tirto.id - Ganesh, 24 tahun, merasa kewalahan ketika dirinya mesti bertemu banyak orang baru dengan karakteristik yang berbeda-beda. Kepada Tirto, ia mengatakan pertemuan tersebut membuatnya harus berhati-hati dalam menjaga sikap. Jika Ganesh berada di situasi seperti itu, dirinya mudah merasa lelah dan memilih untuk lebih banyak diam.
“Cuma enggak tahu belakangan polanya lebih acak. Misalnya, aku sedang mengerjakan tugas di kafe dan ada orang-orang ramai berkerumun. Aku bisa tiba-tiba merasa takut dan ingin pulang,” katanya.
Kamar menjadi tempat yang nyaman bagi Ganesh untuk menenangkan diri. Tapi, ia terkadang menghubungi kawan terdekat apabila rasa takut yang menyerangnya tidak kunjung reda. “Belakangan karena perasaan takutnya semakin parah dan aku enggak bisa mengontrol pikiran buruk yang tiba-tiba datang, aku biasanya memaksakan diri untuk menghubungi teman,” ujarnya.
Pengalaman ini tidak hanya sekali dirasakan Ganesh. Sebelumnya ia pun merasakan kelelahan jika harus bertemu dengan orang banyak. Hal ini ia alami saat dirinya masih kuliah di Yogyakarta. “Di Jogja pernah ngalamin sih. Tapi enggak sering. Kalau lagi pengin sendiri begitu biasanya aku motoran sendirian keliling Jogja, nyari sarapan di pantai sendirian, atau ke gereja di Bantul sendirian gara-gara memang lagi pengin sendiri,” katanya.
Cara tersebut berhasil menghilangkan keletihan yang dialami Ganesh akibat berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, rasa sedih dan inferior yang ia rasakan pun berkurang setelah meluangkan waktu melakukan hal yang disukai untuk beberapa saat.
Hal serupa dirasakan pula oleh penulis Shawna Courter. Seperti yang dilaporkan situs Introvert, Dear, ia mengalami kelelahan berkenalan dengan orang baru saat hadir ke acara reuni keluarga sang suami. Courter mengatakan bahwa dirinya berjumpa dengan ratusan manusia pada kesempatan itu dan ia berusaha untuk tetap tersenyum.
Masih menurut situs Introvert, Dear, Courter memutuskan pergi ke tempat yang sepi setelah beberapa jam bersosialisasi. Di dalam rumah tempat acara diselenggarakan, ia menemukan ruangan remang-remang, lalu duduk sambil memeluk lutut. Saat-saat hening tersebut digunakan Courter untuk menghirup dan menghela napas panjang agar perasaan tegang lenyap.
Semasa kecil, penulis lepas Lisa Bowman juga suka sembunyi di kamar jika rumahnya diramaikan oleh acara kumpul keluarga. Seperti yang dilaporkan Metro, Bowman pun dimarahi ibunya dan dianggap anti-sosial gara-gara memilih sembunyi di kamar.
Ketika dewasa dan mulai sering diundang pesta, Bowman sering menyelinap ke tempat sepi seperti toilet untuk menghela napas. Ia pun tidak pernah membuat rencana melakukan aktivitas selama dua hari berturut-turut, karena menghabiskan banyak waktu bersama orang lain membuatnya kewalahan. Perilaku ini sempat membuat Bowman menilai dirinya sedikit aneh.
Kewalahan baik fisik maupun mental akibat banyaknya stimulasi sosial disebut sebagai introvert hangover. Introvert hangover, sesuai namanya, dialami oleh orang dengan kepribadian introvert. Menurut psikolog klinis Micahel Alcee, Ph.D, introvert secara umum dapat didefinisikan sebagai kepribadian yang membutuhkan keseimbangan antara jumlah interaksi sosial serta pasokan dan koneksi rutin ke energi dalam diri (inner energy). Apabila seorang introvert tak bisa mewujudkan keseimbangan tersebut, lanjut Alcee, ia akan merasa lelah dan tak berdaya. Kondisi tersebut sedikit banyak menjelaskan perasaan yang dialami oleh mereka yang mengalami introvert hangover.
Ada banyak tanda yang dapat menunjukkan apakah seseorang mengalami introvert hangover atau tidak. Menurut Introvert, Dear, introvert hangover bisa membuat orang menjadi gugup hanya karena hal-hal kecil. Selain itu, otak juga tak bisa diajak untuk berpikir jernih, badan mengalami kelelahan yang luar biasa dan sakit-sakitan. Introvert hangover juga bisa membikin seseorang merasa terjebak, khawatir, serta berpikiran negatif. Terakhir, keinginan untuk menyendiri di tempat yang sepi dan tenang pun muncul kala seseorang mengalami introvert hangover.
Kristie Pursey,penulis buku Not Mediating: Finding Peace, Love, and Happiness Without Sitting Still (2017), mengatakan bahwa introvert hangover dapat mengakibatkan seseorang merasa kelelahan, lekas marah, bersedih, kewalahan, dan bersalah. Kondisi ini turut memunculkan kekhawatiran berlebihan dan perasaan rendah diri. Di tingkat lebih lanjut, introvert hangover dapat menyebabkan depresi.
Dopamin adalah Kunci
Menurut Jenn Granneman, penulis buku The Secret Lives of Introverts, semua orang dengan kepribadian introvert dan ekstrovert pada dasarnya merasa bahwa sosialisasi membuat tenaga mereka terkuras. Keharusan untuk berbicara, mendengarkan, memproses apa yang telah dikatakan, dan lain-lain membutuhkan energi yang banyak.
Namun, Granneman mengatakan ada beberapa hal yang membedakan orang dengan kepribadian ekstrovert dan introvert. Ia menjelaskan bahwa dua kepribadian tersebut memberikan tanggapan yang berbeda ketika merespons imbalan (reward). Imbalan tersebut, menurut Granneman, dapat berbentuk promosi pekerjaan, nomor kontak orang baru yang menarik, makanan enak, dan lain-lain.
Granneman lantas memaparkan penjelasan para ahli yang diajaknya bicara saat menulis buku The Secret Lives of Introverts. Menurutnya, orang dengan kepribadian ekstrovert memiliki dopamin perespons reward system yang lebih aktif. Hormon dopamin, dalam hal ini, merupakan zat kimia pembawa pesan antar-sel saraf yang membantu mengontrol pusat kesenangan dan hadiah di otak.
Keberadaan dopamin yang lebih aktif merespons imbalan inilah yang membuat orang ekstrovert merasa lebih semangat mengejar peluang. Oleh sebab itu, mereka merasa terdorong untuk memulai pembicaraan dengan orang asing atau berlama-lama bersosialisasi di sebuah tempat yang ramai.
Sama halnya dengan orang ekstrovert, orang dengan kepribadian introvert pun turut memperhatikan hal-hal seperti prestasi di kantor dan hubungan sosial dengan orang lain. Namun, Granneman mengatakan bahwa mereka tidak tertarik mengejar sesuatu yang biasanya menarik hati para ekstrovert.
Selain itu, orang introvert menganggap level rangsangan pada hal tertentu, seperti keramaian, bisa menyebabkan kelelahan. Hal ini terjadi karena mereka memiliki sistem dopamin yang kurang aktif dibandingkan ekstrovert. Oleh karenanya, para introvert lebih suka bersenang-senang di tempat ramai dalam waktu singkat sebab merasa energinya terkuras jika terlalu banyak distimulasi.
Lantas apa yang harus dilakukan jika introvert hangover terjadi? Menghabiskan waktu sendirian atau bersama orang terdekat bisa menjadi jawabannya. Menurut Elite Daily, aktivitas seperti meditasi, membaca buku, bertemu dengan kawan terdekat, berolahraga, dan memajukan jam tidur lebih awal bisa membantu mengatasi introvert hangover.
Dr. Arnie Kozak dalam The Awakened Introvert (2015) mengatakan ada tiga tipe aktivitas yang bisa dilakukan untuk mengembalikan energi dan semangat. Ketiga kegiatan ini dibedakan berdasarkan banyaknya perhatian yang dibutuhkan. Pertama, seseorang dapat mencoba aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal-directed activity). Kozak mengatakan bahwa kegiatan seperti membaca sebuah buku adalah contoh dari aktivitas yang berorientasi pada tujuan.
Kedua, kegiatan yang tak memiliki tujuan pun dapat dilakukan untuk menghilangkan introvert hangover. Contoh aktivitas ini adalah tidur, bermalas-malasan, dan berselancar (browsing) di internet. Kegiatan ini menurut Kozak dapat membuat tubuh menjadi rileks dan tenang. Ketiga, seseorang bisa melakukan aktivitas komtemplatif seperti yoga, meditasi, atau menulis jurnal pribadi.
Editor: Windu Jusuf