tirto.id - Banyak hal terjadi di kantor pusat Apple di Cupertino, California, Amerika Serikat. Gagasan lahir dan diuji. Purwarupa dibangun dan disempurnakan. Gawai didesain dan … tidak dirakit. Banyak hal terjadi di Apple Park, tetapi merakit iPhone bukan salah satunya.
Apple mendesain, menjual iPhone, dan mengantongi untung besar dari penjualan produk, tetapi tidak merakit gawai flagship mereka sendiri. Apple bahkan tidak membuat komponen-komponen penyusun iPhone. Tugas memproduksi komponen menjadi tanggung jawab 201 perusahaan manufaktur luar yang beroperasi di 402 lokasi yang tersebar di 6 benua.
Dari 402 pabrik pemasok komponen iPhone, hanya 30 yang berlokasi di negara asal iPhone. Amerika Serikat hanya menempati posisi ketiga soal jumlah pabrik produsen komponen iPhone, di belakang Tiongkok (156) yang menempati posisi pertama dan Jepang (40) di posisi kedua serta hanya unggul dari Taiwan (26) dan Korea Selatan (23).
Lima negara Asia Tenggara mengekor di belakang Korea Selatan untuk melengkapi sepuluh besar: Vietnam (21), Filipina, Thailand, Malaysia (masing-masing 15), dan Singapura (14). Indonesia, sementara itu, menjadi lokasi dari dua pabrik pemasok komponen iPhone: Panasonic Corporation (perusahaan Jepang) di Jawa Barat dan VARTA Microbattery GmbH (Jerman) di Kepulauan Riau.
Semua informasi di atas tersedia untuk umum karena Apple rutin merilis Supplier List, daftar lengkap pemasok komponen mereka. Namun daftar itu tidak merinci pemasok mana menyuplai komponen apa. Jika bukan karena upaya Apple menjaga rahasia dapur, kemungkinan besar karena rantai pasokan Apple begitu panjang dan rumit sehingga sulit sekali melacak asal satu komponen. Ambil contoh sirkuit terpadu (chip) Apple A12.
“Soal Apple A12, Apple mendesain chip ini,” ujar Jim Morrison, VP of Technical Intelligence di TechInsights, dikutip dari CNBC. “Ada logo Apple di kemasannya. Apple berkantor pusat di California. Apple meng-outsource pembuatan chip ini kepada TSMC di Taiwan. Pengemasan dan pengujian terakhir A12 mungkin dilakukan oleh Amkor di Filipina. Chip A12 kemudian dipasang di iPhone oleh Foxconn di Tiongkok atau Pegatron di Taiwan. Jadi, mana negara asalnya?”
Contoh lain: sensor sidik jari yang tertanam di tombol home iPhone 6 Plus. Edward Humes, penulis buku Door to Door: The Magnificent, Maddening, Mysterious World of Transportation menguraikan bagaimana sebuah sensor melewati perjalanan amat panjang, lintas benua bahkan, untuk bisa terwujud:
Lapisan batu nilam artifisialnya buatan Lens Technology (Hunan, Tiongkok). Lapisan nilam ini kemudian dipasangkan dengan cincin metal buatan LY Technology (Jiangsu, Tiongkok). Keduanya ditransfer ke pabrik perakitan dan pengujian NXP Semiconductors (Kaohsiung, Taiwan) untuk disatukan dengan driver chip dari pabrik NXP di Shanghai dan sensor chip Touch ID dari salah satu pabrik NXP di Eropa. Setelahnya kombinasi komponen ini ditransfer ke Mektec (Taiwan) untuk dipasangkan dengan button switch dari anak perusahaan Panasonic di Jepang dan stiffener dari Molex (Amerika Serikat). Dari Mektec, kombinasi komponen ini ditransfer ke Sharp (Jepang) untuk digabungkan menjadi satu modul Touch ID.
Semua itu untuk sebuah chip dan sebuah sensor sidik jari, bukan satu unit iPhone.
Logam-logam Pembangun iPhone
Rasa penasaran Jim Morrison dan Edward Humes menghasilkan temuan yang memberi gambaran tentang panjang, berbelit, dan rumitnya proses pembuatan satu unit iPhone. Sama penasarannya dengan mereka adalah Brian Merchant, penulis The One Device: The Secret History of the iPhone. Pertanyaan Merchant serupa, namun lebih mendalam: elemen-elemen apa saja yang membangun iPhone?
“iPhone,” tulis Merchant untuk VICE, “tetap saja pada akhirnya adalah paduan dari hasil mengeruk bumi. Pada dasarnya, iPhone adalah batuan, iPhone adalah logam; iPhone adalah elemen-elemen mentah — yang banyak jumlahnya.”
Untuk menjawab rasa penasarannya, Merchant membeli satu unit iPhone 6 baru pada 2016 dan mengirimnya ke perusahaan metalurgi 911 Metallurgy Corp. Kerja keras (mereka terkejut karena prosesnya lebih berat dari perkiraan awal) para peneliti di 911 Metallurgy menemukan logam dengan jumlah terbanyak dalam adalah aluminium — mencapai 24,41% total berat satu unit iPhone 6. Terbanyak kedua adalah karbon (15,39%), disusul oksigen (14,50%) dan besi (14,44%).
Lengkapnya, secara alfabetis: aluminium, arsenik, belerang, besi, bismut, emas, fosforus, galium, hidrogen, kalium (potasium), kalsium, karbon, klorin, kobalt, kromium, litium, magnesium, mangan, molibdenum, nikel, oksigen, seng, silikon, tantalum, tembaga, timah, timbal, titanium, tungsten (wolfram), dan vanadium.
Temuan Merchant dan tim 911 Metallurgy menggambarkan dengan jelas bahan mentah pembuatan iPhone sama tersebarnya dengan pabrik-pabrik pemasok komponen iPhone. Temuan Merchant dan tim 911 Metallurgy juga menjadi amat penting karena Apple tidak merinci dari mana saja mereka mendapatkan bahan mentah untuk pembuatan gawai-gawainya.
Apple rutin merilis daftar pabrik pelebur dan penyuling, berjudul Smelter and Refiner List, namun daftar ini hanya mencakup conflict minerals (timah, tantalum, tungsten, dan emas) serta kobalt dan litium.
Berdasarkan versi terbaru Smelter and Refiner List, kobalt yang digunakan di produk-produk Apple bebas konflik karena ditambang dan diproses di 23 pabrik pelebur dan penyuling di Tiongkok, Finlandia, dan Belgia. Pun demikian dengan litium, yang semuanya didapat dari 15 pabrik pelebur dan penyuling Tiongkok.
Tantalum Apple dapatkan dari 38 pabrik pelebur dan penyuling di Brasil, Tiongkok, Estonia, Jerman, India, Jepang, Kazakhstan, Meksiko, Makedonia Utara, Russia, Thailand, dan Amerika Serikat.
Tungsten, sementara itu, didapat dari 43 pabrik pelebur dan penyuling di Austria, Brasil, Tiongkok, Jerman, Jepang, Filipina, Rusia, Korea Selatan, Taiwan, Amerika Serikat, dan Vietnam.
Untuk timah, daftarnya cukup panjang: Belgia, Bolivia, Brasil, Tiongkok, Indonesia, Jepang, Malaysia, Peru, Filipina, Polandia, Rwanda, Spanyol, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam. Totalnya ada 62 pabrik pelebur dan penyuling, dan 21 di antaranya adalah perusahaan Indonesia.
Daftar terpanjang, walau demikian, adalah daftar pabrik pelebur dan penyuling emas. Negara-negaranya adalah Andora, Australia, Austria, Belgia, Brasil, Kanada, Chile, Tiongkok, Ceko, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Kazakhstan, Meksiko, Belanda, Filipina, Polandia, Rusia, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, dan Uzbekistan. Totalnya ada 110 pabrik pelebur dan penyuling dan satu di antaranya adalah perusahaan Indonesia.
Secara keseluruhan, hanya sampai situ keterlibatan Indonesia dalam pembuatan gawai mancanegara ini: penyuplai bahan mentah timah dan emas via 22 (dari total 291) pabrik pelebur dan penyuling serta pemasok komponen via 2 (dari total 402) pabrik Jepang dan Jerman yang berlokasi di Jawa Barat dan Kepulauan Riau.
Editor: Nuran Wibisono