Menuju konten utama

Jumlah Warga Terdampak Kekeringan di Kulon Progo Bertambah

Jumlah warga yang kesulitan air bersih meningkat dari 4.150 jiwa menjadi 8.316 jiwa pada musim kemarau tahun ini.

Jumlah Warga Terdampak Kekeringan di Kulon Progo Bertambah
Ilustrasi. Sumber mata air. Foto/iStock

tirto.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo mencatat sekitar 8.316 jiwa mengalami kesulitan air bersih per Minggu (13/10/2019). Jumlah itu lebih banyak dibandingkan 4.050 jiwa pada September 2019 silam.

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo mengatakan jumlah itu tersebar di 116 dusun yang berada di 28 desa atau delapan kecamatan yakni Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Kokap, Pengasih, Girimulyo, Panjatan, Lendah dan Sentolo.

"Kami memperkirakan jumlah warga yang kesulitan air bersih lebih dari 8.316 jiwa. Kami terus memantau distribusi air bersih ke masyarakat supaya mereka tetap bisa mencukupi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari," kata Suhardiyanta di Kulon Progo, Yogyakarta, Minggu (13/10/2019) sebagaimana dilansir Antara.

Warga masih meminta pemerintah untuk menurunkan air bersih di daerah mereka. Permintaan tidak hanya diajukan warga pemukiman, tetapi juga rumah ibadah dan sekolah. Permintaan juga mengalami peningkatan karena kekeringan semakin meluas.

"Jumlah wilayah serta jumlah penduduk yang terdampak, terus mengalami peningkatan. Mata air warga banyak yang sudah mengering," katanya.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Daerah Kulon Progo Astungkoro mengatakan, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menjamin akan memenuhi kebutuhan air masyarakat hingga musim hujan tiba.

"Dari koordinasi dengan pihak BMKG, diperkirakan ada kemunduran musim hujan. Kami memiliki 301 tangki air bersih dan siap disalurkan jika datang permintaan," kata Astungkoro.

Astungkoro menjelaskan, air menjadi lebih bermanfaat dibandingkan dengan uang di saat musim musim kemarau. Oleh karena itu, aparat desa diminta menyiapkan dana kedaruratan dari dana desa untuk penanganan kekeringan.

"Selain untuk membuat pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat), dana tersebut juga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warganya," katanya.

Kekeringan di Kulon Progo juga terjadi pada September 2019 silam. Sekitar 4.050 kepala keluarga mengalami kesulitan air bersih dan debit air semakin menipis. Kabupaten Kulon Progo menyatakan situasi daerah tanggap bencana.

"Kami tanggap darurat bencana kekeringan mulai Senin tanggal 9 September 2019. Penetapan pertimbangannya pertama karena memang permintaan [air bersih] dari warga semakin meningkat," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo Ariadi saat dihubungi reporter Tirto, Senin (16/9/2019).

Baca juga artikel terkait KEKERINGAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Gilang Ramadhan