tirto.id - Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan, berdasarkan informasi dari berbagai pihak, ada lebih dari 300 mahasiswa Papua yang tengah studi di berbagai kota memutuskan pulang kampung.
Mengutip Antara, 200 di antaranya sedang belajar di Manado, sisanya di beberapa kota di Pulau Jawa.
Menurutnya, para mahasiswa bersikeras pulang dengan kemauan sendiri. Ia pun bingung dibuatnya.
"Kami akan membicarakan bersama Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Barat, Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) dan walikota/bupati se-Papua," ujar Lukas di Jayapura, Senin (9/9/2019).
"Hingga kini kami belum berkomunikasi dengan ratusan mahasiswa setelah kepulangan mereka dari beberapa kota studi di Indonesia," katanya lagi.
Lukas menyayangkan keputusan tersebut. Sebab menurutnya, alasan mahasiswa itu pulang tidak kuat. Jika alasannya rasisme warga non-Papua terhadap mereka, menurut Lukas, "daerahnya aman."
"Jadi tidak usah pulang," katanya.
Hal serupa diungkapkan Menkopolhukam Wiranto.
"Tidak ada masyarakat akan mengganggu mereka bahkan menempatkan mereka sebagai orang lain, sama sekali tidak. [Mereka] akan dijamin pemerintah setempat, mereka belajar untuk melindungi, merawat dan memperlakukan mereka sebagai keluarga," katanya di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (9/9/2019).
Tapi pernyataan Wiranto tidak berlaku di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Nomor 10, Surabaya, Jawa Timur.
Asrama yang pada 16 Agustus lalu sempat dikepung aparat dan ormas karena para penghuninya dituduh merusak bendera merah putih itu kedatangan 'tamu' tak diundang: empat ular, salah satunya piton, yang beratnya 15an kilogram.
Empat orang pengendara dua motor matic, Senin (9/9/2019) subuh, melempari penghuni asrama dengan ular yang disimpan di karung tidak tertutup. Sebelumya mereka sempat dilempari cat. Lalu poster yang mereka bikin, bertuliskan "Referendum is Solution", dicopot. Semuanya oleh orang tidak dikenal.