Menuju konten utama

Kerusuhan Afrika Selatan: Penyebab Penjarahan dan Siapa Jacob Zuma?

Penyebab kerusuhan Afrika Selatan, penjarahan, dan siapa Jacob Zuma?

Kerusuhan Afrika Selatan: Penyebab Penjarahan dan Siapa Jacob Zuma?
Penjarah di luar pusat perbelanjaan di sepanjang barikade yang terbakar di Durban, Afrika Selatan, Senin 12 Juli 2021. (Foto AP/Andre Swart)

tirto.id - Afrika Selatan rusuh dan terjadi penjarahan di berbagai tempat pada Selasa (13/7/2021) waktu setempat. Kerusuhan yang terjadi sejak Kamis (8/7/2021) pekan lalu ini memanas dan mengakibatkan 72 orang tewas.

Kekerasan pecah setelah mantan Presiden Jacob Zuma mulai menjalani hukuman 15 bulan karena penghinaan terhadap pengadilan. Zuma menolak untuk mematuhi perintah pengadilan bersaksi pada penyelidikan tuduhan korupsi ketika dia menjadi presiden dari 2009 hingga 2018.

Kerusuhan meningkat menjadi penjarahan di daerah kota di dua provinsi, meskipun belum menyebar ke tujuh provinsi lainnya di Afrika Selatan, di mana polisi bersiaga.

Korban tewas meningkat menjadi 72 orang, banyak yang meninggal karena terinjak-injak saat melakukan penjarahan toko-toko. Polisi dan militer menembakkan granat kejut dan peluru karet untuk mencoba menghentikan kerusuhan.

Lebih dari 1.200 orang telah ditangkap dalam pelanggaran hukum yang berkecamuk di daerah miskin di dua provinsi.

Jumlah kematian terbanyak ada di provinsi Gauteng dan KwaZulu-Natal. Banyak yang meninggal di tengah kekacauan saat ribuan orang mencuri makanan, peralatan listrik, minuman keras dan pakaian dari toko, kata polisi Mayor Jenderal Mathapelo Peters dalam sebuah pernyataan Selasa malam.

Dia mengatakan 27 kematian sedang diselidiki di provinsi KwaZulu-Natal dan 45 di provinsi Gauteng. Selain orang yang terinjak, katanya, polisi sedang menyelidiki kematian akibat ledakan ketika orang mencoba membobol mesin ATM, serta kematian lainnya akibat penembakan.

"Unsur kriminal telah mendominasi situasi ini," kata Perdana Menteri David Makhura dari provinsi Gauteng, seperti dikutip AP News.

Lebih dari setengah dari 60 juta orang Afrika Selatan hidup dalam kemiskinan, dengan tingkat pengangguran 32%. Pandemi, dengan pemutusan hubungan kerja dan penurunan kondisi ekonomi, telah meningkatkan kelaparan dan keputusasaan.

Keadaan itu seolah menjadi pemicu protes yang ditambah dengan penangkapan Zuma dan menyebabkan kerusuhan yang lebih luas.

“Kami memahami bahwa mereka yang menganggur, tidak bisa makan. Kami memahami bahwa situasinya telah diperburuk oleh pandemi ini,” kata Makhura.

“Tetapi penjarahan ini merusak bisnis di sini (di Soweto). Ini merusak ekonomi kita, komunitas kita. Itu merusak segalanya.”

Siapa Jacob Zuma dan Mengapa Ia Dipenjara?

Jacob Zuma adalah Presiden Afrika Selatan yang menjabat dari 2009-2018. Pada Rabu pekan lalu, Zuma menyerahkan diri ke polisi untuk mulai menjalani hukuman penjara 15 bulan karena penghinaan terhadap pengadilan.

Dilansir BBC, dia dipenjara di Pusat Pemasyarakatan Estcourt di provinsi asalnya KwaZulu-Natal. Sebelumnya polisi telah memperingatkan, mereka siap untuk menangkap Zuma jika dia tidak menyerahkan diri pada tengah malam.

Zuma (79) dijatuhi hukuman penjara pada 29 Juni setelah ia gagal menghadiri penyelidikan korupsi.

Hukuman itu memicu situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Afrika Selatan, tidak ada mantan presiden dipenjara sebelumnya.

Zuma awalnya menolak untuk menyerahkan diri, tetapi dalam sebuah pernyataan singkat pada hari Rabu, Yayasan Jacob Zuma mengatakan dia telah "memutuskan untuk mematuhi".

Zuma dijatuhi hukuman pada 29 Juni karena menentang instruksi untuk memberikan bukti pada penyelidikan korupsi saat ia sembilan tahun berkuasa.

Pengusaha dituduh berkonspirasi dengan politisi untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan saat dia menjabat. Namun Zuma telah berulang kali mengatakan bahwa dia adalah korban konspirasi politik.

Pemenjaraan Zuma kemudian memicu kerusuhan. Para pendukung Zuma memblokir jalan dan menjarah toko-toko.

Kerusuhan oleh pendukung Zuma dimulai di wilayah asal Zuma di provinsi KwaZulu-Natal minggu lalu dan selama akhir pekan menyebar ke provinsi Gauteng, yang meliputi Johannesburg, kota terbesar di Afrika Selatan.

Beberapa ratus orang menjarah dan membakar toko-toko di lingkungan Alexandra dan Bramley di Johannesburg, menurut pernyataan polisi Mayor Jenderal Mathapelo Peters.

Baca juga artikel terkait AFRIKA SELATAN atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Yantina Debora