Menuju konten utama

Indonesia dan Tiongkok Bekerja Sama Lagi di Bidang ESDM

Setelah 7 tahun terhenti, Indonesia dan Tiongkok kembali kerja sama menangani minyak dan gas bumi, batu bara, energi baru terbarukan (EBT), dan ketenagalistrikan.

Indonesia dan Tiongkok Bekerja Sama Lagi di Bidang ESDM
Menteri ESDM Ignasius Jonan berjabat tangan dengan Administrator of the National Energy Administration of the People's Republic of China Nur Bekri seusai penandatanganan kerja sama, di Jakarta, Senin (13/11/2017). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meneken perjanjian kerja sama dengan pemerintah Tiongkok. Adapun terjalinnya kerja sama yang sempat terhenti selama 7 tahun itu meliputi sejumlah sektor, seperti minyak dan gas bumi, batu bara, energi baru terbarukan (EBT), dan ketenagalistrikan.

Menurut Menteri ESDM Ignasius Jonan, pemerintah Indonesia akan melakukan berbagai perbaikan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Dengan begitu, Jonan berharap agar perusahaan-perusahaan asal Tiongkok yang bergerak di bidang ESDM bisa lebih aktif berinvestasi di Indonesia.

Saat membuka The 5th Indonesia-China Energy Forum di JW Marriott, Jakarta, Senin (13/11/2017), Jonan sempat menyebutkan sejumlah bisnis Tiongkok di sektor ESDM. Salah satunya mengenai Tiongkok yang dinilai belum terlalu melirik potensi di bidang EBT.

“Kebanyakan negara-negara di Eropa, Amerika, dan Jepang. Oleh karena itu, kami sangat mendorong. Karena kami punya target bauran energi yang bercampur dengan EBT di pembangkit listrik dan kendaraan sebesar 23 persen di 2025 mendatang,” jelas Jonan.

Lebih lanjut, Jonan turut mengklaim kalau Tiongkok adalah tujuan utama dari ekspor batu bara Indonesia. Maka dari itu, Jonan mendorong agar ekspor batu bara ke Tiongkok bisa berlangsung dalam jangka panjang.

“Di bidang pertambangan mineral sendiri, kami melihat aktivitas yang besar dan pengelolaan smelter Cina di Morowali. Kami mendorong investasi di bidang pengelolaan mineral dan logam, namun agar tetap diperhatikan syarat-syarat lingkungan hidupnya,” ucap Jonan.

Tak hanya itu, Jonan juga mengimbau agar kerja sama yang baik dapat terjalin di bidang pengolahan minyak. “Sebuah perusahaan Cina sedang diskusi dengan Pertamina soal pembangunan grass root refinery di Bontang (Kalimantan Timur),” ungkap Jonan.

Masih dalam kesempatan yang sama, Jonan menekankan terjalinnya kerja sama kedua negara tersebut tak lain dipengaruhi oleh inisiatif One Belt One Road yang belakangan ini tengah dicanangkan.

“Sebagai negara yang sudah berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang, kami tetap menerima dan menyambut investasi asing dengan prinsip yang saling menguntungkan,” ujar Jonan lagi.

Indonesia-China Energy Forum sendiri merupakan forum bilateral di sektor ESDM yang pertama kali diselenggarakan pada 2002 lalu. Pada perhelatannya di tahun ini, setidaknya ada 96 perusahaan Tiongkok dan 40 perusahaan dari Indonesia yang ikut serta.

Baca juga artikel terkait ENERGI BIOGAS atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani