Menuju konten utama

Jumlah Korban Bom Gereja Surabaya dan Sidoarjo Capai 21 Orang

Jumlah korban belum termasuk ledakan yang terjadi tadi pagi di Mapolrestabes Surabaya.

Jumlah Korban Bom Gereja Surabaya dan Sidoarjo Capai 21 Orang
Kondisi jalan Ngagel Madya menuju Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela ketika proses olah TKP, Minggu (13/5/2018). tirto.id/Tony Firman

tirto.id - Kapolda Jawa Timur Machfud Arifin menyatakan jumlah korban meninggal dari peristiwa ledakan bom di dua tempat, yaitu Surabaya dan Sidoarjo mencapai 21 orang.

Jumlah tersebut belum termasuk ledakan yang terjadi pagi tadi, Senin (14/5/2018) sekitar pukul 08.50 WIB di Markas Kepolisian Resor Kota Besar (Mapolrestabes) Surabaya, Jawa Timur.

"Jumlah korban secara menyeluruh hari ini khususnya di Surabaya dan Sidoarjo, sebelum yang tadi pagi, jumlah korban 21 orang, [dengan rincian] 9 orang pelaku dan 12 orang masyarakat," kata Machfud dalam keterangan pers di Surabaya, Senin (14/5/2018).

Setelah peristiwa ledakan bom di 3 gereja di Surabaya, ledakan juga terjadi di Rusunawa Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo Blok B Lantai 5.

Peristiwa tersebut mengakibatkan 3 orang tewas termasuk terduga teroris bernama Anton Ferdiantono dan tiga--sebelumnya tertulis dua--orang terluka. Korban luka kini sudah dibawa ke rumah sakit.

Selanjutnya pagi tadi, teror bom kembali terjadi di Mapolrestabes Surabaya pukul 08.50 WIB. Empat anggota polisi dan enam warga mengalami luka-luka akibat peristiwa tersebut. Pelaku berjumlah lima orang, satu di antaranya merupakan anak-anak dan mereka mengendarai dua sepeda motor.

"Jumlah itu belum ditambah tadi pagi di Surabaya, tadi pagi pelakunya lima, empat orang meninggal," kata Machfud.

Machfud memastikan pelaku bom di Surabaya dan Sidoarjo sama-sama merupakan satu keluarga dengan jumlah enam anggota.

Di Sidoarjo, korban tewas berjumlah tiga orang, yaitu ayah bernama Anton Ferdiantono, ibu dan satu anaknya. Sementara tiga anaknya yang lain terluka dan saat ini dirawat di rumah sakit.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyatakan ledakan bom yang terjadi di rusunawa Sidoarjo merupakan kesalahan pelaku.

Sebab, menurut Tito, bom yang digunakan di Surabaya dan Sidoarjo merupakan jenis bom yang sama, yaitu bom pipa yang kecil namun sensitif. Goncangan atau hawa panas bisa menyebabkan bom tersebut meledak.

"Yang di rusunawa ada kesalahan dalam sistem switching sehingga meledak sendiri, dalam istilah kami itu senjata makan tuan," kata Tito dalam keterangan pers di Surabaya, Senin (14/5/2018).

Baca juga artikel terkait TEROR BOM GEREJA SURABAYA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra