tirto.id - Pada 29 Maret lalu, di Lincoln Center, New York, Amerika Serikat, Samsung akhirnya meluncurkan produk anyar mereka, Samsung Galaxy S8. Lebih dari sebulan kemudian, tepatnya pada tanggal 2 Mei 2017, Samsung pada akhirnya meluncurkan juga ponsel pintar premiumnya tersebut di Indonesia.
Samsung Galaxy S8, merupakan pembuktian raksasa asal Korea Selatan itu selepas didera tragedi meledaknya ponsel pintar Galaxy Note 7. Tragedi tersebut membuat Samsung harus melakukan serangkaian penarikan produk dan membatalkan pemasarannya di beberapa negara, termasuk Indonesia. Kasus tersebut sempat membuat citra Samsung buruk, harga sahamnya turun.
Sebagaimana dikutip dari Quartz, selepas aksi recall yang dilakukan Samsung pada Note 7, nilai perusahaan itu di pasar modal, ambles hingga $26 miliar. Senada dengan hal tersebut, data yang dilansir Statista juga menunjukkan bahwa Samsung memang berada di situasi yang cukup sulit di tahun di mana Note 7 meledak. Statista mencatat, pada tahun 2016, 21,2 persen pengapalan ponsel pintar di seluruh dunia, merupakan produk Samsung. Angka tersebut menurun jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai angka 22,3 persen. Penurunan tersebut pada akhirnya menggerogoti pendapatan perusahaan raksasa Korea Selatan tersebut. Sebagaimana diwartakan Business Insider, pendapatan Samsung dari bisnis perangkat mobile pada tahun 2016, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, Samsung hanya memperoleh pendapatan $80,9 miliar. Menurun jika dibandingkan pendapatan mereka di tahun 2015 yang mencapai $85,4 miliar.
Dengan segala data-data penurunan tersebut, tak salah jika Samsung Galaxy S8, merupakan asa bagi Samsung untuk membalikkan keadaan. Terutama, terlebih dahulu, mengembalikan kepercayaan konsumen teknologi dunia atas keamanan produk mereka dan menjamin bahwa Galaxy S8, tak akan bernasib naas sebagaimana yang dialami Note 7.
"Kita belajar banyak sekali dari pengalaman Note 7. Nah tentunya, keamanan, safety daripada produk sama konsumen kita itu (kini) menjadi prioritas kita," kata So Djin Gie, Vice President IT and Mobile Business Samsung Electronics Indonesia.
"Salah satu yang sudah kita lakukan adalah meningkatkan proses pengecekan daripada baterai itu yang kita namakan (teknologi) 8-point battery check," lanjutnya.
Dalam rilisan yang diterima, teknologi 8-Point Safety Check merupakan serangkaian lapisan pengamanan yang dilakukan Samsung, agar ponsel pintar premium terbarunya tersebut, tidak meledak sebagaimana yang dialami Note 7. Beberapa waktu lalu, Samsung memang mengakui bahwa penyebab Note 7 meledak, dikarenakan terjadi kesalahan di baterai yang mereka tanamkan di produk tersebut.
Selain sisi keamanan, jawaban lain yang dihadirkan Samsung untuk mengembalikan asa mereka melalui S8 adalah melalui perubahan desain layar ponsel pintar tersebut yang terbilang radikal. Samsung menyebut desain baru yang diterapkan pada S8 sebagai Infinity Display. The Guardian bahkan mengungkapkan, “Galaxy S8 bisa dikatakan merupakan peningkatan terbaik dalam desain ponsel pintar selama bertahun-tahun dan merupakan langkah maju menuju cawan suci dari semua layar ponsel.” S8 disebut memiliki “kecantikan sederhana”.
Senada dengan review yang diungkapkan The Guardian, Jaehoon Kwon, Presiden Samsung Electronics Indonesia mengatakan, “Galaxy terbaru ini (adalah) terobosan terbaru Samsung.” Dengan bahasa sederhana, desain layar S8 memang merupakan terobosan yang cukup menghentak jagat teknologi dunia.
Samsung menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk melahirkan produk-produk terbarunya. Data dari Statista mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut pada tahun 2015, mengeluarkan uang senilai $12,62 miliar untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Angka tersebut, melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan uang yang mereka gelontorkan untuk penelitian dan pengembangan pada tahun 2009 yang hanya mencapai angka $6,28 miliar. Uang yang besar untuk penelitian dan pengembangan, mengindikasikan perusahaan tersebut ingin melahirkan inovasi yang signifikan bagi dunia teknologi. Infinity Display, merupakan buah dari apa yang mereka gelontorkan tersebut.
Infinity Display, yang memiliki rasio 18,5:9, memberikan ruang layar yang lebih besar tanpa perlu memperbesar ukuran ponsel pintar tersebut secara keseluruhan. Selain itu, desain yang melengkung di masing-masing pinggirannya, membuat ponsel pintar tersebut seolah-olah tidak memiliki bezel.
Hadirnya Infinity Display dari Samsung, langsung direspons oleh perusahaan-perusahaan teknologi lain. Google misalnya, sebagaimana diwartakan Fortune, mereka mempertimbangkan akan menggelontorkan investasi senilai $875 juta bagi LG, terutama pada lini bisnis layar. Aksi korporasi yang hendak dilakukan Google tersebut, merupakan langkah mereka untuk meniru apa yang dilakukan Samsung pada S8 melalui Infinit Display. Diketahui, LG merupakan salah satu perusahaan yang mempu memproduksi layar berteknologi OLED atau Organic Light-Emitting Diode. Teknologi OLED, merupakan teknologi yang serupa dengan apa yang ada di di dalam tubuh S8 melalui Infinity Display. OLED memungkinkan sebuah layar, tampil fleksibel.
Selain Google yang ingin menghadirkan teknologi serupa Infinity Display pada lini ponsel pintar Pixel mereka melalui LG, Apple juga diketahui kepincut dengan teknologi OLED yang menjadi kekuatan di balik Infinity Display dari Samsung. Diwartakan 9to5mac, Apple telah menjalin kesepakatan berupa kontrak selama dua tahun dengan Samsung untuk menyuplai layar lengkung OLED pada perusahaan bikinan mendiang Steve Jobs tersebut. Sebenarnya, teknologi OLED telah Apple terapkan pada lini AppleWatch dan MacBook Pro mereka. Namun, Apple nampaknya ingin menghadirkan desain yang cukup radikal bagi lini iPhone mereka dibandingkan versi-versi terdahulu. Dari banyak rumor yang beredar, iPhone nampaknya akan menghadirkan apa yang Samsung hadirkan melalui Samsung Galaxy S8. Apple ingin mempersenjatai iPhone mereka dengan layar lengkung dan tampilan nyaris tanpa bazel sebagaimana S8.
Disinggung mengenai kabar bahwa perusahaan-perusahaan teknologi lain yang ingin mengekor infinity display S8, Gie mengungkapkan, “fokus kita adalah konsumen kebutuhannya mereka apa, kita akan melakukan riset mengeluarkan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pemain-pemain lain mungkin melakukan hal yang sama (meniru infinity display). Mungkin sedikit berbeda. Intinya adalah kita akan mencoba memahami kebutuhan konsumen kita sedalam mungkin, mendapatkan insight sedalam mungkin, berdasarkan pemahaman kita dan inovasi yang bisa menjawab kebutuhan konsumen.”
Secara lebih luas, sebenarnya tak ada yang spesial jika kali ini inovasi Samsung ditiru oleh perusahaan-perusahaan teknologi lain. Pada April 2011, Apple menggugat Samsung karena menilai perusahaan tersebut meniru apa yang dilakukan Apple pada iPhone. Gugatan Apple tersebut menyangkut desain iPhone yang dinilai ditiru Samsung.
Inovasi, dalam dunia teknologi, memang tidak mutlak berada di satu pihak. Saat Apple meluncurkan iPhone di tahun 2007, banyak perusahaan teknologi yang meluncurkan ponsel pintar yang hampir serupa. Kali ini, angin berubah arah. Samsung mengubah desain ponsel pintar secara radikal. Perusahaan-perusahaan teknologi lain tampaknya akan mengikuti arah angin yang berubah tersebut.
Bersiap-siaplah menyambut ponsel pintar yang hadir dengan layar lebih lebar, tanpa membuat ukuran ponsel pintar secara keseluruhan, ikut melebar juga.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti