tirto.id - Debat kedua calon presiden (capres) 2019 yang membahas isu pangan, energi, infrastruktur, lingkungan hidup dan sumber daya alam telah digelar.
Namun, isu energi baru terbarukan (EBT) luput bahkan nyaris dilupakan dari pembahasan tema debat mengenai energi.
Direktur eksekutif Institute for Essential Services and Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengaku kecewa dengan minimnya bahasan EBT.
Ia menilai, 2 pertanyaan yang muncul dalam segmen energi dan pangan tentang sawit (CPO) sebagai bahan bakar nabati dan pangan dalam industri 4.0 tak menjawab persoalan yang lebih mendasar dalam segmen tersebut.
“Dari isu energi terbarukan, secara umum saya kecewa ya dengan hasil debat tadi malam,” ucap Fabby saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (18/2/2019).
“Saya heran industri 4.0 bahas energi dan pangan,” tambah Fabby.
Fabby mengatakan, dalam pembahasan CPO misalnya, kedua pasangan calon sama sekali tidak memperkirakan tren global dalam teknologi bahan bakar. Baik gagasan biodiesel petahana yang telah dimulai maupun bioetanol penantang yang belum teruji.
Menurut dia, keduanya luput melihat perkembangan bahwa tren bahan bakar cair akan berangsur-angsur ditinggalkan dunia.
Selain itu, lanjut Fabby, persoalan lain energi dalam bentuk listrik juga luput dari pembahasan. Seperti misalnya sumber energi dari panas bumi, hidro, maupun matahari.
Kedua calon, kata dia, sama sekali tak menyentuh dampak lingkungan dari penggunaan energi dari fosil yang masih eksisting maupun rencana keduanya menggunakan biofuel.
“EBT listrik tidak dibahas. Persoalan mengenai pengendalian batu bara dan transisi mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dari pembangkit listrik nggak banyak dibahas,” ucap Fabby.
Fabby menilai, luputnya pembahasan ini juga tidak lepas dari kelirunya format debat yang ada. Ia berpandangan pertanyaan terkait topik debat sepatutnya tidak perlu diundi. Sebaliknya, peran panelis dapat dioptimalkan untuk mengajukan pertanyaan.
“Dia bisa bertanya terkait topik itu. Jadi bisa menggali pikiran dan strategi capres,” tukas Fabby.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno