Menuju konten utama

Hukum Bernoulli & Bagaimana Pesawat Terbang Dapat Mengangkasa

Hukum Bernoulli tentang keterkaitan kecepatan aliran fluida, ketinggian, dan tekanan. Berikut contoh penerapannya.

Hukum Bernoulli & Bagaimana Pesawat Terbang Dapat Mengangkasa
Penerbang dari Jupiter Aerobatik Team (JAT) TNI AU melakukan atraksi manuver udara saat perayaan HUT ke-77 TNI di Langit Monas, Jakarta, Rabu (5/10/2022). Perayaan HUT ke-77 TNI mengangkat tema 'TNI Adalah Kita' menampilkan flypast pesawat tempur F-16, atraksi Jupiter Aerobatic Team dan helikopter Tri Matra Flight membawa bendera merah putih . ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/nz

tirto.id - Azas atau hukum Bernoulli merupakan teori yang ditemukan oleh Daniel Bernoulli (1700-1782). Hukum ini ternyata menerangkan tentang keterkaitan kecepatan aliran fluida, ketinggian, dan tekanan, dengan memanfaatkan konsep usaha serta energi.

Aliran fluida didefinisikan sebagai perpindahan fluida (gas atau cair) yang menghasilkan garis aliran dengan kecepatan tertentu. Mengutip Sumber Belajar Kemdikbud, aliran fluida berkecepatan tinggi akan menghasilkan tekanan rendah. Sedangkan, aliran fluida yang kecepatannya rendah, menghasilkan tekanan tinggi.

Dalam hal ini, hukum Bernoulli menjabarkan aliran fluida berdasarkan hukum kekekalan energi. Lebih jelasnya, azas ini mengungkapkan bahwa jumlah tekanan, energi kinetik (per volume), dan energi potensial (per volume), punya nilai setara di setiap titik. Dengan begitu, ketiga aspek tersebut akan menghasilkan konsistensi.

Penerapan Hukum Bernoulli di Pesawat Terbang

Hukum Bernoulli ternyata juga berlaku pada peristiwa landasnya pesawat terbang. Untuk memahaminya, perlu dilihat dari peristiwa seseorang yang berdiri di tengah terpaan angin.

Laman Sumber Belajar Kemdikbud menjelaskan, seseorang akan merasa terdorong lantaran udara tersebut menabraknya. Dengan kata lain, udara tersebut membawa aliran fluida dan membentuk tekanan kepada tubuh.

Berlanjut ke penerapan hukum Bernoulli di pesawat terbang. Pesawat bisa lepas landas akibat terangkat oleh udara yang melewati sayapnya. Mengutip catatan, penampang pada sayap ini punya sisi belakang yang tajam dari belakang dan sisi atas yang lebih melengkung dibanding bagian bawah.

Hal ini menyebabkan aliran udara di atas sayap mengalir lebih besar dibanding bagian bawahnya. Lantaran mengalir cepat, maka tekanan pada bagian atas pun menjadi lebih kecil. Sedangkan bagian bawah, memperoleh tekanan yang lebih tinggi.

Setelah tekanan yang lebih tinggi terjadi di bagian bawahnya, muncul gaya atau daya angkat yang menjadikan pesawat terbang bisa terangkat. Namun, pesawat hanya bisa terangkat jika gaya tersebut lebih besar dibanding berat pesawat.

Jika pesawat sudah berhasil lepas landas, maka pilot yang mengendarai hanya perlu mengatur konsistensi gaya angkat tersebut. Sedangkan objek yang dijadikan perbandingan, yakni berat pesawat.

Bagaimana Pesawat Terbang dapat Mengangkasa?

Sebelumnya sudah dibahas mengenai daya angkat yang dihasilkan oleh udara. Ternyata, pesawat terbang juga membutuhkan gaya dorong sebelum benda tersebut lepas landas dari bandara. Gaya ini diciptakan oleh baling-baling yang biasanya terdapat di pesawat.

Ketika sudah di terbang, ada beberapa gaya lain yang dapat mempengaruhi keadaan pesawat di angkasa. Salah satunya adalah gaya hambat udara yang berbanding terbalik dengan gaya dorong. Oleh karena itu, pesawat yang terbang dengan cepat mendapatkan hambatan yang besar pula.

Untuk mengontrol hambatan ini, pilot musti bijak memberikan gaya dorong melalui mesin pesawat. Selain itu, bisa juga menggunakan mesin aerodinamis yang dapat digunakan untuk mengurangi kinerja mesin ketika pesawat di angkasa.

Terakhir, ada juga gaya berat pesawat yang menjadi perhatian para pengendali pesawat. Gaya ini meliputi berat muatan, awak, bahan bakar, penumpang, dan barang di bagasi Semakin banyak yang naik, maka gaya beratnya akan semakin tinggi pula.

Gaya tersebut dapat diantisipasi dengan mengurangi isi pesawat atau dengan menambah performa gaya angkat pesawatnya. Dari beberapa keterangan tersebut, dapat disimpulkan pesawat mengangkasa lewat empat faktor, gaya angkat, dorong, hambat, dan berat pesawat.

Oleh karena itu, pada akhirnya pengendara pesawat perlu mengendalikan kestabilan empat faktor tersebut. Terakhir, ada juga fitur pesawat untuk bisa bergerak ke kiri, kanan, bawah, dan atas. Agar bisa bermanuver ke kiri dan kanan, pesawat menggunakan fitur yang disebut rudder. Lalu, untuk gerak atas-bawah menggunakan elevator.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani