Menuju konten utama

Harga TBS Anjlok, Pemerintah Diminta Ambil Kebijakan Gawat Darurat

Pemerintah didesak untuk mengambil kebijakan gawat darurat dalam penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS).

Harga TBS Anjlok, Pemerintah Diminta Ambil Kebijakan Gawat Darurat
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa.

tirto.id - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mendesak pemerintah untuk mengambil kebijakan gawat darurat dalam penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS). Harga TBS saat ini, hanya Rp250 per kilogram (kg) di tingkat pengepul.

"Tidak ada cara lain. Pemerintah harus mengambil kebijakan gawat darurat," kata Ketua DPP Apkasindo, Gulat Manurung, kepada reporter Tirto, Rabu (22/6/2022).

Berdasarkan catatan Apkasindo, rata-rata harga TBS di 22 provinsi penghasil sawit serentak mengalami penurunan. Untuk petani swadaya atau mandiri harganya tercatat Rp1.311 per kg. Sedangkan petani plasma atau bermitra Rp2.032 per kg.

"Kalau di pabrik hari ini antara Rp1.000 sampai Rp1.200 per kg. Semalam masih Rp1.300," ujarnya.

Harga kedua kelompok petani tersebut, masih jauh dari sebelum larangan ekspor sebesar Rp4.250 per kg. Demikian juga dengan harga TBS di Pabrikan Kelapa Sawit (PKS) dan Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp2.250 per kg.

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim, harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani sudah mulai naik. Hal ini berdasarkan laporan diterima pihak asosiasi sawit.

"Tadi malam saya dapat dari asosiasi, datang di kantor, sudah naik," kata Luhut usai bertemu dengan BPKP, di Jakarta, ditulis Kamis (16/6/2022).

Luhut mengatakan sejak larangan dicabut, ekspor minyak sawit mentah atau Crude Plam Oil (CPO) sudah berjalan hampir 3 juta ton. Jumlah besar itu otomatis membuat tangki di beberapa perusahaan akan menipis. Sehingga mereka akan membeli kembali dari petani.

"Kalau tangkinya kosong dia kan harus beli daripada petani. Kalau beli dari petani, kalau petani nggak mau jual dia akan habis karena dia harus jual harganya. Jadi itu namanya market mekanisme akan jalan," kata Luhut.

Baca juga artikel terkait HARGA SAWIT atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang