Menuju konten utama
Antropologi

Macam-Macam Kepercayaan dan Perbedaannya dengan Agama

Macam-macam kepercayaan yang berkembang di dunia dapat digolongkan ke beberapa kategori tertentu. Simak berbagai jenis kepercayaan tersebut berikut ini.

Macam-Macam Kepercayaan dan Perbedaannya dengan Agama
Ilustrasi penganut aliran kepercayaan. Macam-macam kepercayaan di Indonesia sangat beragam dan memiliki bentuk keyakinannya masing-masing. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - Ada macam-macam kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat. Setiap jenis kepercayaan memiliki konsep tersendiri yang berpengaruh pada keyakinan pengikutnya. Apa jenis kepercayaan yang berkembang di Indonesia?

Menurut kajian antropologi dasar, istilah kepercayaan kerap membahas tentang kepercayaan-kepercayaan yang dianut manusia di zaman pra-aksara (prasejarah) atau masa saat manusia belum mengenal tulisan. Kepercayaan dikaitkan pula dengan keberadaan agama. Bentuk kepercayaan turut meliputi kepercayaan politeisme yang meyakini banyak Tuhan, hingga monoteisme yang meyakini keesaan Tuhan.

Namun, istilah kepercayaan di luar agama (aliran kepercayaan) lazimnya dihubungkan dengan keyakinan masyarakat bahwa benda-benda, makhluk hidup, atau zat supranatural tertentu. Menurut Dyastriningrum dalam buku Antropologi (2009), hal-hal tersebut dianggap memiliki kekuatan gaib yang bersifat alamiah.

Macam-Macam Kepercayaan dan Pengertiannya

Apa jenis kepercayaan di Indonesia? Ada berbagai aliran kepercayaan yang berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Contoh kepercayaan tersebut seperti Kaharingan pada masyarakat adat Dayak, Sunda Wiwitan dari Jawa Barat, dan sebagainya.

Berbagai kepercayaan ini dapat digolongkan ke berbagai kategori secara umum. Puji Lestari dalam Perkembangan Agama dan Kepercayaan di Indonesia menguraikan macam-macam kepercayaan seperti berikut:

1. Animisme

Secara singkat, animisme artinya kepercayaan bahwa manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan memiliki jiwa atau roh tertentu.

Kepercayaan animisme memuja roh, termasuk roh orang yang sudah meninggal, ada juga yang menyembah pohon atau binatang yang sebenarnya bukan benda atau materinya, melainkan jiwa atau roh yang ada dalam pohon atau binatang tersebut.

2. Dinamisme

Kepercayaan dinamisme menganggap bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib. Dalam antropologi, kekuatan gaib yang diyakini penganut dinamisme memiliki istilah yang disebut mana. Alhasil kepercayaan dinamisme juga dikenal sebagai manaisme.

Kekuatan gaib nan sakti itu, dalam pandangan dinamisme, berpengaruh pada hidup manusia. Pengaruhnya dapat berdampak buruk atau bermanfaat pada kehidupan sehari-hari.

Misalnya, aliran dinamisme meyakini bahwa batu akik, keris, kain tertentu memiliki kekuatan sakti yang ampuh untuk digunakan dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Kepercayaan seperti ini masih cukup lekat pada sebagian masyarakat.

3. Totemisme

Secara bahasa, totemisme berasal dari kata Ojibwa dari Suku Algonquin di Amerika Utara. Totem dapat berupa burung, ikan, binatang, atau tumbuhan tertentu.

Totemisme meyakini bahwa ada daya atau sifat keilahian pada benda-benda tertentu, selain manusia. Kepercayaan ini menganggap bahwa hewan atau tumbuhan tertentu dapat memberi pengaruh, baik itu pengaruh baik atau dampak buruk bagi penganutnya.

Lazimnya, penganut totemisme menganggap keramat hewan atau tumbuhan yang dipercaya sebagai totem, serta dilarang membunuh atau memakan hewan atau tumbuhan tersebut.

4. Politeisme

Dalam bahasa Yunani, politeisme artinya banyak Tuhan. Dalam hal ini, politeisme meyakini bahwa Tuhan tidak esa, tidak tunggal, serta lebih dari satu.

Biasanya, politeisme dianggap sebagai kepercayaan terhadap keberadaan dewa-dewi yang memiliki tugas-tugas tertentu untuk mengatur urusan semesta.

Namun, sebenarnya, segala kepercayaan yang meyakini bahwa terdapat beberapa Tuhan yang mengatur urusan dunia, terkhusus perkara manusia, dianggap sebagai politeisme.

Dalam aliran politeisme juga diyakini bahwa dewa-dewi tertentu lebih unggul daripada dewa lainnya. Misalnya, Dewa Zeus dianggap lebih hebat daripada Dewa Hermes, Dewi Afrodit, dan sebagainya.

5. Panteisme

Aliran panteisme meyakini bahwa alam semesta adalah Tuhan. Kepercayaan ini menafikan keyakinan bahwa Tuhan menciptakan alam atau kehadirannya di luar alam. Penganut panteisme berpendapat bahwa Tuhan itu melingkupi segalanya melalui alam semesta ini.

6. Monoteisme

Berkebalikan dengan politeisme yang meyakini banyak Tuhan, kepercayaan monoteisme berpendapat bahwa hanya ada satu Tuhan, yang esa, atau tunggal. Contoh monoteisme yaitu agama Islam, Yahudi, dan Kristen.

Apa Perbedaan Kepercayaan dengan Agama?

Agama dengan aliran kepercayaan memiliki sejumlah perbedaan. Muwaffiq Jufri dalam Potensi Penyetaraan Agama dengan Aliran Kepercayaan di Indonesia (2020:26), menyebut agama sebagai seperangkat nilai dan kaidah supaya manusia dapat berhubungan baik kepada Tuhan serta makhluk-Nya. Adapun kepercayaan dimaknai sikap batin seseorang terhadap kebenaran suatu ajaran.

Beberapa perbedaan agama dan kepercayaan sebagai berikut:

AgamaAliran Kepercayaan
Seperangkat nilai dan kaidah baku dalam mengatur manusia untuk berperilaku.Kepercayaan menjadi sikap batin seseorang dengan mengakui kebenaran keberadaan Tuhan pencipta.
Mempunyai tata cara khusus saat beribadah pada Tuhan.Akar aliran kepercayaan yaitu nilai-nilai yang diyakini dan dipercayai nenek moyang.
Mempunyai hukum tertulis yang tertera melalui kitab suci.Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman dan hukum tidak tertulis untuk mengatur perilaku masyarakat suatu tempat.
Agama mempunyai sosok pembawa ajaran yaitu nabi-nabi.Penganut aliran kepercayaan cenderung mengkultuskan roh nenek moyang, cerita rakyat, hingga sejarah orang suci yang diyakini dan dikeramatkan masyarakat setempat.
Pemeluk agama mempunyai tempat peribadatan khusus.Penganut aliran kepercayaan tidak mempunyai tempat ibadah khusus.

Baca juga artikel terkait SEJARAH AGAMA atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Edusains
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar