tirto.id - Penyanyi Justin Bieber telah bersumpah, untuk melawan segala bentuk ketidakadilan rasial seraya menyatakan bahwa ia turut "mendapat banyak manfaat dari black culture".
Sebagaimana dilansir dari NME, pelantun lagu “Yummy” itu telah menggunakan platform media sosialnya selama 10 hari terakhir untuk berbicara keras dan menentang rasisme, setelah kematian George Floyd.
Floyd sendiri, adalah seorang lelaki Afrika-Amerika, yang menjadi korban kebrutalan polisi dan tewas ketika seorang perwira penegak hukum kulit putih berlutut di lehernya selama hampir sembilan menit, meski telah merintih dan memohon “saya tidak bisa bernafas”.
Dalam unggahan Instagram, Bieber mengakui bahwa karier musiknya telah dibentuk oleh black culture dan berjanji untuk menggunakan hak istimewanya sebagai selebritas kulit putih, untuk berbicara menentang rasisme.
“Saya terinspirasi oleh black culture. Saya mendapat manfaat dari black culture, ” tulis Bieber pada caption postingan Instagramnya, Sabtu (6/6/2020).
"Gaya saya, bagaimana saya bernyanyi, menari, tampil, dan busana saya semuanya telah dipengaruhi dan terinspirasi oleh black culture."
Ia melanjutkan, "Saya berkomitmen untuk menggunakan platform saya mulai hari ini untuk belajar, untuk berbicara tentang ketidakadilan rasial dan penindasan sistemik, dan untuk mengidentifikasi cara untuk menjadi bagian dari perubahan yang sangat dibutuhkan."
Justin Bieber merupakan salah satu dari sejumlah pelaku dunia musik dan hiburan lain, yang ikut berbicara lantang selama aksi protes “Black Lives Matter” baru-baru ini. Di antara mereka, ada Adele misalnya, yang mengatakan, kasus kematian Floyd adalah tentang rasisme sistematis, kekerasan polisi dan ketidaksetaraan.
Sementara, The Weeknd telah menyumbangkan 500.000 dolar AS ke sejumlah organisasi yang punya perhatian pada kesetaraan ras. Adapun, rapper Jay-Z dan Roc Nation, korporasi hiburan miliknya, yang telah menerbitkan iklan satu halaman penuh pada beberapa surat kabar di seluruh Amerika Serikat pada Selasa (2/6/2020) lalu, yang didedikasikan untuk mengenang kematian George Floyd.
Semenjak tewasnya George Floyd “di lutut” polisi Derek Chauvin di Minneapolis pada Senin (25/5/2020) malam waktu setempat, gelombang demonstrasi terus terjadi bukan hanya di penjuru AS tapi juga di seluruh dunia, dengan satu tuntutan: kesetaraan rasial.
Kasus yang menewaskan Floyd hanyalah yang terbaru, dari tindak “kebrutalan polisi” atas masyarakat kulit hitam di AS. Mengutip BBC, sebelumnya, pembunuhan Michael Brown di Ferguson di Missouri dan Eric Garner di New York, telah memicu gerakan Black Lives Matter sejak beberapa tahun terakhir.
Chauvin sendiri, telah hadir di pengadilan untuk pertama kalinya sejak kasus bergulir, pada Senin (8/6/2020) malam waktu setempat atau Selasa pagi waktu Indonesia.
Sementara jaksa telah menetapkan uang jaminan atas Chauvin sebesar 1,25 juta dolar AS, atau sekitar Rp17 miliar, naik dari yang sebelumnya 1 juta dolar AS (Rp14 miliar).
Hakim mengatakan, bahwa kenaikan ini disebabkan oleh beratnya tuduhan dan kemarahan publik yang terjadi.
Di meja hijau, ia menghadapi tiga dakwaan terpisah, yaitu pembunuhan tingkat dua yang tidak disengaja, pembunuhan tingkat tiga, dan pembunuhan tidak terencana tingkat dua, yang hukuman maksimumnya adalah hukuman penjara masing-masing 40, 25, dan 10 tahun.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo