Menuju konten utama

Kenapa Penyakit Kritis Kian Marak Ditemui pada Kalangan Muda?

Sulit untuk menentukan faktor tunggal di balik penyakit degeneratif pada kalangan muda hari ini. Selain genetik, gaya hidup juga dapat jadi faktor pemicu.

Kenapa Penyakit Kritis Kian Marak Ditemui pada Kalangan Muda?
Header diajeng Kenapa Banyak Kaum Muda Sakit. tirto.id/Quita

tirto.id - Sekitar satu bulan yang lalu, dua tokoh publik dunia mengumumkan bahwa mereka menderita kanker.

Pertama, aktris Olivia Munn, 43, mengungkapkan dirinya terkena kanker payudara. Tak lama kemudian, Kate Middleton, 42, menyatakan dirinya menjalani pengobatan kanker yang tidak diungkapkan secara spesifik.

Tentu muncul pertanyaan, mengapa sekarang kita sering mendengar kasus tentang penyakit kritis yang menjangkiti orang-orang berusia relatif lebih muda dibandingkan dengan puluhan tahun silam?

Sebelum mengulik jawabannya, coba kita pahami dulu tentang jenis-jenis penyakit yang lazim ditemui. Seperti dijelaskan oleh dr. Faisal Adam, SpOnkRad (K) dari RS Mitra Keluarga Bekasi Timur, penyakit dapat dikategorikan jadi dua: penyakit infeksi dan penyakit degeneratif.

Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme seperti virus dan bakteri. Di Indonesia contohnya seperti TBC, malaria, dan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Sementara penyakit degeneratif atau penyakit kronis muncul akibat penurunan fungsi organ atau jaringan. Penyakit ini—seperti serangan jantung, diabetes, stroke, kanker—umumnya menyerang orang berusia lebih tua yang kondisi tubuhnya sudah melemah.

Lalu, bagaimana bisa belakangan ini penyakit degeneratif diberitakan semakin sering menyerang orang dengan usia lebih muda, bukan lagi 50 tahun ke atas, melainkan 40 tahun atau 30 tahunan, sebagaimana kasus Olivia Munn atau Kate Middleton? Apa penyebabnya?

Kate Middleton

Kate Middleton dan Camilla Rosemary saat Parde Ulang Tahun Ratu, di London, 2014. Foto/Shutterstock]

"Karena yang utama adalah pola hidup, faktor makanan dan aktivitas yang fisik yang makin berkurang. Penyebab penyakit degeneratif ini penyebabnya multi faktor tidak bisa ditentukan oleh satu faktor saja,” terang dr. Faisal.

Ia mencontohkan, “Rokok misalnya, bisa menjadi pemicu penyakit-penyakit seperti kanker paru-paru yang menyerang usia lebih muda, apalagi di Indonesia jumlah perokok aktif terus bertambah."

Senada dengan dr Faisal, dikutip dari Time, Dr. Matthew Triplette, ahli paru di Fred Hutch Cancer Center di Seattle menemukan fakta di Amerika Serikat bahwa kanker paru-paru, penyakit yang biasanya menyerang perokok berusia lanjut, kini mulai ditemui pada perempuan berusia lebih muda—bahkan mereka yang tidak pernah merokok.

Dr. Triplette ragu ada faktor baru yang jadi penyebab kanker yang menyerang orang berusia muda.

Ia menjelaskan, kanker adalah penyakit kompleks yang dipengaruhi oleh campuran faktor genetik, pilihan gaya hidup, dan paparan lingkungan, sehingga kecil kemungkinannya ada penjelasan tunggal mengenai penyebab kanker tersebut.

Data JAMA Network Open 2023 tahun 2019 mengungkapkan, sekitar 103 kanker terdiagnosis per 100.000 penduduk AS berusia di bawah 50 tahun. Padahal, di tahun 2010 hanya sekitar 100 kasus. Meskipun peningkatannya terlihat kecil, tentu hal itu bukan pertanda baik.

Untuk jenis kanker tertentu, angkanya terlihat jelas. Menurut riset yang terbit di jurnal Hematology/ Oncology Clinics of North America(2022), kanker kolorektal (usus besar) kini ditemui pada kalangan orang dewasa muda hampir dua kali lebih sering dibandingkan pada tahun 1990-an.

Tim peneliti JAMA Network Open menemukan bahwa jenis kanker gastrointestinal lainnya juga meningkat pada demografi muda. Kanker payudara yang menyerang sejak dini juga menjadi lebih umum—dengan angka kejadiannya meningkat hampir empat persen di AS.

Faktor-faktor pemicu kanker, selain konsumsi makanan olahan dan kurang olahraga, juga berkaitan dengan konsumsi alkohol yang tinggi. Pendeknya, faktor-faktor penyebab sulit dipisahkan dari gaya hidup modern yang serba instan.

Riset di The Lancet(2019) yang didukung oleh American Cancer Society menemukan fakta lain, bahwa kanker berkembang dan cukup umum di kalangan muda AS yang kondisinya berkaitan dengan obesitas. Kurang lebih terdapat 40 persen populasi di AS yang mengalami obesitas dan berusia di bawah 40 tahun.

Di Indonesia, menurut data Kemenkes RI tahun 2022, angka kejadian penyakit kanker sebesar 136 orang per 100.000 penduduk dan menempati urutan ke-8 di Asia Tenggara.

Di antara semua jenis kanker, Data Globocan tahun 2020 mengungkap, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sedangkan untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 70 persen penderita kanker payudara dideteksi sudah berada di tahap lanjut, sehingga sulit diselamatkan. Padahal, sekitar 43 persen fatalitas akibat kanker berpotensi ditekan apabila pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor-faktor risiko.

diajeng Kenapa Banyak Kaum Muda Sakit

Ilustrasi dokter berinteraksi dengan berbagai item medis.(FOTO/iStockphoto)

Selain angka kematian yang cukup tinggi, penanganan pasien kanker yang terlambat menyebabkan beban pembiayaan yang kian membengkak. Pada periode 2019-2020, pengobatan kanker telah menghabiskan pembiayaan BPJS kurang lebih Rp 7,6 triliun.

Lalu, bagaimana sebaiknya kita mengupayakan pencegahan dan penurunan risiko kanker atau penyakit degeneratif lainnya?

Yang utama, tentu kita dapat membiasakan pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga dan aktivitas fisik, serta tidak merokok atau mengonsumsi minuman keras.

Terkait dengan penanganan, tergantung dengan jenis penyakitnya. "Jika diabetes, maka stop mengonsumsi pemicunya. Kalau sudah terdeteksi misalnya kanker paru-paru, maka penderita harus stop merokok," jelas dr Faisal.

Selanjutnya, pasien perlu mengikuti langkah pengobatan yang sudah diinstruksikan oleh dokter. Penderita diabetes, serangan jantung, stroke, dan penyakit degeneratif lainnya dapat segera menjalani pengobatan begitu penyakitnya terdeteksi.

"Berbeda dengan penyakit diabetes yang dapat dicek kadar gula dan segera terlihat angkanya. Untuk kanker proses diagnosisnya cukup kompleks bisa memakan waktu lama dan sulit, ada beberapa tahap screening yang harus dijalankan. Dengan mendapatkan hasil diagnosis yang lebih dini, treatment penyakitnyajuga segera dilakukan," jelas Faisal.

Berkat kecanggihan teknologi saat ini, pengobatan penyakit-penyakit degeneratif lebih mudah dilakukan dibandingkan beberapa dekade lalu. Misalnya, radioterapi untuk pengobatan kanker.

Namun, pada akhirnya, peluang setiap individu terkena penyakit kritis tentu berbeda-beda.

Orang dengan faktor risiko tertentu, seperti penanda genetik atau riwayat penyakit tertentu dalam keluarga, perlu berkonsultasi dengan dokter tentang pemeriksaan dini dan tindakan pencegahan lainnya.

"Faktor internal seperti genetik memang berpengaruh seseorang terkena penyakit tertentu, namun faktor eksternal atau lingkungan lebih besar menentukan," ujar dr. Faisal.

Penting juga bagi kita untuk mengenali tubuh dan bergegas berkonsultasi dengan pakar apabila merasakan sesuatu yang janggal di badan.

Tak perlu menunggu jatuh sakit untuk melakukan medical check up. Langkah pengecekan kesehatan secara rutin ini jauh lebih baik untuk dilakukan kita sedari muda untuk mendeteksi penyakit-penyakit kritis secara dini, sehingga pengobatan pun dapat dimulai lebih cepat.

Baca juga artikel terkait DIAJENG atau tulisan lainnya dari Daria Rani Gumulya

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Daria Rani Gumulya
Penulis: Daria Rani Gumulya
Editor: Sekar Kinasih