Menuju konten utama

Investasi Kilang Tuban Tersendat Imbas Perang Rusia-Ukraina

Proyek Kilang New Grass Root Refinery and Petrochemical (NGRR) Tuban kini tengah menghadapi kesulitan investasi imbas perang Rusia dan Ukraina.

Investasi Kilang Tuban Tersendat Imbas Perang Rusia-Ukraina
Wamen BUMN II Kartika Wirjoatmodjo memberikan paparannya pada Mandiri Investment Forum 2022 di Jakarta, Rabu (9/2/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.

tirto.id - Proyek Kilang New Grassroot Refinery and Petrochemical (NGRR) Tuban saat ini tengah menghadapi masalah. Hal itu akibat kilang kerja sama Pertamina dengan investor Rosneft atau Rusia terdampak perang Rusia-Ukraina.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengaku bahwa ada masalah dari sisi Rosneft akibat perang Rusia-Ukraina. Pria yang karib disapa Tiko itu tengah mencari solusi masalah tersebut.

"Lagi kita cari alternatif solusinya," kata Tiko di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/10/2023).

Tiko tidak menjawab soal kemungkinan mencari mitra selain Rusia. Ia mengaku perlu ada perbincangan lebih lanjut.

"Kita bicarakan dulu ya," kata Tiko.

Sementara itu, Menteri Investasi Bahlil Lahadahlia mengatensi soal masalah kilang Tuban. Ia mengatakan bahwa mereka sudah melakukan evaluasi proyek. Proyek akan tetap berjalan jika masih memungkinkan.

"Kalau memang memungkinkan untuk dilanjutkan, lanjutkan. Kalau tidak, harus ada solusinya," kata Bahlil di lokasi sama.

Ia pun tidak menjawab kemungkinan untuk mengganti partner. Akan tetapi, ia memastikan belum ada keputusan tentang nasib proyek Tuban.

"Nanti kita lihat," kata Bahlil.

Sebelumnya, media sosial sempat diramaikan oleh video viral yang berisi antrean truk pengantar mobil di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Mobil-mobil itu baru saja dibeli warga setelah mereka memperoleh uang pembebasan lahan dari kilang milik PT Pertamina-Rosneft.

Jumlah yang diterima warga terbilang fantastis. Per meter persegi dihargai Rp600 ribu-Rp800 ribu atau melampaui nilai pasar.

Pertamina menggarap proyek ini dengan menggandeng investor asal Rusia, Rosneft. Pada Oktober 2016, mereka membentuk perusahaan patungan bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia dengan komposisi saham 55 persen Pertamina dan 45 persen Rosneft.

Menurut Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), proyek ini merupakan penugasan pemerintah kepada Pertamina dan masuk sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi Rp211,9 triliun. Targetnya pembangunan selesai tahun 2024.

Pemerintah memproyeksikan proyek ini dapat membantu meningkatkan kapasitas produksi BBM dalam negeri atau disebut New Grass Root Refinery (NGRR). Pemerintah juga memermak kilang yang sudah ada atau Refinery Development Master Plan (RDMP) untuk tujuan serupa.

Kilang Tuban bakal diintegrasikan dengan kilang petrokimia milik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama. Total kapasitas kilang ini mencapai 15 juta ton per tahun (MMTA) dengan 3,6 MMTA digunakan untuk petrokimia dan sisanya memproduksi BBM hingga 300 ribu barel minyak per hari.

Baca juga artikel terkait KILANG TUBAN atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Anggun P Situmorang