Menuju konten utama
Horizon

Innerheart Studio, Mengekspresikan Emosi Melalui Media Seni

Kelas seni yang digagas sejumlah mahasiswa ISI Surakarta bisa menjadi media untuk terapi seni, membantu generasi muda merawat kesehatan mental.  

Innerheart Studio, Mengekspresikan Emosi Melalui Media Seni
Kegiatan Workshop Innerheart Studio bersama BEM FISIP UNS. foto/bemfisipuns

tirto.id - Semua berawal dari Program Mahasiswa Wirausaha dari ISI Surakarta. Adinda Cantika Lestari bersama ketiga temannya, yakni Oki Oktaviani, Kenya Ayu, dan Aizza Nur, memutuskan untuk menginisiasi sebuah kelas seni bernama Innerheart Studio.

Menurutnya, pada awal berdiri Innerheart Studio masih sepi peminat, namun berkat konsistensi Adinda dan teman-temannya, Innerheart Studio menjadi wajah baru dalam dunia kelas seni di Solo.

“Sudah ada modal dan sayang [jika tidak diteruskan]. Pengen banget konsisten untuk Innerheart ada, berkembang terus. Setidaknya membuat jadwal untuk Jumat dan Sabtu. Perlahan-lahan aku rutin, rajin tiap minggu,” ujar Adinda kepada Tirto, Rabu (5/2/25).

Adinda juga mengapresiasi teman-teman lainnya yang sudah membantunya dalam membangun Innerheart Studio hingga dapat bertahan dan terus berkembang sampai saat ini.

“Mungkin karena ada internet kami jadi berkembang. Untuk teman-teman influencer di Instagram dan Tiktok aku berterimakasih sama mereka yang bisa membangun Innerheart. Awalnya nggak ada yang beli tapi teman-teman semua share pada suka,” katanya.

Sama seperti kelas seni pada umumnya, kegiatan Innerheart Studio tidak jauh dari workshop dan private art class untuk anak sekolah dasar. Yang berbeda, pada tahun 2023 lalu Innerheart Studio meluncurkan produk bernama Inn-SketchBox yang merupakan gabungan dari konsep live sketch dan photobox yang dapat ditemui di Gatsu Night Market (Solo is Solo) setiap Jumat dan Sabtu.

Awalnya, Adinda memiliki ide untuk membuat artwork stiker dan menggunakan sistem loket. Namun karena artwork stiker sudah dirasa cukup mainstream, ia kembali memutar otak dan mengadopsi konsep live sketch. Di saat yang sama, Adinda melihat menjamurnya tren photobox, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menggabungkan ide-ide tersebut dan terciptalah Inn-SketchBox.

“Akhirnya aku buat Inn-SketchBox. Sekarang makin menjamur live sketch. Tapi aku buat perbedaan dengan [cara] live sketch langsung bersama pelanggan, jadi mereka bisa melihat prosesku [menggambar]. Mereka ada experience dari melihat aku menggambar,” papar Adinda.

“Karena aku mau memanfaatkan skill itu juga biar bisa selaras,” lanjutnya.

Adinda menyebut, eksistensi Innerheart Studio diharapkan dapat menjadi sarana untuk belajar sambil bersenang-senang, serta menambah teman melalui kegiatan-kegiatan yang ada.

“Yang aku pengin adalah kita sama-sama belajar antartutor dan peserta. Sama-sama have fun, terus kami lebih berteman. Kami nggak mungkin rasanya sekali saja [bertemu]. Aku berharap kami bisa bertemu berkali-kali, nggak ada canggung, friendly,” harap Adinda.

Selain itu, yang cukup menarik, Innerheart Studio juga memosisikan diri sebagai tempat rehat atau healing dan bersinggungan dengan kesehatan mental. Adinda tak menampik hal ini, bahkan ia mengungkap ingin menggandeng psikolog profesional.

Workshop Innerheart Studio

Kegiatan Workshop Innerheart Studio bersama BEM FISIP UNS. foto/cr. bemfisipuns

“Masih tahap perencanaan langkah kecil. Masih mencari-cari orang profesional lain,” ungkapnya.

Saat ditanya mengenai alasan di balik nilai yang Innerheart Studio tawarkan, ia mengatakan hal tersebut berangkat dari melihat dirinya serta orang-orang di sekitarnya yang terkadang lelah dengan rutinitas sehari-hari dan memerlukan waktu sejenak untuk beristirahat.

“Innerheart tempat mereka bisa bersenang-senang sedikit. Mereka mungkin bisa bahagia dengan memberi hadiah ke teman-teman mereka. Atau dengan adanya art class, mereka juga setidaknya bisa ada waktu untuk beristirahat,” terang mahasiswa yang sekarang memasuki semester akhir tersebut.

Sejauh ini, Innerheart Studio mendapat banyak respon positif dari para pengunjung, bahkan sudah sampai di titik di mana Innerheart Studio, khususnya Inn-Sketch Box, menjadi salah satu tempat tujuan orang luar Solo ketika berkunjung. Selain itu, banyak juga yang menantikan kegiatan-kegiatan Innerheart Studio selanjutnya.

“Untuk art class dan workshop alhamdulillah mereka menunggu-nunggu ada suatu kegiatan, walaupun kegiatan ini sangat perlahan dan kadang bentrokan karena kita masih kuliah. Untung saja semua respons positif. Teman-teman yang pernah datang ke Inn-Sketch Box mereka juga ingat kita,” pungkas Adinda.

Seni dan Psikologi Manusia

Yustinus Joko Dwi Nugroho, psikolog klinis Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru, Surakarta, menjelaskan hubungan antara seni dan psikologis manusia dalam art therapy--yang merupakan metode intervensi untuk mengubah kondisi emosi maupun psikologis seseorang dari yang kurang baik menjadi lebih baik melalui kegiatan seni.

Menurut Joko,metode ini telah ada sejak lama bahkan sejak zaman Yunani Kuno. Saat itu, kata dia, seni digunakan sebagai penyeimbang spiritual dan berfokus pada pengungkapan ekspresi. Namun, seiring waktu, art therapy berkembang di Eropa dan Amerika dan menjadi lebih formal.

Terapi seni kemudian menjadi sarana untuk membantu pasien untuk mengekspresikan perasaan yang sulit diekspresikan dengan kata-kata. Tak sampai di situ, dalam terapi seni, hasil seni yang bersangkutan kemudian dianalisis untuk mengetahui apa yang dirasakan orang tersebut.

Di Indonesia, kata Joko, telah banyak komunitas yang menggunakan terapi seni sebagai proses intervensi dan melakukan pendampingan untuk orang-orang yang memerlukan. Ragam seni yang biasa digunakan dalam art therapy adalah melukis, sculpture atau patung, musik, tari, kolase, dan sebagainya.

“Di sana mereka dilatih, misalnya untuk membuat kreasi seni dari tanah liat, membuat sesuatu kemudian diberi warna. Warna ini juga menunjukkan psikis seseorang. Seni dan psikologis orang kaitannya dengan ekspresi emosional. Melalui seni, seseorang bisa mengungkapkan emosinya, membantu memahami dan menerima perasaan mereka,” terang Joko saat dihubungi Tirto, Kamis (6/2/25).

“Itu ekspresi. Jangan disanggah. Mereka punya imajinasi, harus dianalisa,” imbuhnya.

Workshop Innerheart Studio

Inn-Sketch Box, produk Innerheart Studio yang dapat ditemukan di Gatsu Night Market. Foto/innerheart_studio

Tak hanya sebagai sarana ekspresi emosi, teraoi seni juga berdampak dalam mengurangi tingkat stres dan kecemasan seseorang. Hal ini dinamakan sebagai katarsis, saat seseorang berhasil mengeluarkan energi negatif melalui media yang ia buat sendiri.

“Salah satu mahasiswa UIN [Surakarta] pernah membuat skripsi tentang media tanah liat. Ketika saya ikut melihat, mereka membuat macam-macam bentuk sesuai yang mereka inginkan. Ada yang menarik karena ada yang membuat makam. Setelah jadi, mereka ngobrol dengan saya. Ternyata ada yang sesenggukan nangis bikin makam. Ternyata ada perasaan dan ini caranya mengekspresikan kesedihan ditinggal orang tua yang telah meninggal, ia masih belum bisa menerima. Kondisi psikologi ketika nangis mengeluarkan emosi itu dinamakan katarsis,” papar Joko.

Setelah seseorang mengalami katarsis, emosi yang dikeluarkan dapat membuatnya menjadi lebih nyaman dan lega. Joko menyebut tahap ini sebagai kesejahteraan psikologi.

“Itu membuat akhirnya secara psikologis kesejahteraan meningkat. Mood meningkat. Jika kesejahteraan [psikologis] meningkat, bisa membantu penyembuhan dia terutama traumanya,” ujar dosen Fakultas Psikologi Universitas Setia Budi Surakarta tersebut.

Terapi Seni bagi Anak

Sebelumnya, Innerheart Studio menyebut bahwa mereka memiliki kegiatan kelas seni bagi anak-anak sekolah dasar. Menurut kacamata psikologis, anak-anak yang masih polos tersebut sangat terbantu dengan terapi seni karena biasanya anak-anak masih sulit untuk mengutarakan keinginannya.

“Anak-anak, mereka punya imajinasi. Anak-anak baru belajar mengekspresikan imajinasi. Untuk anak-anak jangan disanggah. Lebih baik kita tanya kenapa. Mereka akan cerita karena imajinasi mereka adalah apa yang mereka lihat. Dari situ kita menjadi paham. Jadi gambar bisa sangat membantu anak,” kata Joko.

Menurut Joko, seni, khususnya menggambar untuk anak dapat digunakan untuk melihat arah perkembangan anak, dan di satu sisi, anak-anak akan merasa senang.

“Kan, ada unsur tes grafis. Menggambar di situ melihat mengekspresi coretan, melihat arahnya (perkembangan). Anak-anak itu bisa untuk kita asesmen, dan untuk mereka itu menyenangkan,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait TERAPI atau tulisan lainnya dari Adisti Daniella Maheswari

tirto.id - News
Kontributor: Adisti Daniella Maheswari
Penulis: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Irfan Teguh Pribadi