tirto.id - Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan, industri makanan dan minuman bisa menjadi bantalan ekonomi saat krisis ekonomi mendera.
Hal ini disampaikan jelang pameran berskala internasional makanan, minuman, jasa boga, hotel, restoran dan kafe, serta bakery, The Global Food Marketplace atau Salon International de I’alimentation (SIAL INTERFOOD) di Jakarta, pada 9 hingga 12 November 2022.
"Acara ini sangat strategis bagi Indonesia karena industri makanan dan minuman bisa jadi bantalan, kalau nanti ada krisis. Kita juga punya potensi untuk makanan dan minuman, termasuk di dalamnya food ingredients (bahan makanan)," katanya dikutip Antara, Jakarta, Rabu (2/11/2022).
Putu menjelaskan industri makanan dan minuman tetap tumbuh meski dihadang pandemi COVID-19. Pertumbuhannya mencapai 3,68 persen pada triwulan II 2022, naik dari periode yang sama 2021 sebesar 2,95 persen.
"Dengan rebound ini, kami berharap masih tetap optimis ke depan masih tumbuh 5 persen," katanya.
Putu juga menyebut, kontribusi industri makanan dan minuman terhadap PDB hingga triwulan II 2022 mencapai 38,38 persen, paling besar di antara produk manufaktur lainnya. Karena itu Kemenperin terus mencoba memperkuat pengembangan di industri eksisting dan mendorong munculnya pelaku usaha baru di sektor tersebut.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita menyebut ajang SIAL INTERFOOD 2022 merupakan upaya untuk mengenalkan kemampuan IKM makanan dan minuman ke pasar yang lebih besar.
Reni menyebut dari total 4,4 juta unit usaha IKM, sekitar 40 persen atau 1,6 juta diantaranya merupakan IKM makanan dan minuman.
"Tugas kami, bagaimana sektor IKM ini berdaya saing mampu meningkatkan kinerja dan bisa memberi kontribusi terhadap PDB," katanya.
CEO Krista Exibition Daud Salim menjelaskan SIAL INTERFOOD 2022 masuk tahun ke 20 meski sempat tidak dihelat saat pandemi datang.
"Ini pameran kuliner terbesar di Indonesia, dan merupakan pameran yang ditunggu pelaku kuliner maupun horeca (hotel, restoran, cafe) di Indonesia. Tujuannya tidak hanya ditunggu kalangan industri Indonesia tapi juga negara lain," katanya.
Pameran rencananya akan diikuti oleh 750 perusahaan, yang 30 persen diantaranya merupakan IKM. Ajang yang ditargetkan didatangi 82 ribu pengunjung tersebut tidak hanya menampilkan produk bahan makanan, tapi juga pameran teknologi pangan, dan lainnya.
"Ada 27 negara yang ikut dalam pameran, memang tidak sebanyak 2019 tapi kami melihat antusiasme tinggi karena peserta domestiknya meningkat," katanya.
Editor: Anggun P Situmorang