tirto.id - Setiap hendak berlaga, pemain ini sering kali menengadahkan kedua tangannya, khusyuk berdoa. Dialah Samir Nasri, pesepakbola muslim eks gelandang Timnas Perancis yang namanya tenar saat membela Marseille, Arsenal, dan Manchester City.
Dalam salah satu unggahan via Instagram pada Mei 2014, Nasri sempat memajang foto dirinya saat berdoa di tengah lapangan, lengkap dengan mengenakan jersey Manchester City.
Tak lupa, pemain yang kini menginjak usia 32 tahun itu melengkapi gambar tersebut dengan caption: “Tuhan selalu mendengar doamu”.
Ia terlahir dengan nama lengkap Samir Ben Said Nasri tanggal 26 Juni 1987 di Septèmes-les-Vallons, daerah pinggiran di sebelah utara Kota Marseille, Perancis.
Nasri berasal dari keluarga muslim imigran keturunan Aljazair, sama seperti Zinedine Zidane, Karim Benzema, Nabil Fekir dan beberapa nama pesepakbola Perancis lainnya.
Abdelhafid Nasri, ayah Samir, bekerja sebagai sopir bus, dan kelak menjadi manajer putranya. Sedangkan sang ibunda yang bernama Ouassila Ben Saïd, adalah sosok perempuan lembut yang fokus mengurusi keluarganya.
Samir Nasri merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia memiliki seorang adik perempuan bernama Sonia Nasri, serta dua adik laki-laki kembar bernama Malik Nasri dan Walid Nasri.
Kartu Kuning di Hari Raya
Di lapangan sepak bola, Nasri kerap mengekspresikan rasa bangganya sebagai seorang muslim dengan berbagai tulisan yang tersemat di kaus dalam dari balik seragam timnya.
Salah satunya adalah ketika Nasri mencetak gol kemenangan Manchester City atas City atas Southampton dalam pertandingan pembuka Premier League musim 2012/2013.
Mengutip dilaporkan jurnalis The Telegraph, Henry Winter, gol yang tercipta pada menit 80 itu bermula dari aksi Nasri di lapangan tengah. Sebelum mencapai garis pertahanan lawan, ia memberikan bola ke kiri yang ditempati oleh Gael Clichy.
Clichy hanya dua kali menyentuh bola sebelum melepaskan umpan silang ke area pertahanan Soton. Bek lawan, Danny Fox, sebenarnya bisa saja menghalaunya, namun bola terlepas dan jatuh di hadapan Nasri yang ternyata sudah berada di depan gawang.
Tanpa berpikir panjang, Nasri melesakkan tendangan keras ke arah pojok kanan atas gawang Soton. Bola meluncur deras dan tidak bisa ditangkal oleh kiper lawan, Kelvin Davis. Papan skor yang semula menunjukkan angka imbang 2-2 berubah menjadi 3-2 untuk City.
Sontak, Nasri langsung untuk merayakan gol penting itu. Diiringi Yaya Toure, gelandang asal Pantai Gading yang juga beragama Islam, Nasri membuka jersey untuk menunjukkan kaus dalamnya yang bertuliskan “Eid Mubarak”.
Ya, pertandingan itu dihelat pada 19 Agustus 2012 atau tanggal 1 Syawal 1433 Hijriah yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, hari kemenangan umat Islam sedunia.
Namun, selebrasi Nasri itu dianggap tak lazim oleh wasit yang memimpin laga, Howard Webb. Sang pengadil mencabut kartu kuning dari sakunya dan mengacungkannya kepada Nasri.
Usai laga, jagat maya bergema. Ratusan cuit di Twitter mempertanyakan keputusan Webb terhadap Nasri. Wasit yang memang kerap memberikan keputusan kontroversial ini dianggap tidak adil, bahkan dinilai punya sentimen terhadap agama tertentu.
Mengapa demikian?
Carlos Tevez yang mencetak gol pertama City di laga itu juga melakukan selebrasi serupa. Tevez memperlihatkan tulisan "Lugano" di kaus dalamnya yang merujuk pada kota kelahirannya di Argentina. Bedanya, Webb diam saja menyikapi aksi itu.
Beberapa jam sebelum pertandingan itu, Nasri sempat mengucapkan selamat hari raya dalam bahasa Perancis dan Inggris lewat akun twitter resminya @SamNasri19. “Selamat Idul Fitri untuk semua Muslim,” kicaunya.
Samir Nasri Sang Kontroversi
Karier sepak bola Nasri mulai meredup setelah ia mengalami cedera pada November 2016. Setahun kemudian, City meminjamkannya ke Sevilla. Namun sejak itu, Nasri mulai kehilangan sentuhan magisnya.
Awal musim 2017, ia dijual ke klub Turki, Antalyaspor. Nasri sempat kembali ke Inggris untuk memperkuat West Ham United pada Desember 2018. Namun, lagi-lagi ia gagal bangkit. Juli 2019, Nasri dilepas gratis ke klub Belgia.
Kontroversi pun cukup lekat dengan pemain yang satu ini. Ia dianggap kurang mampu mengendalikan emosi sehingga didepak oleh Didier Deschamps dari skuad Perancis untuk Piala Dunia 2014.
Nasri tambah naik pitam dan memutuskan pensiun dini dari Les Blues di usia 27 tahun. Selanjutnya, ia kembali kena masalah, yakni terjerat kasus doping pada 2017 sehingga diskorsing oleh UEFA selama 18 bulan.
Samir Nasri dulunya sempat digadang-gadang sebagai penerus Zinedine Zidane dan Michael Platini. Namun, gelandang yang cukup lekat dengan kontroversi merasa tidak bisa dibandingkan dengan dua legenda hidup sepak bola Perancis itu.
“Hanya ada satu Zidane, dan hanya ada satu Platini,” ucap Nasri.
Ya, Zinedine Zidane dan Michael Platini memang hanya ada satu. Begitu pula dengan Samir Nasri, pesepakbola yang sangat bangga dengan agama yang dianutnya meski terkadang bermasalah dengan dirinya sendiri.
Penulis: Oryza Aditama
Editor: Iswara N Raditya