Menuju konten utama

Iwan Bule Bukan Sosok Ketua Umum Ideal untuk PSSI

Jika mengacu tujuh kriteria hasil penelitian Ganesport Institute, Iwan Bule bukanlah sosok ketua umum PSSI yang ideal.

Iwan Bule Bukan Sosok Ketua Umum Ideal untuk PSSI
Calon Ketua Umum PSSI M Iriawan melambaikan tangannya saat pembukaan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Jakarta, Sabtu (2/11/2019). Agenda KLB PSSI tersebut adalah pemilihan Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI serta pemilihan Anggota Komite Eksekutif PSSI periode 2019-2023. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp.

tirto.id - Komjen Pol Mochamad Iriawan, biasa dikenal dengan panggilan Iwan Bule, resmi terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2019-2023. Dalam kongres pemilihan ketua yang berlangsung di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu (2/11/2019) kemarin, mantan Kapolda Metro Jaya ini menang telak atas sepuluh kompetitornya.

Dari sebanyak 86 voters terdaftar di PSSI, 82 di antaranya menjatuhkan pilihan pada Iwan. Satu voters dari klub Persis Solo memilih walk-out, sementara tiga yang lain memutuskan abstain.

"Ini bukan kemenangan saya, ini kemenangan insan sepakbola," kata Iwan kepada wartawan saat keluar dari ruangan kongres.

Perjalanan Iwan menuju kursi PSSI 1 sempat diiringi banyak isu miring. Misal, ada dugaan negosiasi tersembunyi antara Iwan dengan sejumlah voters. Dugaan itu disampaikan Vijaya Fitriyasa--yang juga salah satu caketum PSSI--dalam program televisi Mata Najwa, Rabu (30/10/2019).

Ada pula kecurigaan tentang latar belakang pengalaman sepakbola Iwan, dan visi misinya yang dianggap surealis atau di luar logika.

"Saya penasaran dengan visi dan misi Iwan Bule yang mencantumkan 'PSSI 4.0', padahal FIFA baru berada di 2.0," singgung caketum lainnya, Arif Putra Wicaksono sehari sebelum kongres.

Meski begitu, suka atau tidak, Iwan telah memenangkan hati para pemilik suara dan tampuk kepemimpinan federasi kini berada di tangan jenderal bintang tiga itu.

"Karena memang begitu adanya, dan menurut saya memang tidak ada masalah, ini 100 persen loh yang dukung dia," ujar Rahim Soekasah, caketum kompetitor Iwan yang lantas mengakui kekalahannya.

Kendati demikian, toh tetap saja ada sejumlah pihak yang skeptis terhadap kemampuan Iwan dalam mengurus sepak bola Indonesia, setidaknya sampai empat tahun ke depan. Salah satu yang skeptis itu adalah Ganesport Institute.

Iwan Tidak Memenuhi Kriteria Ideal

Sekitar bulan Juli 2019 lalu, Ganesport Institute, wadah pemikir (thinktank) manajemen dan kebijakan olahraga pertama di Indonesia, merilis temuan menarik. Lembaga tersebut mempublikasikan hasil penelitian mereka perihal kriteria sosok ketua umum yang ideal untuk memimpin PSSI.

Dalam penelitiannya, Ganesport mengambil data berdasarkan hasil survei terhadap para praktisi ahli tata kelola olahraga di seluruh dunia. Sampelnya tersebar mulai dari Eropa, Amerika, Oseania, sampai Indonesia.

Hasil riset itu menelurkan kesimpulan tegas: terdapat tujuh kriteria yang harus dipenuhi seseorang untuk menjadi ketua umum PSSI yang ideal. Kriteria itu antara lain: berintegritas; jauh dari politik; skill kepemimpinan dan manajerial yang teruji; sangat senior di dunia sepakbola; paham sepakbola; independen; dan harus cakap dalam berdiplomasi.

"Idealnya tujuh kriteria itu harus terpenuhi semua," kata pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Ganesport Institute, Amal Ganesha saat dikonfirmasi reporter Tirto, Sabtu malam (2/11/2019).

Lantas bagaimana dengan Iwan Bule?

Sosok Iwan Bule yang terpilih sebagai ketum PSSI periode 2019-2023 ini tampak gagal memenuhi beberapa kriteria ideal yang dimaksud Ganesport Institute.

Perihal kriteria 'paham sepakbola' misalnya, kemampuan Iwan patut diragukan. Pasalnya, lulusan Akpol 1984 ini tak begitu kentara di dunia gocek menggocek. Sejak lulus dari bangku pendidikan, Iwan lebih banyak menghabiskan waktu sebagai seorang aparat.

Iwan juga jauh dari pantas untuk disebut memenuhi kriteria 'sangat senior di dunia sepakbola'. Menurut Ganesport Institute, seseorang dikatakan senior jika sudah berkecimpung di dunia olahraga minimal 20 tahun. Iwan sendiri baru menonjol dalam hiruk pikuk sepak bola di Tanah Air saat PSSI akan memilih ketua umum anyar tahun ini.

Tidak berhenti di situ, Iwan juga tidak memenuhi kriteria yang tidak kalah penting, yakni 'jauh dari politik'. Untuk diketahui, Iwan saat ini juga menjabat sebagai Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).

"Lemhannas adalah lembaga negara. Riset kami mendeskripsikan 'jauh dari politik' salah satunya adalah tidak menempati jabatan publik atau pemerintahan," tukas Amal yang pernah bekerja untuk klub Liga Inggris, Manchester City ini.

Blunder Banyak Pihak

Amal mengakui kecewa atas terpilihnya Iwan Bule menjadi Ketum PSSI. Namun, ia lebih kecewa kepada Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP) selaku badan yang menyeleksi kandidat-kandidat calon ketua umum.

Mulanya Amal berharap KP dan KBP mau menindaklanjuti penelitian yang dibuat Ganesport tersebut. Dia meyakini penelitian ini akan berdampak lebih besar jika KP dan KBP punya tekad jemput bola demi menaikkan standar atau syarat pendaftar ketua umum PSSI.

Selain itu, voters--yang berperan langsung untuk menentukan siapa yang jadi ketua umum baru--juga perlu memahami kriteria ini. Jika tidak, pada akhirnya siapapun caketum yang menang belum akan terjamin kompetensinya.

Dalam perjalanannya, kongres PSSI kali ini justru menampilkan kemunduran. Mulai dari tidak adanya agenda adu gagasan resmi di muka umum, absennya federasi dalam memfasilitasi sosialisasi visi dan misi caketum, patokan penetapan para voters yang rancu, dan hal-hal kurang transparan lainnya.

"Wajar jika ini semua membuat para pecinta sepakbola merasa janggal. Harusnya ada debat di ruang publik, karena sekali lagi saya ingin berkata, sepakbola milik kita semua, bukan hanya milik anggota PSSI," tandas Amal.

Kritik terhadap minimnya transparansi ini sebenarnya bukan cuma dilontarkan Amal atau pengamat sepakbola lainnya. Sejumlah caketum juga terus menerus mencecar PSSI dengan berbagai pertanyaan dalam beberapa hari terakhir ini.

Caketum itu di antaranya adalah Fary Djemi Francis, Vijaya Fitriyasa, Sarman El Hakim, Benny Erwin, Yesayas Oktavianus, dan Aven Hinelo.

Mereka bahkan berulang kali mengajukan interupsi di hadapan PSSI dan FIFA ketika kongres tengah berlangsung Sabtu kemarin. Mereka menuntut pertanggungjawaban atas proses yang tidak transparan dalam pemilihan caketum PSSI.

Ironisnya, caketum-caketum tersebut justru diminta keluar dari ruangan oleh PSSI karena dianggap membelot.

"Caketum yang tidak mau mengikuti aturan kongres silakan meninggalkan ruangan ini," kata Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria yang kala itu menjadi pimpinan sidang kongres.

Baca juga artikel terkait KONGRES PSSI atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Herdanang Ahmad Fauzan
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Ringkang Gumiwang