Menuju konten utama

Hari Kunjung Perpustakaan 14 September 2022: Sejarah dan Tujuan

Sejarah Hari Kunjung Perpustakaan yang diperingati 14 September 2022.

Hari Kunjung Perpustakaan 14 September 2022: Sejarah dan Tujuan
Pelajar membaca buku di perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (7/2/2022). ANTARA FOTO/Patrik Cahyo Lumintu/Ds

tirto.id - Masyarakat Indonesia memperingati Hari Kunjung Perpustakaan 2022 pada 14 September. Hari Kunjung Perpustakaan dilaksanakan setiap tanggal 14 September dalam upaya mengajak masyarakat untuk memanfaatkan semaksimal mungkin peran perpustakaan sebagai media pembelajaran.

Untuk merayakan Hari Kunjung Perpustakaan ini, setiap provinsi memiliki cara tersendiri. Di Yogyakarta misalnya, Hari Kunjung Perpustakaan diperingati dengan memberikan pelayanan prima kepada para pemustaka yang melakukan kunjungan ke perpustakaan Kota Yogyakarta bertepatan dengan tanggal 14 September.

Di Sulawesi Tengah, Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah mendapat amanah dari Gubernur Sulawesi Tengah untuk mengkoordinir pelaksanaan pelantikan pengurus DPD Sabi Sabu Provinsi Sulawesi Tengah. yang akan dirangkaikan dengan kegiatan bedah buku. Sabi Sabu merupakan nama gerakan Satu Birokrasi Satu Buku.

Sejarah Hari Kunjung Perpustakaan

Menurut laman Perpusnas, Hari Kunjung Perpustakaan dimulai sejak 14 September 1995 pada saat pemerintahan Presiden Soeharto.

Berawal dari Ketetapan Presiden Soeharto kepada Kepala Perpustakaan Nasional RI dengan surat nomor 020/A1/VIII/1995 pada 11 Agustus 1995. Surat itu berisi usulan pencanangan Hari Kunjung Perpustakaan pada 14 September 1995.

"Presiden Soeharto memiliki harapan dengan adanya ketetapan tersebut dapat memberikan tujuan yang positif bagi gerakan aktivis intelektual di Indonesia, terutama di dalam menyebarkan budaya membaca generasi bangsa Indonesia," ujar Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Perpusnas Joko Santoso.

Dalam tulisan yang ditulis oleh Kepala Perpusnas pertama, Mastini Harjo Prakoso pada Majalah Himpunan Perpustakaan Chusus Indonesia (HPCI), disebutkan bahwa Indonesia pernah menjadi negara yang produktif dalam menerbitkan berbagai judul buku.

Hal ini juga terkait dengan semangat Presiden Sukarno yang memang sangat suka membaca dan mendukung penuh untuk menjadikan penerbitan termasuk juga aktivitas membaca, pemberantasan buta huruf, sebagai prioritas pertama.

Terlihat pada tahun 1963, banyak terbitan buku di Indonesia bahkan pihak swasta sudah mulai berani membangun berbagai usaha penerbitan dan buku di Indonesia.

Hal ini menjadi perhatian Amerika sebagai negara Adi Kuasa. Bahkan mereka membeli buku terbitan Indonesia dengan membuka kantor cabang Perpustakaan Nasional Amerika Serikat di Indonesia.

Tak hanya Amerika Serikat, Badan Literasi Belanda Koninklijk Instituut voor Taal –, Land – en Volkenkunde (KITLV) memusatkan untuk mengakuisisi terbitan indonesia di bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.

Australia juga membuka perwakilan kantor Perpustakaan Nasional menunjuk agennya untuk membeli ragam buku terbitan Indonesia khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan sosial.

Baca juga artikel terkait HARI KUNJUNG PERPUSTAKAAN atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Addi M Idhom