidayah Perwitasari