Menuju konten utama

Sri Mulyani: Harga Beras Naik 7,7%, Berkontribusi ke Inflasi

Inflasi pada Januari 2024 mencapai 2,57 persen secara tahunan (yoy) yang salah satunya disebabkan oleh kategori volatile food, seperti beras dan telur ayam

Sri Mulyani: Harga Beras Naik 7,7%, Berkontribusi ke Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) bersama Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar (kiri) dan Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kanan) menyampikan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mencatat inflasi pada Januari 2024 mencapai 2,57 persen secara tahunan (yoy). Dalam laporannya, komoditas pangan beras mencatatkan kenaikan harga 7,7 persen dan berkontribusi terhadap inflasi RI.

Dalam catatan Kementerian Keuangan, harga beras melonjak hingga Rp15.175 per 21 Februari 2024. Kenaikan harga tersebut menyumbang efek terhadap inflasi volatile food.

“Kenaikan harga beras bulanan yang mencapai 7,7% year to date hingga tanggal 21 Februari telah mencapai rata-rata harga di Rp15.175. Ini yang memberikan kontribusi terhadap inflasi volatile food di dalam headline inflasi kita,” ucap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA secara virtual, Kamis (22/2).

Menurut Sri Mulyani, beberapa harga pangan lainnya juga menunjukkan kenaikan harga. Seperti misalnya cabai merah naik 17 persen, telur ayam naik 3,9 persen, daging ayam naik 2,2 persen, dan bawang putih naik 1,9 persen.

“Tentu ini menjadi tantangan menjelang Idul Fitri atau juga puasa pada Ramadan, maka volatile food harus bisa segera distabilkan,” ucapnya.

Meski beras menyumbang inflasi pada Januari 2024, namun tingkat inflasi RI masih tergolong cukup baik. Menurut Bendahara Negara itu, tingkat inflasi global, khususnya di negara-negara maju lebih tinggi.

“Negeri kita selama ini cukup baik menjaga stabilitas inflasi, di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara maju maupun inflasi global,” ujarnya.

Diwartakan sebelumnya, serikat petani menyampaikan gagal panen, yang merupakan faktor pendorong kenaikan harga beras, bukan disebabkan oleh kondisi iklim seperti yang diklaim oleh Presiden Joko Widodo.

Menurutnya, kondisi gagal panen saat ini lebih dikarenakan minimnya ketersediaan pupuk bersubsidi bagi petani. Selain itu konversi lahan pertanian yang masif demi proyek strategis nasional (PSN) juga menggerus lahan produksi padi.

Baca juga artikel terkait HARGA BERAS atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - News
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Dwi Ayuningtyas