Menuju konten utama

Jack Dorsey: Pendiri Twitter yang Eksentrik dan Humanis

Aplikasi terbarunya - Bluesky Social - adalah perwujudan pribadi Jack Dorsey yang eksentrik, sekaligus humanis.

Jack Dorsey: Pendiri Twitter yang Eksentrik dan Humanis
CEO Twitter Jack Dorsey memberikan kesaksian di hadapan Komite Intelijen Senat yang mendengar tentang 'Operasi Pengaruh Asing dan Penggunaannya atas Platform Media Sosial' di Capitol Hill, Rabu, 5 September 2018, di Washington. AP / Jose Luis Magana

tirto.id - Kala Twitter di bawah kepemimpinan Elon Musk memecat ribuan karyawan, Jack Dorsey, yang sejak tahun lalu telah melepaskan diri dari aplikasi yang didirikannya itu, menyampaikan permintaan maaf melalui cuitan di akun miliknya, @Jack. Permintaan maaf Dorsey menuai lebih dari 117 ribu likes dan 14 ribu retweet.

Sejak Twitter berpindah kepemilikan ke orang terkaya di dunia, Elon Musk, debat panas beberapa kali terjadi di dua akun Twitter milik Dorsey dan Musk.

Kebijakan Musk sejak memegang Twitter memang banyak menjadi pergolakan, tidak hanya oleh Dorsey, namun juga dari khayalak umum. Pemberlakukan tarif bulanan sebesar US$ 8 adalah salah satu kebijakan baru Twitter yang kontroversial.

Sejumlah pemilik akun centang biru menonaktifkan akun mereka karena menganggap situasi di Twitter sudah tidak kondusif lagi. Pada awal November 2022, beberapa merek secara terang-terangan mengungkapkan penangguhan rencana pemasangan iklan di Twitter adalah General Motors, Audi, Pfizer, dan United Airline.

Namun, sepekan sebelum Musk resmi mengakuisisi Twitter, Dorsey membocorkan kepada publik bahwa proyek rintisan aplikasi sosial yang sedang digodoknya, Bluesky Social, sudah memasuki tahap uji coba dan sedang mencari sukarelawan penguji beta (beta tester).

Sebanyak 30 ribu penguji beta – seperti dikutip dari Business Insider - terkumpul hanya dalam waktu dua hari setelah pendaftaran dibuka.

Publik sepertinya memiliki harapan besar bahwa platform media sosial (medsos) yang juga lahir dari tangan Dorsey ini akan bisa menjadi alternatif pengganti Twitter.

Awalnya, Bluesky Social menjadi proyek independen dengan pendanaan yang didukung oleh Twitter, tetapi tidak memiliki hubungan dengan pemegang saham medsos berlogo burung biru itu.

“Proyek Bluesky berasal dari Twitter pada tahun 2019, tetapi Bluesky PBLLC yang didirikan tahun ini adalah perusahaan independen yang berfokus pada R&D jejaring sosial terdesentralisasi,” ujar seorang anggota tim Bluesky Social.

Dengan Bluesky Social, Dorsey ingin mengusulkan sistem jejaring sosial "terbuka dan terdesentralisasi", yang memungkinkan beberapa jaringan berbeda untuk berinteraksi satu sama lain, sambil mengadopsi protokol umum. Dengan cara ini, siapa pun akan dapat mengembangkan jaringan mereka sendiri dengan aturan dan algoritme moderasi mereka sendiri.

Tulang punggung aplikasi Bluesky Social menurut Dorsey adalah data pengguna, yang menyatakan bahwa Bluesky Social akan bebas dari pengaruh politik dan akan dikelola oleh pengguna daripada dipasarkan oleh perusahaan.

Anak Punk yang Selalu Gagal Berpidato

Keberpihakan Dorsey pada pengguna daripada korporasi yang diterapkan pada aplikasi barunya, tidak terlepas dari kepribadiannya yang eksentrik. Dorsey dikenal sebagai pribadi yang bohemian - dengan janggut panjang dan piercing di hidung - dan lebih humanis dibandingkan dengan konglomerat dunia lainnya.

Nick Bolton, penulis Hatching Twitter: A True Story of Money, Power Friendship and Betrayal contohnya, membandingkan Dorsey dengan Mark Zuckerberg. Menurutnya, berbicara dengan Zuckerberg seperti berbicara dengan chatbot. Lain saat berbicara dengan Dorsey yang lebih humanis dan memiliki karisma.

Lahir pada 19 November 1976 di lingkungan kelas pekerja di St. Louis, Amerika Serikat, Dorsey dikenal sebagai anak laki-laki yang pendiam dan mandiri.

Sejak kecil ia senang duduk berdiam diri mengamati berbagai hal di sekelilingnya. Ketika Dorsey masih balita, ibunya — Marcia Dorsey, menggambarkan puteranya itu sebagai ‘anak umur tiga tahun yang bisa tetap bersih dan rapi meski memakai kemeja dan dasi seharian’.

Sebagai sorang introvert di masa kecil, Dorsey sempat melakukan terapi pidato, karena ia selalu kesulitan untuk berbicara di depan umum. Di Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia merasa perlu menantang kelemahannya ini, dengan bergabung di tim pidato di sekolahnya.

"Mereka memberi peserta kartu putih dengan sebuah kata di atasnya, dan peserta memiliki waktu lima menit untuk menulis pidato di atasnya. Hal itu adalah hal paling menakutkan yang saya lakukan. Namun saya terus melakukannya dan melakukannya dan melakukannya. Dan, berhasil."

Dorsey juga senang menuangkan hasil pengamatannya dalam bentuk sketsa. Rekan kerjanya di Twitter mengaku sering melihat Dorsey sedang menggambar daun ginkgo atau pakis di atas kertas. Orangtuanya juga masih menyimpan sketsa wajah Kurt Cobain—pentolan grup band Nirvana; yang dibuat putra mereka itu.

Selain dalam bentuk sketsa, Dorsey — yang tumbuh menjadi remaja dengan ketertarikan besar pada teknologi; juga menuangkan hasil pengamatannya dalam bentuk bahasa pemrograman.

Sebagai seorang remaja, Dorsey suka menghabiskan waktu dengan komputer. Versi awal komputer IBM membuatnya terpesona dan dia menghabiskan berjam-jam, bahkan berhari-hari untuk menganalisa. Saat itu, ambisinya adalah menggambar peta langsung Kota New York, yang terdiri dari beberapa titik atau legenda yang mewakili kendaraan dan bangunan terkenal.

Berbekal kemampuan mengoperasikan komputer — yang diperkenalkan ayahnya sejak Dorsey berumur delapan tahun; dan ilmu yang didapat dari percakapan di Internet Relay Chat, Dorsey melatih dirinya sendiri untuk menguasai bahasa pemrograman.

Di usia belasan tahun, ia sudah bisa menulis program yang secara grafis mensimulasikan pergerakan kendaraan pada alat pemindai polisi.

Infografik Byebye Twitter

Infografik Byebye Twitter. tirto.id/Ecun

Klub dan pertunjukan di basement di tempat asalnya mengenalkannya pada dunia lain, yaitu musik punk. Saat ia akhirnya mampir ke Gilman; klub musik yang juga menjadi tempat bersejarah bagi komunitas punk,penyuka band Flipper ini semakin lekat dengan musik punk.

Seperti kebanyakan pecinta musik, Dorsey muda sempat bergaya punk dan mengecat rambutnya berwarna biru. Dorsey mengaku, selalu berjoget pada setiap band punk yang tampil di Gilman Street, California. Punk baginya bukan hanya sekedar musik, namun juga sebuah aktivisme.

Bekal ketertarikan pada aktivisme ini terus berlanjut hingga Dorsey dewasa dan menjadi landasan penting dari idenya untuk mengembangkan Twitter.

Twitter — yang pada saat rilis ditulis dengan ejaan ‘twttr’; lahir pada 21 Maret 2006, ditandai dengan cuitan pertama Dorsey yang ikonik (“just setting up my twttr”) melalui akunnya.

Laku Spiritual Jack Dorsey

Dengan kekayaan sebesar US$ 3,9 miliar, Dorsey bisa memiliki penampilan dan gaya hidup yang tidak biasa.

Di Lembah Silikon, di antara lautan manusia yang mengenakan jins lusuh dan hoodi - atau kaos abu-abu seperti Mark Zukerberg - Dorsey sering tampil menonjol dengan mengenakan setelan jas yang dibuat khusus untuknya atau jeans karya desainer, jaket kulit, dan sepatu sneakers yang modis.

Dorsey yang pernah bekerja sebagai model dan mengikuti kursus pembuatan pakaian memang dikenal menyukai dunia fesyen. Ia termasuk penggemar jenama fesyen papan atas dunia seperti Hermes, Prada, dan Rolex. Ia pernah duduk di deretan depan dalam gelaran peragaan busana dari rumah mode Dior, Rick Owens, dan Celine di ajang Paris Fahion Week.

Terlepas dari gaya hidupnya yang menyukai fesyen, arsitektur (dan juga mengencani model), Dorsey senang membagikan kekayaannya pada orang lain. Pada awal pandemi, Dorsey diberitakan menyumbangkan US$ 1 miliar atau 20% dari total kekayaannya untuk menanggulangi pandemic Covid-19. Belum lama ini, Dorsey juga menyumbangkan uang sebanyak US$ 7 miliar untuk menolong Ukraina yang terimbas invasi Rusia.

Pendiri perusahaan penyedia jasa teknologi bernama Block, Inc. — dulu bernama Square; ini juga dikenal sebagai pribadi yang tertarik dengan spiritualisme.

Setiap hari, ia memulai ritual hariannya dengan ‘sarapan’ air putih yang dicampur sejumput garam Hilamaya dan perasan lemon. Kemudian ia menggunakan sarana sauna inframerah di rumahnya. Di malam hari, Dorsey kembali melakukan meditasi selama satu jam.

Pola makan Dorsey juga unik, yaitu hanya menikmati satu kali makan dalam sehari di malam hari antara pukul 18.30 sampai 21.00. Ia juga terbiasa berpuasa di akhir pekan, dengan cara tidak makan sama sekali di hari Jumat dan Sabtu, lalu kembali makan pada hari Minggu malam.

Bukan itu saja, Dorsey juga rutin mengambil cuti selama sepuluh hari per tahun untuk bepergian untuk mengikuti sesi meditasi hening di sejumlah tempat eksotik seperti Myanmar dan India.

Dorsey banyak dikritik karena mengunjungi Myanmar yang disorot sebagai negara yang represif. Kepada Rollingstone, Dorsey menceritakan pengalaman belajar meditasinya di Myanmar sebagai pengalaman yang tidak gampang. “Kegiatan ini sangat menyakitkan secara fisik. Anda duduk dan apa yang diperintahkan untuk Anda lakukan adalah memfokuskan seluruh kesadaran Anda bukan pada napas, tetapi perasaan napas Anda yang melewatinya. Sungguh menakjubkan bagaimana hal itu membuat semua hal yang sangat kecil dalam hidup menjadi sangat, sangat besar."

Dorsey mengaku tidak pernah ingin menjadi pengusaha atau CEO, bahkan figur publik. “Saya menjadi CEO karena saya harus. Tapi itu saja. Kami mengumpulkan uang karena kami harus membayar orang. Ini semua karena kebutuhan daripada keinginan. Saya suka berada di belakang layar,” ujarnya pada Rollingstone.

Menurutnya, 98 persen kekayaannya adalah ekuitas di perusahaan-perusahaan. “Jadi saya sebenarnya bukan miliarder. Jika perusahaan-perusahaan ini tidak melakukannya dengan baik,” tambahnya.

Ia mengaku ingin meminimalisir jenjang kesejahteraan yang terlalu jauh antara si kaya dan si miskin. Sepertinya niat Dorsey bukan omong kosong. Dorsey banyak menyumbangkan kekayaannya, termasuk salah satunya lewat organisasi nirlaba yang didirikannya, Start Small Foundation.

Nik Yakovenko, pekerja Twitter saat Dorsey masih bergabung mengatakan, Dorsey adalah pribadi yang kalem dan tulus. Ia tidak terlalu menyukai uang, dan senang dengan alam dan kegiatan luar ruangan.

Bluesky Social menurut Yakovenko adalah perwujudan dari pribadi Dorsey yang berniat membuat dunia menjadi lebih baik. Karena aplikasi terbaru Dorsey ini, diprediksi memiliki potensi untuk merevolusi ekonomi data pribadi dan pendapatan iklan, yang diharapkan dapat berjalan adil dengan otonomi bagi penggunanya.

Baca juga artikel terkait JACK DORSEY atau tulisan lainnya dari Nayu Novita

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Nayu Novita
Penulis: Nayu Novita
Editor: Lilin Rosa Santi