Menuju konten utama
Hari Perempuan Sedunia

International Women's Day & Kisah Para Perempuan Pendobrak Norma

Tema International Women's Day 2021: ‘Women in leadership: Achieving an equal future in a COVID-19 world'.

International Women's Day & Kisah Para Perempuan Pendobrak Norma
Aktivis perempuan melakukan aksi di depan Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/3/2019). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.

tirto.id - International Women's Day atau Hari Perempuan Sedunia diperingati hari ini Senin, 8 Maret 2021.

Tahun ini, tema International Women's Day adalah ‘Women in leadership: Achieving an equal future in a COVID-19 world' atau“Perempuan dalam Kepemimpinan: Mencapai Masa Depan yang Setara di Dunia COVID-19”.

Video Google Doodle hari ini memberi penghormatan kepada para pahlawan perempuan, dengan ilustrasi tangan terkepal yang melambangkan perjuangan wanita di bagian covernya.

Berikut ucapan International Women's Day atau Hari Perempuan Sedunia dari Google: Today’s Doodle celebrates the women around the world who overcame the obstacles of their time to create a lasting legacy. These firsts stand on the shoulders of countless others—women who laid the foundation, in the past, for today’s doors to be finally opened and glass ceilings broken.

Untuk menghormati para pelopor di masa lalu, sekarang, dan masa depan — Selamat Hari Perempuan Internasional! Demikian tulis Google.

Sejarah Hari Perempuan Sedunia bermula dari aksi unjuk rasa pada 8 Maret 1909 dan dirintis oleh kaum sosialis di Amerika Serikat.

Sebagaimana ditulis Temma Kaplan dalam “On the Socialist Origins of International Women's Day”, riwayat perayaan Hari Perempuan Sedunia berawal pada 8 Maret 1857 adalah bermula dari protes wanita buruh yang bekerja di pabrik tekstil di New York. Tindakan semena-mena dan upah rendah menjadi alasan aksi tersebut.

Para Perempuan yang Mendobrak Norma

Well-behaved women seldom make history.

Anda mungkin pernah membaca kalimat itu sebagai ucapan pesohor terkenal 1950-an Marilyn Monroe. Tapi bukan. Kalimat itu adalah milik Laurel Thatcher Ulrich yang ia pakai dalam paper ilmiahnya (1976) dan menjadi judul bukunya pada 2007.

Dalam buku ini, Ulrich berkisah tentang sederet kaum perempuan berani, berdaya, dan bertindak dalam cara yang tak biasa.

Ada Christine de Pizan perempuan Perancis abad ke-15 yang menulis biografi banyak perempuan dalam The City of Ladies, Cady Stanton yang memperjuangkan hak politik perempuan di abad ke-19, serta Virginia Woolf, novelis yang hidup di abad ke-20.

Di luar perempuan-perempuan yang ditulis Ulrich, ada pula kisah Amantine Lucile Aurore Dupin, atau lebih dikenal dengan nama pena George Sand, novelis Perancis yang juga seorang sosialis.

Sand mengejutkan masyarakat di zamannya dengan mengenakan pakaian laki-laki di depan umum. Sebagai seorang sosialis, dia juga berani memulai surat kabar sendiri yang diterbitkan di koperasi pekerja.

Selain Sand, kita juga mengenal Amelia Earhart, perempuan pertama yang pernah terbang melintasi Atlantik pada 1932, setelah penerbangan solonya dari Hawaii ke California. Sebelumnya, Earhart kerja serabutan, menjadi fotografer lepas sampai melakukan "pekerjaan laki-laki" lainnya: mengemudi truk.

Ia akhirnya bisa mengumpulkan uang sebanyak 1.000 dolar yang dipakainya untuk ikut kursus penerbangan di Kinner Field.

"Saya menyadari bahaya dari apa yang saya lakukan. Saya ingin melakukannya karena saya ingin melakukannya. Perempuan harus mencoba melakukan hal-hal seperti yang telah dicoba laki-laki. Ketika mereka gagal, kegagalan mereka harus menjadi tantangan dan batu loncatan untuk orang lain," kata Amelia Earhart.

Karakter tidak biasa seperti dicontohkan beberapa nama di atas sebenarnya bisa dimiliki setiap perempuan.

Namun, potensi itu kerap tenggelam karena umumnya perempuan harus menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat di sekitarnya: berada di sektor domestik, tidak menonjolkan diri, dan jadi "perempuan baik-baik".

Pendeknya, perempuan kerap dibonsai sesuai definisi "perempuan baik-baik" menurut masyarakat, sebab mereka bisa didiskreditkan jika berlaku sebaliknya.

Anda ingat perdana menteri fenomenal dari Inggris Raya, Margaret Thatcher?

Anda boleh tidak menyukainya untuk alasan politik atau ideologis atau kemanusiaan, tapi apa yang pernah dikatakannya relevan dalam perkara ini: "Jika Anda memulai sesuatu demi disukai [orang], Anda akan berkompromi dalam segala hal setiap saat, dan tidak akan mencapai apa pun."

Baca juga artikel terkait INTERNATIONAL WOMENS DAY atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Politik
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH