Menuju konten utama

Tak Hanya Telur, Harga Cabai dan Bawang Kini Melambung

IKAPPI mengungkapkan, selain naiknya harga telur, cabai dan bawang juga ikut mengalami kenaikan harga.

Tak Hanya Telur, Harga Cabai dan Bawang Kini Melambung
Pedagang menata cabai di Pasar Rangkasbitung, Lebak, Banten, Senin (27/2/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/hp.

tirto.id - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengungkapkan, selain naiknya harga telur, harga cabai dan bawang juga ikut mengalami kenaikan harga. Hal tersebut diakui oleh Ketua IKAPPI Abdullah Mansuri yang mengatakan, dua komoditas tersebut naik diakibatkan oleh faktor cuaca.

“Per hari ini kita lihat harga cabai-cabai naik hampir semua jenis cabai naik. Cabai rawit merah sudah tembus di Rp47.000 dari Rp38.000, lalu bawang merah juga mengalami kenaikan. Cabai dan bawang ini memang tidak terlalu jauh tetapi, kalau terpengaruh oleh cuaca, musim atau kondisi tertentu memang dua komoditas ini biasanya barengan,” tutur Abdullah ketika dihubungi Tirto, Jakarta, Minggu (21/5/2023).

Abdullah menambahkan, untuk harga bawang merah hingga saat ini terus mengalami kenaikan dan sudah tembus di angka Rp49.000 per kilogram hingga Rp51.000 per kilogramnya di Kawasan Jabodetabek.

Kemudian menurutnya, daging saat ini juga ikut mengalami kenaikan harga, meskipun kenaikannya tidak sekuat beras, cabai, bawang, dan telur, beberapa komoditas tersebut harganya cukup tinggi jika dibandingkan dengan daging.

Lebih lanjut, Abdullah menyebut harga telur per har ini di Jakarta kian meroket di dibanderol Rp36.000 per kilogram sampai Rp38.000 per kilogramnya, dan harga tersebut menurutnya sangatlah tinggi.

Abdullah menuturkan, kenaikan harga telur yang tinggi perlu adanya antisipasi dari pemerintah. Sebab, tidak hanya bisa menyalahkan cuaca alam tetapi juga harus lakukan upaya penguatan seperti advokasi petani, pendampingan distribusi, dan permintaan wilayah produksi.

“Tiga hal tersebut perlu diupayakan agar harga telur bisa ditekan dan tidak hanya menyalahkan cuaca alam saja,” ucapnya.

Sementara itu, Pemerintah tengah mewanti-wanti dampak buruk yang terjadi dari cuaca ekstrem atau yang disebut dengan El Nino.

Fenomena El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering. Akibatnya, ketika kekeringan panjang terjadi bisa mempengaruhi kondisi pasokan pangan serta membuat harganya kian naik di pasar-pasar tradisional.

Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, di level usaha tani Kementerian Pertanian (Kementan) harus mempercepat tanam sebagai antisipasi jauh-jauh hari. Antara lain dengan menyiapkan benih berumur genjah dan tahan kering, pompanisasi dan lain-lain.

"Harapannya, saat El Nino benar-benar mencapai puncak, petani sudah panen dan tak gagal panen," kata dia kepada reporter Tirto, Sabtu (20/5/2023).

Pada saat yang sama, lanjut dia, harus disiapkan sarana produksi yang cukup, seperti pupuk, benih dan lain-lain. Di bawah koordinasi Badan Pangan Nasional (Bapanas), pemerintah juga harus memastikan stok setidaknya 11 komoditas pangan cukup.

Dengan cara itu, dirinya meyakini pasokan tetap bisa dijaga dan harga juga bisa dipastikan tidak naik. Apalagi Bapanas sendiri juga sudah menugaskan pada Bulog dan ID Food untuk mengelola cadangan pangan berbagai komoditas.

Baca juga artikel terkait HARGA PANGAN NAIK atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang