tirto.id - Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia (World Day for Cultural Diversity for Dialogue and Development) diperingati hari ini, Jumat 21 Mei 2021.
Setiap tahunnya World Day for Cultural Diversity for Dialogue and Development diperingati pada 21 Mei, sejak Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pertama kali mendeklarasikan Hari Sedunia ini pada tahun 2002.
Laman resmi UNESCO menulis, tujuan peringatan Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia tidak hanya untuk merayakan kekayaan budaya dunia, tetapi juga berperan penting sebagai dialog antar budaya untuk mencapai perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.
Dalam Deklarasi Universal 2001 tentang Keanekaragaman Budaya, UNESCO menyatakan urgensi untuk "meningkatkan potensi budaya sebagai sarana untuk mencapai kemakmuran, pembangunan berkelanjutan, dan koeksistensi global yang damai".
UNESCO juga menyatakan, Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia merupakan kesempatan untuk mempromosikan budaya dan menyoroti pentingnya keanekaragaman budaya sebagai agen inklusi dan perubahan positif.
"Ini merupakan kesempatan untuk merayakan berbagai bentuk budaya, dari yang berwujud dan tidak berwujud, hingga industri kreatif, serta keragaman ekspresi budaya, dan untuk merefleksikan bagaimana hal-hal tersebut berkontribusi pada dialog, pemahaman, dan vektor sosial, lingkungan dan ekonomi," tulis pihak UNESCO.
United Nation (UN) juga menulis, peringatan Cultural Diversity Day ini memberi kita kesempatan untuk memperdalam pemahaman kita tentang nilai-nilai keanekaragaman budaya dan untuk memajukan empat tujuan Konvensi UNESCO tentang Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya yang diadopsi pada tanggal 20 Oktober 2005.
4 tujuan Konvensi UNESCO tentang Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya itu di antaranya:
1. Mendukung sistem tata kelola budaya yang berkelanjutan
2. Mencapai aliran barang dan jasa budaya yang seimbang dan meningkatkan mobilitas seniman dan profesional budaya
3. Integrasikan budaya dalam kerangka pembangunan berkelanjutan
4. Mempromosikan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental
Cultural Diversity Day 2021 & Dampak COVID-19 pada Sektor Budaya
Pandemi Covid-19 yang masih meluas secara global hingga saat ini juga berimbas pada sektor budaya. United Nation mencatat, selama pandemi ini banyak acara budaya dibatalkan, lembaga budaya ditutup, praktik budaya komunitas ditangguhkan, situs Warisan Dunia UNESCO yang kosong, hingga peningkatan risiko penjarahan situs budaya dan perburuan di situs alam.
Selain itu, seniman tidak dapat memenuhi kebutuhan dan sektor pariwisata budaya selama masa pandemi ini.
"Dampak COVID -19 di sektor budaya sedang dirasakan di seluruh dunia," tulis UN di laman resminya.
Dampak ini bersifat sosial, ekonomi dan politik, dan mempengaruhi hak dasar terhadap akses ke budaya, hak sosial seniman dan profesional kreatif, dan perlindungan keanekaragaman ekspresi budaya.
Risiko krisis yang sedang berlangsung memperdalam ketidaksetaraan dan membuat masyarakat rentan. Sementara itu, industri kreatif dan budaya (CCI) menyumbang US $ 2.250 miliar ke ekonomi global (3% dari PDB) dan menyumbang 29,5 juta pekerjaan di seluruh dunia.
"Kerugian ekonomi karena tidak menangani sektor budaya - dan semua layanan tambahan, terutama di sektor pariwisata - juga bisa menjadi bencana. Sehingga melindungi keragaman ekspresi budaya menjadi lebih penting dari sebelumnya," tulis UN.
Mengapa keragaman budaya penting?
UN menulis, tiga perempat konflik utama dunia memiliki dimensi budaya. Sehingga menjembatani kesenjangan antar budaya sangat mendesak dan diperlukan untuk perdamaian, stabilitas, dan pembangunan.
Keragaman budaya merupakan kekuatan pendorong pembangunan, tidak hanya dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sebagai sarana untuk memimpin kehidupan intelektual, emosional, moral dan spiritual, tulis UN.
"Pada saat yang sama, penerimaan dan pengakuan keanekaragaman budaya - khususnya melalui penggunaan inovatif media dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) - kondusif untuk dialog antar peradaban dan budaya, saling menghormati dan saling pengertian," tulis UN.
Editor: Iswara N Raditya