tirto.id - Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas menuturkan, harga telur yang kian mahal saat ini akan berlangsung hingga Agustus mendatang. Sebab, kenaikan harga telur tersebut merupakan pola bulanan yang ia amati secara terus-menerus.
“Harga telur pasti polanya akan seperti ini hingga Agustus nanti, Juli lah, paling tidak sampai Juli, lalu Agustus setelah mencapai puncaknya ini akan baru turun (harganya), Itu adalah pola bulanan yang saya amati,” tutur Andreas saat dihubungi Tirto, Jakarta, Minggu (21/5/2023).
Andreas menambahkan, kenaikan harga telur tersebut juga dipengaruhi oleh adanya siklus produksi DOC, siklus pemotongan induk dan juga beberapa hal lainnya yang membuat kenaikan harga telur tidak terbendung.
Menurut Andreas, kenaikan harga telur yang tinggi juga disebabkan oleh mahalnya harga pakan yang relatif tinggi.
“Jadi nanti, kalau jagung juga ikutan naik harganya makan akan berimbas ke harga pakan, dan juga berimbas ke harga telur,” ujarnya.
Selain itu, Andreas menyebut walaupun harga pangan saat ini masih tinggi, tetapi kenaikan tersebut menurutnya masih pada batas normal.
“Jadi fluktuasi kenaikan harga pangan itu disebabkan oleh siklus alamiah harga karena terkait dengan produksi, jadi kalau saya melihat pergerakan harga pangan saat ini masih terbilang aman,” ucapnya.
Ia menuturkan, beberapa komoditas seperti bawang merah, telur, daging ayam pastinya akan mengalami kenaikan harga nantinya. Kemudian, puncak kenaikan harga beberapa komoditas tersebut akan terjadi pada Agustus mendatang dan setelah itu akan mengalami penurunan atau normal.
Sementara itu, Pemerintah terus menggenjot penyaluran bantuan pangan telur dan daging ayam kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS). Upaya ini selain untuk menurunkan angka stunting juga dalam rangka pengendalian harga telur dan daging ayam di tingkat konsumen yang belakangan ini melonjak.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo mengklaim, program bantuan telur dan daging ayam ini memberikan banyak dampak positif bagi ekosistem perunggasan nasional. Bantuan ini juga sekaligus menjaga daya beli masyarakat.
"Maka program yang dijalankan sesuai arahan langsung Bapak Presiden ini diakui para peternak turut berkontribusi menjaga stabilitas harga jual telur dan daging ayam di tingkat peternak," ujarnya di Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
"Selain itu, pendistribusian telur dan daging ayam secara gratis ini juga dipersiapkan untuk menekan lonjakan harga telur dan daging ayam di tingkat konsumen guna pengendalian inflasi," tambah Arief.
Arief menjelaskan, sampai 18 Mei ini penyaluran tahap pertama bantuan pangan telur dan daging ayam untuk 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) telah terdistribusi sebanyak 995 ribu paket, atau 69 persen.
Penyaluran telah dilakukan di 6 provinsi yaitu, Banten sebanyak 51 ribu paket (79 persen), Jawa Barat 338 ribu paket (82 persen), Jawa Tengah 308 ribu paket (95 persen), Jawa Timur 252 ribu paket (67 persen), serta Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Barat, dan Sumatera Utara 46 ribu paket (33 persen).
Arief memastikan, pihaknya akan terus mendorong Holding BUMN Pangan ID FOOD untuk mempercepat penyaluran bantuan, sehingga tahap pertama bisa segera rampung dan bisa segera memasuki tahap kedua dan ketiga.
Untuk langkah percepatan pendistribusian yang akan dilakukan, Arief mengatakan, di antaranya melalui peningkatan fasilitasi distribusi stok telur dan daging ayam dari sentra produksi ke provinsi atau daerah yang terbatas stoknya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang