tirto.id - Memasuki bulan Juni 2019, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan harga biodiesel cenderung turun menjadi Rp6.977per liter sedangkan harga bioetanol naik sebesar Rp 10.201 per liter.
Kedua komoditas tersebut mengalami perubahan berbeda akibat fluktuasi harga minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) maupun pergerakan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Tarif biodiesel ditetapkan sebesar Rp 6.977 per liter, atau turun Rp371 dari Mei 2019, yaitu Rp 7.348/liter. Harga tersebut masih belum termasuk perhitungan ongkos angkut, yang berpedoman pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No.91 K/12/DJE/2019.
"Trend bioetanol dan biodiesel bulan ini berbeda. Harga ini berlaku juga untuk B-20 atau campuran Biodiesel ke Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 20 persen," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi dalam rilis yang diterima Tirto di Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Penurunan HIP biodiesel ini terjadi akibat menurunnya harga minyak kelapa sawit pada perhitungan yang tertera pada ketentuan Surat Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Nomor 1452/12/DJE/2019.
HIP biodiesel ditopang oleh harga rata-rata minyak kelapa sawit pada 15 April 2019 - 14 Mei 2019, yaitu Rp6.598 per kg.
Perubahan sebaliknya terjadi HIP bioetanol. Harga pasar bioetanol sebesar Rp 10.201 per liter oleh Pemerintah, setelah pada Mei lalu berada di level Rp 10.195 per liter.
Faktor kenaikan ini ditentukan oleh rata-rata tetes tebu Kharisma Pemasaran Bersama (KPB) selama 15 April 2019 - 14 Mei 2019, yang tercatat Rp1.611 per kg ditambah besaran dolar AS, yaitu 0,25 dolar AS per liter dikali 4,125 kg per liter.
Untuk diketahui, HIP BBN ditetapkan setiap bulan dan dilakukan evaluasi paling sedikit 6 bulan sekali oleh Direktur Jenderal EBTKE.
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno