tirto.id - Indonesia menyatakan kesiapannya untuk memenuhi kebutuhan biodiesel Cina yang diperkirakan mencapai sembilan juta ton per tahun.
"Kami berharap bisa mendapatkan kesempatan memasok biodiesel ke sini," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di Beijing, Kamis (15/6/2017) malam.
Sampai saat ini biodiesel dari Indonesia belum bisa memasuki Cina, demikian pernyataan Luhut tanpa menyebutkan alasannya.
Berdasarkan data di Kemenko Kemaritiman, Indonesia memiliki persediaan sekitar 10 juta ton biodiesel yang belum terpakai.
Cina sendiri sampai saat ini baru menggunakan biodiesel tidak lebih dari satu juta ton yang diperkirakan impor dari Malaysia. Demikian pula dengan kelapa sawit dari Indonesia yang masuk ke Cina masih sangat terbatas.
"Kalau biodiesel bisa masuk ke sini, maka petani kelapa sawit pun kita bisa menikmati hasil panennya. Cina butuh, kami punya," ujar Luhut menambahkan.
Cina telah meratifikasi Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim. Cina bersama Amerika Serikat tercatat menghasilkan 45 persen emisi global sehingga membutuhkan pengurangan emisi karbon 60-65 persen per unit GDP hingga 2030.
Untuk merealisasikan pengurangan emisi karbon, negeri Tirai Bambu itu harus memanfaatkan energi berbasis nonfosil sekitar 20 persen dari keseluruhan konsumsi energi.
Dalam upaya pemanfaatan energi nonfosil itu, Cina memproyeksikan lima persen menggunakan bahan bakar biodiesel.
Terkait hal itu, Indonesia mengajukan beberapa tawaran, di antaranya perusahaan di Indonesia membangun pabrik pengolahan dan mengekspor kelapa sawit ke Cina. Kemudian minyak kelapa sawit tersebut diolah di beberapa pabrik pengolahan minyak kelapa sawit menjadi biodiesel di Cina.
Selain itu, perusahaan Cina melakukan investasi di pabrik pengolahan minyak kelapa sawit di Indonesia dan mengolahnya menjadi biodiesel untuk selanjutnya diekspor ke Cina.
Alternatif lain yang ditawarkan Kemenko Kemaritiman adalah mendirikan proyek bersama sejumlah perusahaan dari berbagai bidang industri untuk meningkatkan penggunaan biodiesel, seperti diberitakan Antara.
Sementara itu dalam kunjungan kerjanya ke Beijing pada 15-17 Juni 2017, Luhut didampingi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong serta sejumlah pengusaha dari Indonesia, termasuk beberapa direktur BUMN.
Mereka bertemu beberapa pejabat setingkat menteri dan para pengusaha di Cina.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri