tirto.id - Vaksin COVID-19 untuk kelompok lanjut usia (lansia) disuntikkan setelah mendapatkan restu dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) awal Februari lalu. Sebagian lansia mudah mendapatkan, namun tak sedikit yang harus menempuh jalan terjal dan berliku.
Salah satunya adalah Ardi Hendrosuseno, warga Jakarta Timur. Usianya 72 tahun atau memenuhi syarat penerima yaitu di atas 60 tahun.
Pada 12 Maret 2021, ia mendaftarkan diri untuk mendapatkan vaksinasi melalui laman dki.kemenkes.go.id. Dua hari kemudian Ardi mendapatkan pesan singkat bahwa ia sudah terdaftar dan diminta mengecek status pendaftarannya di laman corona.jakarta.go.id/id/vaksinasi atau di aplikasi JAKI milik Pemprov DKI Jakarta.
Setelah memasukkan nama dan nomor induk kependudukan di dua kanal itu, tertera informasi bahwa jadwal vaksinasinya pada 17 Maret 2020 pukul 14.00-15.00 di SDN 2 Lebak Bulus Jakarta Selatan, sekitar 25 kilometer dari rumahnya atau satu jam lebih perjalanan menggunakan mobil. Ia memperlihatkan tangkapan layar informasi jadwal tersebut kepada saya.
Ardi datang dengan diantar sang putra. Namun sesampainya di sana ia bingung. “Ternyata tidak ada vaksinasi, sudah kosong,” kata Ardi melalui sambungan telepon, Kamis (18/3/2020).
Ia buka lagi informasi jadwal vaksinasi berulang-ulang dan tak ada yang keliru.
Beberapa lansia lain juga datang dan mereka juga bingung, kata Ardi. Lalu pihak sekolah yang menemui mereka bilang bahwa memang sekolah itu dijadikan tempat vaksinasi lansia, namun itu sudah sehari hari sebelumnya.
Ardi dan beberapa lansia lain memutuskan ke puskesmas terdekat di sekitar sekolah. Namun petugas yang ditanya juga bingung sebab jadwal vaksinasi di SDN tersebut memang telah lewat dan tidak ada lagi hari itu. Mereka semua kecewa lantaran sudah datang jauh-jauh tapi tak mendapatkan apa-apa.
“Saya kasihan dengan yang lain. Banyak yang lebih tua dari saya,” kata Ardi.
Selain masalah kejelasan jadwal, ada pula lansia yang terkendala keterbatasan mengakses pendaftaran melalui online. Mereka harus mengandalkan orang lain. Salah satunya adalah Purwolestari, usia 62 tahun di Sleman, Yogyakarta. “Semua anak mantu saya yang mendaftarkan karena saya tidak bisa. Sudah ada informasi terdaftar tapi belum dipanggil [jadwal vaksinasi],” katanya kepada saya, Kamis.
Di Kota Bekasi Jawa Barat, pendaftaran untuk vaksinasi lansia malah belum jelas, kata Nazil Huda Musthafa. Ia beberapa kali sudah mencari informasi mengenai vaksinasi untuk ibunya yang berusia 62 tahun dan ayahnya yang berusia 66 tahun, namun hasilnya nihil.
Ia sudah berupaya mencari informasi langsung di layanan kesehatan yang ditunjuk untuk melakukan vaksinasi, namun ternyata telah melebihi kuota. Ia juga sudah mencoba mendaftar vaksinasi lansia di DKI Jakarta, tapi ketentuan menyebut vaksin tersedia hanya untuk mereka yang memegang KTP atau berdomisili provinsi itu.
“Masih bingung mau cari info di mana karena dari Pemerintah Kota Bekasi belum ada informasi,” katanya melalui sambungan telepon, Jumat (19/3/2021).
Pada pertengahan Februari 2021 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan vaksin lansia memang diprioritaskan untuk yang di DKI Jakarta dan ibukota provinsi lain. “Dengan keterbatasan vaksin, maka vaksinasi akan diutamakan bagi kelompok lansia yang di atas 60 tahun yang ada di seluruh provinsi DKI Jakarta dan juga ibukota provinsi di 33 provinsi yang ada," kata Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi di kanal YouTube Kemenkes.
Setelahnya, 25 Februari, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan pemerintah akan memperluas cakupan vaksinasi untuk memudahkan lansia. “Saat ini lokasi vaksinasi lansia tersedia di ibukota provinsi dan beberapa kabupaten/kota. Pemerintah akan memperluas cakupan sehingga lansia dapat mendapat vaksinasi di tempat lebih terjangkau," ujar Wiku seperti dilansir Antara.
Tapi, sebagaimana cerita para narasumber, di lapangan hal tersebut belum benar-benar terealiasi.
Ketua Tim Vaksinasi COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Iris Rengganis mengatakan pelaksanaan vaksinasi lansia setelah berjalan hampir dua bulan sebagian besar sudah berjalan baik. Namun memang tetap perlu ada yang diperbaiki, katanya. Misalnya dalam hal akses informasi. Pemerintah, kata dia, perlu menyelenggarakan edukasi yang lebih agresif.
“Yang penting adalah edukasi pada keluarga-keluarga yang memiliki lansia,” kata Iris melalui sambungan telepon, Jumat. Diharapkan dengan begitu para lansia ini dibantu baik dalam hal pendaftaran dan ditolong mendatangi lokasi vaksinasi.
Selain itu lansia juga butuh perhatian khusus sebab mereka mungkin sudah memiliki komorbid. Semua komorbid harus terkendali sebelum menerima vaksinasi.
“Jadi tidak bisa memaksakan [lansia] saat dipanggil langsung harus disuntik. Kita enggak sembarangan dipanggil lalu suntik saat itu juga. Kalau tertunda, ya, enggak apa-apa yang penting keamanan,” ujarnya.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino