tirto.id - Beberapa orangtua mempunyai sikap terlalu overprotective terhadap kebersihan anak. Mereka kerap membiasakan anak untuk menjauhi hal-hal kotor yang dianggap akan menghambat tumbuh kembang buah hati.
Dalam taraf tertentu, perilaku ini otomatis membatasi ruang bermain anak, sehingga ia sebatas beraktivitas di ruang-ruang higienis tertentu saja.
Namun, apakah benar membiasakan anak hidup dengan higienis baik untuk kesehatannya di masa mendatang?
Terkait hal ini dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan alergi imunologi RS Premier Prasna Pramitha, SpPD, K-AI, FINASIM, MARS mengatakan bahwa perilaku orang tua seperti itu tidak baik untuk kesehatan anak.
Sebagaimana ia sampaikan kepada Antara, terlalu higienis membuat anak mudah terserang penyakit, karena tubuh membentuk antibodi yang berguna untuk imunitas tubuh.
"Jadi kita (orang tua) itu harus 'agak jorok'. Kalau membiasakan terlalu steril akhirnya bisa aja (anak) jadi mudah sakit," ujar Prasna Pramitha dalam acara Sequis di Jakarta, Selasa (19/6/2019).
"Contoh misalnya orang yang enggak biasa jajan sembarang, terus dia makan langsung deh sakit. Jadi pokoknya kita hidup agak lebih kotor," lanjutnya.
Menurut dr. Prasna, tubuh butuh membentuk antibodi yang berguna untuk imunitasnya lewat sesuatu yang tak bersih.
Lagipula, jika anak terlalu dilarang untuk melakukan sesuatu karena dianggap kotor, justru akan membuatnya kurang kreatif.
"Ada yang sampai mandi aja pakai Aqua, itu kan udah enggak benar. Mandi ya tetap mandi seperti biasa air yang ada. Jadi dia pun dari tubuh sendiri bisa membentuk antibodi. Akhirnya dengan lingkungannya kalau dia enggak bisa kena kotor begitu kena malah jadi dia sakit," ujarnya menjelaskan.
Ada beberapa penyakit yang paling banyak diderita oleh seseorang yang terlalu higienis seperti typus dan flu.
"Biasanya seperti typus karena kurang jajan. Biasanya juga mungkin flu bisa sering terjadi karena lewat udara," katanya.
Paparan kuman atau mikrobia memang membangun sistem kekebalan tubuh pada anak. Saat terinfeksi virus atau terpapar bakteri, sistem imunitas akan mencari cara mempertahankan diri sehingga nantinya, saat kuman yang sama menyerang, tubuh siap melawan dan tidak sakit. Namun, kondisi tersebut tak bisa dijadikan pembenaran untuk membiarkan anak terkena kuman.
“Bayi akan mendapatkan paparan kuman yang ia butuhkan secara alami,” kata Robert W. Frenck Jr, profesor pediatri dari Cincinnati Children's Hospital Medical Center, dipacak dari laman WebMd.
Kuman-kuman jinak pada orang dewasa bisa menyebabkan masalah serius pada bayi. Orangtua, idealnya, mesti maksimal dalam melindungi anak dari kuman selama tiga bulan pertama kehidupan—jika mungkin, hingga usia enam tahun. Seiring bertambahnya umur, sistem kekebalan tubuh pun akan berkembang menjadi lebih kuat.
Editor: Agung DH