tirto.id - Hari Kesehatan Mental SeduniaatauWorld Mental Health Day diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Salah satu yang ingin difokuskan, yaitu penyakit skizofrenia.
Menurut laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tema Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini adalah "Mental health care for all: let's make it a reality" yang diartikan dalam bahasa Indonesia, berarti "Perawatan kesehatan mental untuk semua: mari kita wujudkan".
Atas hal ini, pemerintah di seluruh dunia berupaya untuk membuat gerakan demi meningkatnya kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental.
Ditambah lagi, pandemi COVID-19 banyak berdampak pada masyarakat termasuk tenaga kesehatan dan pekerja garis depan lainnya.
Selama kampanye Hari Kesehatan Mental Sedunia berlangsung, WHO akan menunjukkan upaya yang dilakukan di beberapa negara untuk mendorong orang dan menyoroti kisah-kisah positif yang mendukung kesehatan mental. Lantas, apa itu penyakit skizofrenia?
Pengertian penyakit skizofrenia
Dilansir dari lamanAmerican Psychiatric Association, skizofrenia adalah gangguan otak kronis dengan gejala berupa delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, masalah dengan pemikiran, dan kurangnya motivasi.
Saat ini, para ahli sedang menjalankan beberapa metode seperti mempelajari genetika, melakukan penelitian perilaku, menggunakan pencitraan canggih untuk melihat struktur, dan fungsi otak agar dapat menemuka jenis terapi yang lebih efektif.
Tidak jarang penyakit skizofrenia diartikan dengan keliru, seperti diartikan sebagai kepribadian ganda.
Penderita skizofrenia dianggap sebagai mereka yang menjadi tunawisma ataupun pasien yang terus tinggal di rumah sakit.
Padahal faktanya, kebanyakan orang dengan penyakit skizofrenia adalah mereka yang tinggal di rumah bersama keluarga ataupun orang yang tampak tidak mengidap penyakit ini.
Penelitian menunjukkan, bahwa penyakit skizofrenia sebagian besar dialami oleh pria. Sama seperti penyakit jantung dan diabetes, pasien skizofrenia memiliki angka kematian yang tinggi.
Gejala penyakit skizofrenia
Dikutip dari lamanMayo Clinic, skizofrenia adalah penyakit mental yang melibatkan berbagai masalah kognisi, perilaku, dan emosi. Berikut gejala penyakit skizofrenia.
1. Delusi
Delusi dipahami sebagai keyakinan palsu yang tidak didasarkan pada kenyataan. Misalnya, seseorang berpikir bahwa ia sedang disakiti atau dilecehkan; padahal sebenarnya tidak seperti itu dan masih banyak beragam contoh lainnya.
2. Halusinasi
Halusinasi dipahami sebagai kebiasaan dapat mendengar ataupun melihat hal-hal yang tidak ada. Dalam hal ini, orang dengan penyakit skizofrenia memiliki pengelihatan ataupun pendengaran yang lebih kuat daripada manusia yang tidak mengidap penyakit ini.
3. Pikiran tidak teratur (ucapan)
Pemikiran yang tidak terorganisir dapat dilihat dari ucapan yang tidak terorganisir. Maka dalam hal ini, komunikasi yang efektif dapat terganggu.
3. Perilaku motorik yang sangat tidak teratur atau abnormal (Extremely disorganized or abnormal motor behavior)
Perilaku ini biasanya tampak dalam beberapa cara, mulai dari kekonyolan seperti anak kecil hingga agitasi yang tidak terduga. Kemudian, perilaku tidak terfokus pada tujuan, sehingga sulit untuk menyelesaikan tugas.
Selain itu, gejala penyaki skizofrenia juga ditunjukan dengan adanya perilaku penolakan terhadap instruksi, postur yang tidak wajar, kurangnya respons, atau gerakan yang berlebihan lainnya.
4. Gejala negatif (Negative symptoms)
Gejala negatif mengacu pada berkurangnya keinginan untuk melakukan aktivitas secara normal.
Misalnya, orang tersebut mengabaikan kebersihan pribadi atau tampak kurang emosi dalam dirinya (tidak melakukan kontak mata dan tidak mengubah ekspresi wajah atau berbicara dengan nada monoton).
Selain itu, orang tersebut dapat pula tampak kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, menarik diri secara sosial, atau tidak memiliki keinginan untuk melakukan hobinya.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Yandri Daniel Damaledo